IBL

Oklahoma City Thunder termasuk tim paling baru di NBA, secara organisasi. Sebelumnya, mereka adalah Seattle Supersonics. Pergantian terjadi di 2008. Hanya empat musim setelah pergantian itu (2012), Thunder sampai ke Final untuk kali pertama sejak 1995-1996. 

Bagian-bagian penting mereka kala itu datang dari Draft. Kevin Durant, Russell Westbrook, James Harden, Serge Ibaka, semuanya memulai karier NBA bersama Thunder. Lantas, Thunder coba memperdalam skuad mereka dengan mendatangkan deretan veteran seperti Thabo Sefolosha dan dua pemain yang pernah merasakan gelar juara, Derek Fisher serta Kendrick Perkins. Rotasi mereka ditambah satu pemain dari Draft lainnya, Nick Collison yang namanya kini abadi di langit-langit markas Thunder. Ia jadi pemain di bawah organisasi Thunder pertama yang jerseynya dipensiunkan. 

Tim ini mengejutkan NBA sebagai salah satu tim dengan rataan usia termuda yang berhasil ke Final. Sayangnya, mereka luluh lantak di hadapan tim super Miami Heat yang bermaterikan Dwyane Wade, Chris Bosh, dan LeBron James. Heat juga punya Mike Miller, Shane Battier, hingga Udonis Haslem yang solid memainkan peran sebagai role player. 

Meski tim super sudah ada sebelumnya, tapi trio Heat ini yang membuat publik dan manajemen tim-tim NBA percaya bahwa untuk juara di era 2010-an, tim harus membentuk tim super dengan tiga bintang untuk menjadi juara NBA. Banyak organisasi menjadi terobsesi dengan konsep ini. Meski akhirnya, hanya ada dua tim yang mampu melakukan itu setelah Heat. 

Tentu saja Golden State Warriors, tapi bukan di gelar pertama mereka. Gelar pertama mereka pada 2015 datang dari barisan pemain Draft. Stephen Curry, Klay Thompson, Harrison Barnes, Draymond Green, datang dari penantian panjang NBA Draft. Satu per satu mereka kumpulkan dan mencari formula bermain yang tepat, yang akhirnya baru ketemu setelah Steve Kerr menggantikan Mark Jackson sebagai kepala pelatih. 

Semusim berselang, Warriors kalah dari tim super kedua bentukan LeBron bersama Cleveland Cavaliers. Kyrie Irving memang datang dari Draft, tapi Kevin Love, J.R. Smith, Iman Sumpert, dan Richard Jefferson adalah deretan veteran yang haus akan juara dan sudah menyala di tim-tim sebelumnya. LeBron berhasil menunjukkan sekali lagi, tim supernya berhasil menaklukkan NBA. 

Warriors tak mau masa emas skuad muda mereka berlalu begitu saja. Mereka menawarkan sebongkah emas di ujung perjalanan kepada seorang pemburu harta karun paling penasaran di NBA kala itu, Kevin Durant. Tak kunjung kembali ke Final NBA, bahkan musim sebelumnya kalah di Final Wilayah Barat setelah unggul 3-1, Durant merasa waktunya ia bertualang dengan kelompok pemburu harta karun lainnya. Kelompok yang sudah pernah benar-benar sampai tempat tujuan dan mendapatkan hadiah utama. 

Durant yang masih di usia emas, ditambah Warriors yang sedang sangat klik, benar-benar tak terbendung. Dua gelar juara beruntun mereka dapatkan. Bahkan, musim ketiga nyaris berakhir sempurna jika Durant tidak cedera di Playoff, utamanya di Final. Ya, kala itu, tergambar nyata bahwa hanya cedera yang bisa menghentikan Warriors. 

Menariknyasetelah itu untuk kali pertama sejak 2008, ada tim yang juara dengan skuad yang tidak super-super amat meski ada tiga All Star di sana. Ya, Toronto Raptors membuat kejutan di 2019. Kawhi Leonard, Kyle Lowry, dan Marc Gasol adalah tiga pemain yang paling tidak pernah terpilih sebagai All Star. Kehadiran Danny Green, Serge Ibaka, Fred VanVleet, Pascal Siakam, dan OG Anunoby sebagai pelengkap membuat Warriors tanpa pemburu harta karun terbaik mereka keok begitu saja. 

Bukan LeBron namanya jika tidak membuat tim super selanjutnya. Setelah memutuskan pindah ke Los Angeles Lakers di awal musim 2018-2019 dan tak lolos ke Playoff, LeBron kembali membuat formula keberhasilannya dulu. Anthony Davis merapat ke Lakers bersama sederet veteran lainnya seperti Rajon Rondo, Dwight Howard, hingga Danny Green yang baru juara dengan Raptors. LeBron pun berhasil sekali lagi menunjukkan bahwa ia selalu berhasil juara dengan mengumpulkan pemain All Star, bukan membentuknya dari awal. 

Namun, keberhasilan Lakers bisa dibilang jadi awal berakhirnya kejayaan tim super. Milwaukee Bucks menjadi juara NBA selanjutnya. Memang, mereka mendatangkan Jrue Holiday di musim itu dari New Orleans Pelicans dan Brook Lopez di 2018 dari Brooklyn Nets. Keduanya pernah menjadi All Star. Tapi, saya rasa kita sepakat, saat mereka datang ke Bucks, mereka bukanlah 30 pemain terbaik di liga. Keduanya All Star bersamaan, di tahun 2013. 

Bintang utama Bucks adalah Giannis Antetokounmpo, pilihan ke-15 NBA Draft 2013 oleh Bucks sendiri. Tumbuh dari musim ke musim hingga menjadi pemakn terbaik dua kali beruntun tepat sebelum menjadi juara. Giannis mendapatkan bantuan dari Khris Middleton. Meski bukan hasil Draft, Middleton adalah pemain medioker yang dibuang oleh Detroit Pistons setelah semusim bersama. Middleton juga seperti Giannis, tumbuh, terbentuk, dan menjadi All Star setelah bersama Bucks. 

Warriors muncul kembali setelah kehilangan Durant di 2019. Datang dengan skuad lebih muda dan lebih sehat, Warriors kembali memetik hasil dari buah keteguhan hati dan kesabaran mereka. Masih berpusat pada Curry, Draymond, dan Klay, Warriors menambahkan kepingan juara mereka dengan sosok pemain dari Draft lainnya, Jordan Poole. Poole menjadi pelapis yang tepat untuk Curry. Tambahan besar lainnya adalah sosok Andrew Wiggins yang terbuang dari Minnesota Timberwolves. 

Denver Nuggets semakin menguatkan keberhasilan Warirors dan Bucks setelahnya. Berhasil menjadi juara untuk kali pertama dalam sejarah organisasi, tiga pemain utama Nuggets datang dari Draft. Mereka adalah Nikola Jokic, Jamal Murray, dan Michael Porter Jr.. Mereka pun melengkapi skuad dengan Kentavious Caldwell-Pope dan Aaron Gordon, dua Lottery Pick NBA Draft yang sempat dianggap tidak akan berkembang. 

Buah kesabaran Nuggets dan kepercayaan mereka kepada Michael Malone sebagai nahkoda tim benar-benar tepat. Nuggets yang terus menyulitkan Wilayah Barat sejak 2020 akhirnya keluar mengangkat trofi Larry O'Brien di akhir perjalanan. 

Formula yang sama pun akhirnya digunakan oleh Boston Celtics. Jaylen Brown dan Jayson Tatum akhirnya tumbuh merekah di saat yang tepat. Saat Celtics mendapatkan durian runtuh karena Bucks mau melepas Jrue Holiday demk sosok Damian Lillard. Sebelumnya, Celtics juga memungut Kristaps Porzingis yang dianggap tak cocok dengan Luka Doncic di Dallas Mavericks. 

Derrick White yang datang di tengah musim sebelumnya menjadi pelengkap yang tepat. Al Horford kembali ke Celtics untuk kali kedua dalam kariernya. Menempatkan dirinya sebagai veteran yang tepat untuk membimbing barisan muda Celtics. Payton Pritchard pun solid menjadi pelapis Holiday. Pritchard belum pernah berganti tim sejak malam Draft di mana Celtics memilihnya dari Oregon. Pun dengan Sam Hauser yang tak bertugas sebagai penembak jitu. Celtics mengambilnya secara undrafted di 2021. 

Meski kita belum sampai di akhir perjalanan NBA 2024-2025, Thunder menunjukkan aura serupa dengan tim-tim di atas. Bahkan serupa dengan keberhasilan mereka di 2012, awal dari terbentuknya formula tim tidak super ini. Shai Gilgeous-Alexander adalah pemain yang direlakan Los Angeles Clippers untuk mendapatkan Paul George dari proyek gagal Thunder. Ya, Thunder adalah "korban iklan" tim super saat mereka berusaha membuat hal yang sama dengan Russell Westbrook, Paul George, dan Carmelo Anthony. Tim ini bahkan tidak bertahan lebih dari semusim.

Menariknya, George juga didapatkan Thunder dari proses "bongkaran" skuad 2012. Thunder melepas Serge Ibaka ke Orlando Magic di 2016. Mereka mendapatkan Victor Oladipo, Ersan Ilyasova, dan hak pilih NBA Draft yang berujung pada Domantas Sabonis. Oladipo dan Sabonis ini yang lantas mereka tukar ke Indiana Pacers untuk menjadi George. George berubah menjadi Shai dan Jalen Williams. 

Chet Holmgren adalah pemain yang Thunder hasilkan dari deretan kekalahan yang mereka alami di 2021 dan 2022. Thunder selalu finis di dua terbawah Wilayah Barat kala itu hingga akhirnya mendapatkan hak pilih urutan kedua untuk Chet. Apesnya, Chet lantas cedera saat pramusim. Ia pun absen penuh di 2022-2023. Chet baru memulai musim ruki semusim setelahnya, membuatnya bersaing untuk ruki terbaik melawan kompetitornya sejak usia dini, Victor Wembanyama. 

Musim lalu juga jadi musim di mana Thunder mendapatkan sosok Cason Wallace. Pada malam Draft, Thunder menukar hak pilih mereka dengan Mavericks untuk Wallace. Thunder sendiri memilih Dereck Lively II yang mereka kirim ke Mavericks. Wallace memang tidak memiliki musim perdana segemerlap Lively, tapi ia mampu menjalankan peran dengan baik untuk Thunder. 

Oh iya, satu pemain penting Thunder lainnya juga datang dari undrafted. Adalah Lu Dort yang mereka dapatkan di 2019. Pemain asal Kanada ini menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain bertahan saat NBA menggelar lanjutan musim di Gelembung Orlando. Namun, kita semua juga ingat bagaimana Dort kala itu sangat buruk dalam meneyerang. Akurasinya rendah dan tripoinnya pun berantakan. Sesuatu yang cukup berbeda dengan Dort sekarang. 

Langkah penting lainnya yang dilakukan Thunder untuk sampai ke Final NBA 2025 terjadi di jeda musim ini. Isaiah Hartenstein mereka bajak dari New York Knicks yang tak punya banyak ruang gaji. Hartenstein mendapatkan kontrak tiga musim senilai AS$87 juta. Jumlah yang sangat besar bila dibandingkan kontraknya dengan Knicks sebelumnya, 2 musim AS$16 juta. 

Terakhir, Sam Presti, otak dari semua pergerakan Thunder melakukan pertukaran dengan Chicago Bulls. Josh Giddey, bakat muda Australia yang tampil cukup baik untuk Thunder mereka tukar dengan pemain dengan pengalaman juara, Alex Caruso. Caruso adalah bagian penting dari gelar juara Lakers di 2020. 

Jujur, meski Caruso punya sejarah juara, saya cukup ragu ia akan memberikan bantuan besar untuk Thunder. Apalagi, jika Thunder yang sudah punya banyak pemain sayap menumpuk memainkannya dengan peran yang sama selama ini. Namun, kejelian Mark Daigneault melihat kemampuan pemainnya dan kekurangan lawan di Playoff memang luar biasa. 

Caruso ia geser perannya sebagai penjaga bigman lawan saat Thunder memutuskan bermain dengan komposisi kecil. Sebelumnya, di musim reguler, Thunder sempat kehilangan Chet dan Hartenstein, meninggalkan Jaylin Williams sebagai opsi senter. Namun, Daigneault memilih Jalen Williams sebagai senter utama mereka. Hasilnya memang bukan yang istimewa, tapi tampaknya periode itu membuat Thunder membuka potensi lain tim mereka. 

Bermain dengan komposisi kecil yang bisa bersaing dengan komposisi besar lawan membuat Thunder unggul saat menyerang. Tidak mungkin bigman lawan bisa mengimbangi rotasi cepat komposisi Shai, Wallace, Dort, Jalen, dan Caruso. Sekali lagi, Daigneault dan jajaran pelatih Thunder layak mendapatkan penghormatan atas keberhasilan mereka musim ini. 

Kini, Thunder berjarak empat kemenangan menuju harta karun abadi NBA. Pun demikian, calon lawan mereka dipastikan tidak mudah. Ada tim super New York Knicks yang seluruh rotasi lima pemain utama mereka adalah hasil pertukaran atau perekrutan di Free Agency. Knicks menganut faham yang berbeda dengan Thunder. Knicks mengumpulkan skuad juara kampus, jebolan Villanova plus OG Anunoby yang pernah mencicipi gelar juara dan Karl-Anthony Towns yang meski tidak konsisten, tetap berbahaya. 

Pacers yang kin punya peluang besar untuk melawan Thunder karena sedang unggul 3-1 atas Knicks juga memiliki pendekatan berbeda. Nahkoda mereka, Rick Carlisle, adalah sosok penting di balik gelar juara Dallas Mavericks 2011. Tim yang sejauh ini disebut sebagai juara paling underrated di era 2000-an. Tim yang berhasil mengalahkan trio Heat sebelum San Antonio Spurs. 

Menariknya, skuad Pacers sekarang juga tak lepas dari pertukaran Serge Ibaka. Ya seperti yang sudah tertulis di atas, Ibaka melibatkan Oladipo dan Sabonis yang lantas juga terlibat di pertukaran George. Oladipo lantas mengalami cedera panjang yang membuat Pacers pun harus berubah haluan. 

Hasilnya, Oladipo masuk pertukaran yang membuat Pacers mendapatkan Caris LeVert. LeVert mereka tukar lagi menjadi hak pilih NBa Draft yang berujung kepada Andrew Nembhard dan Ben Sheppard. Nembhard adalah satu kepingan penting Pacers di dua musim terakhir. Sedangkan Sheppard mulai mendapatkan menit bermain di musim keduanya ini. 

Sabonis menjadi sosok penting selanjutnya. Ia menjadi bagian penting dalam pertukaran Tyrese Halliburton ke Pacers. Demi menegaskan kepercayaan Pacers kepada Haliburton, mereka lantas juga menukar Malcolm Brogdon ke Celtics untuk Aaron Nesmith. Skuad Pacers 2025 lengkap dengan pertukaran musim lalu mendatangkan Pascak Siakam. 

Myles Turner, Bennedict Mathurin, dan Jarrace Walker adalah tiga nama lain yang datang dari Draft. Membuat Pacers memiliki lima pemain di 11 rotasi pemain mereka di Playoff 2025. Merangkum semuanya, Pacers bisa dibilang memiliki cara yang berbeda. Mereka tidak membangun tim super, tapi tidak juga membangun skuad dari Draft sepenuhnya. Mereka mungkin lebih tepatnya mencari pemain yang sesuai dengan filosofi yang mereka percaya. Dalam dua musim terakhir, Pacers adalah salah satu tim tercepat dan terakurat di NBA. Ini filosofi yang mereka percaya. 

Pada akhirnya, manajemen tim-tim NBA tampaknya perlahan mulai mempelajari bahwa tim super tak bisa menjadi jaminan lagi untuk menjadi juara. Lebih lagi, pengorbanan atau pertaruhan yang ada untuk membuat tim super lebih besar ketimbang menggunakan formula Thunder atau Pacers. Apalagi bagi mereka tim yang memiliki pasar kecil (small market). Perlu diingat juga, sejak Raptors juara di 2019, 3 dari 6 tim juara berstatus tim small market. Jika Pacers lolos ke Final, ini akan jadi duel small market pertama setidaknya dalam dua dekade terakhir. 

Foto: Getty Images 

Komentar