IBL

Puma baru saja mengumumkan perilisan siluet terbaru mereka bernama LQD Cell Omega. Sepatu ini punya tampilan ala Chunky Sneakers yang diberi sentuhan modern. Tidak hanya satu, sudah tersedia edisi pertama berwarna monokrom, juga merah dan biru muda yang mengambil tema komik manga Akira. Otak di balik dapur perumusan desain Puma kali ini adalah Raka Gemma Maulid.

LQD Cell merupakan inovasi bantalan dari Puma yang terdiri atas bantalan jeli karet berbentuk segi enam guna menghasilkan rasa nyaman. Bentuknya menyerupai sarang lebah yang kenyal ketika ditekan. Bagian lain yang patut diacungi jempol adalah sol karet tebal yang memiliki durabilitas tinggi untuk dipakai beraktivitas sehari-hari.

Sketsa yang digambar Raka Gemma.

Bagian atas dibuat menyesuaikan kebutuhan untuk aktivitas harian. Kombinasi bahan tekstil, suede, dan nilon menghasilkan bagian atas yang ringan. Formasi lubang tali dibuat lebih estetik dengan tali nilon yang dibuat memanjang dari sol samping hingga ke atas untuk mengunci kaki. Logo Puma tersemat di bagian samping dan tumit.

Pada Agustus lalu, "Si Macan Kumbang" telah mengeluarkan siluet pertama LQD Cell Omega yang dinamai “Density”. Dua sepatu berwarna hitam dan putih jadi pembuka untuk pengenalan. Sedangkan edisi spesial dengan warna menyala dinamai “Manga Cult” dengan dua varian. Merah yang disajikan terinspirasi dari komik Jepang atau anime berjudul Akira. Warna itu sesuai dengan jaket dan motor yang dipakai Shotaro Kaneda sebagai tokoh utama. Sedangkan edisi satunya terinspirasi dari detail warna yang ada di jaketnya.

Raka ingin membawa unsur Olimpiade di karyanya. Hal itu ia ungkapkan melalui unggahan di media sosial pribadinya. "Saya membawa kultur Anime dari Jepang karena tahun 2020 Olimpiade akan diadakan di sana," tulisnya. 

Raka Gemma Maulid

Raka Gemma Maulid, desainer yang berada di balik perumusan LQD Cell Omega berasal dari Bandung. Ia terdaftar sebagai desainer Puma Sportstyle, divisi yang menangani perilisan produk-produk gaya hidup dengan akar kultur olahraga.

Ia bergabung dengan Puma sejak 2016 dengan penempatan di kantor pusat mereka di Herzognaurach, Jerman. Sebelumnya, ia merupakan desainer untuk League. Di merek olahraga lokal itulah Raka membangun reputasi sebagai konseptor produk. Kemampuannya dipertajam dengan mengikuti sekolah singkat di Pensole Design Academy di Amerika Serikat. Ia sudah dikenal di kancah komunitas desainer Indonesia bernama Footwear Forum. Anda bisa menyimak informasi lengkap tentang perkumpulan ini di Majalah Mainbasket edisi Desember 2018.

Puma Cell sejatinya dirilis pada 1998. Tugas Raka kali ini adalah untuk mendesain ulang produk tersebut dengan sentuhan modern memakai teknologi yang sudah diperbarui. Karya pertamanya untuk edisi ini adalah Puma Cell Alien OG yang kemudian dilanjutkan ke edisi-edisi berikutnya. Termasuk LQD Cell Omega.

“Inspirasi utamanya tentu arsip produk Puma. Prototipenya sudah dikenalkan 20 tahun lalu. Lalu, mereka ingin membuat ulang dengan sentuhan detail yang lebih progresif,” kata Raka. Ia juga membocorkan bahwa tidak semua produk karyanya itu dipasarkan di Indonesia. “Hanya yang warna merah (edisi Akira) yang masuk dengan jumlah yang terbatas.”

Raka sempat mampir ke kantor Mainbasket pada Bulan Desember tahun 2018. Ia bisa pulang ke Tanah Air karena di Jerman sedang libur musim dingin.

Proses pembuatan sebuah sepatu Puma tidak sesederhana yang dibayangkan. Begitulah yang diceritakan kepada kami. “Sebetulnya prosesnya hampir sama di semua merek. Butuh sekitar 18 bulan untuk memproduksi sebuah sepatu. Proses yang harus dijalani adalah penyusunan konsep, mendesain, pembuatan prototipe, menyusun strategi pemasaran, hingga akhirnya bisa dijual ke seluruh dunia,” kata Raka.

Saat datang ke kantor Mainbasket, Raka menunjukkan karyanya yang lain kepada kami. Sepasang Puma Tsugi Apex Winterize. “Sepatu ini saya buat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat negara empat musim yang ingin sepatu nyaman dipakai di musim dingin,” ceritanya. Tidak hanya itu, sebuah prototipe sepatu basket Puma Ralph Sampson tampak di sebelahnya.

Menurut Raka, anak muda Indonesia punya banyak kemampuan untuk bisa menembus dunia desain internasional. Kultur sneaker yang sedang naik daun bisa jadi momentum agar sepatu Indonesia bisa berkembang lebih jauh lagi hingga ke negara lain. “Kita butuh kerja lebih keras agar disaksikan masyarakat luar. Yang terpenting, sedikit bicara banyaklah bekerja,” pesan Raka.

Puma LQD Cell Omega "Density"

Puma LQD Cell Omega "Manga Cult"

Foto: Puma

Komentar