IBL

Partai perebutan medali perunggu basket putra 5v5 SEA Games 2019 mempertemukan Indonesia dan Vietnam. Keduanya datang ke titik ini usai kalah di semifinal dari Filipina dan Thailand. Kedua tim gagal menemukan sentuhan terbaik di kuarter pertama. Gim berjalan lambat dan banyak tembakan yang tak menemui sasaran. Namun, selepas kuarter pertama, Vietnam perlahan mulai menemukan ritme bermain mereka. Keunggulan demi keunggulan mereka bangun hingga akhirnya menutup gim dengan kemenangan 86-71.

Hasil ini membuat Vietnam untuk pertama kalinya berhasil meraih sebuah medali di cabang olahraga basket SEA Games. Di sisi lain, ini juga jadi medali perunggu kedua untuk basket Vietnam. Sebelumnya, di cabang basket 3X3, tim putra yang digawangi Khoa Tran, Thanh Tam Dinh, Chris Dierker, dan Justin Young juga pulang dengan medali.

Empat pemain di atas pula yang menjadi bagian dari lima pemain Vietnam yang mampu mencetak dua digit angka. Khoa Tran di gim ini jadi top skor dengan 21 poin, 6 rebound, dan 3 steal dari 8/16 tembakan. Chris Dierker yang terlambat panas di gim ini menyusul dengan 18 poin, 6 rebound, dan 4 asis. Chris mencetak 15dari keseluruhan poinnya di paruh kedua.

Justin Young berhasil menyentuh dobel-dobel dengan 15 poin dan 11 rebound. Ia memasukkan 6/11 tembakan. Thanh Tam Dinh menambahkan 15 poin sementara adiknya, Thanh Sang Dinh melengkapi daftar dengan 11 poin plus 6 rebound.

Vietnam tampak menggunakan strategi bertahan yang serupa dengan Thailand saat menghancurkan Indonesia, zone press 2-2-1. Saat kami konfirmasi tentang hal ini, Kepala Pelatih Vietnam, Kevin Yurkus, tak menampik ia mengadaptasi sistem permainan tersebut.

“Apakah kita harus buka rahasia kami?,” kelakar Kevin menjawab pertanyaan kami. “Pertama, Anda tak bisa sepenuhnya menyamakan kami dengan Thailand. Mereka sudah terbiasa dengan sistem bertahan tersebut sejak di liga. Namun, kami memang melihat gim antara Thailand dan Indonesia. Dari sana, kami coba menerapkannya di sekitar kuarter dua, tapi mungkin lebih ke half court saja, tidak seperti Thailand,” lanjutnya.

 

“Jujur saja, kami tak banyak melatih hal ini saat pemusatan latihan. Jadi, sistem ini masih banyak kekurangan. Namun, kami ingin menghentikan kecepatan serangan Indonesia. Mereka menggunakan banyak operan dan tembok (screen). Dengan sistem pertahanan itu, kami bisa menahan mereka lebih lambat untuk menyerang dan membuat mereka kesulitan. Kredit lebih saya berikan untuk pemain-pemain saya karena berhasil mengeksekusi dengan baik sistem ini,” tutupnya.

Indonesia sendiri memiliki empat pemain yang menyentuh dua digit poin. Laurentius Steven Oei jadi top skor tim dengan dobel-dobel 17 poin dan 10 rebound dari 5/8 tembakan. Abraham Damar Grahita mencetak 16 poin, 8 rebound, dan 5 asis. Namun, penjagaan ketat yang diberikan kepadanya memaksa ia melakukan delapan dari keseluruhan 19 turnover Indonesia.

Andakara Prastawa juga mencetak 16 poin. Ia bermain selama 38 menit dan memasukkan 5/14 tembakan (36 persen). Kaleb Ramot Gemilang menutup daftar ini dengan 13 poin plus 6 rebound dari 5/10 tembakan.

Kegagalan Indonesia meraih medali ini memutus rekor selalu medali Indonesia yang diraih dalam dua gelaran terakhir. Menariknya lagi, Indonesia bahkan meraih medali perak di dua gelaran sebelumnya. Dengan ini, kita hanya akan melihat tim putri Indonesia di pengalungan medali nanti. (DRMK)

Foto: Mei Linda

Komentar