IBL

NBA Playoff 2023 sudah di depan mata. Dua laga Play-in Tournament yang akan digelar esok hari waktu Indonesia akan menentukan dua slot terakhir playoff di masing-masing wilayah. Chicago Bulls akan coba menantang Heat di Miami sedangkan Minnesota Timberwolves akan berupaya melanjutkan musim mereka dengan menghadapi Oklahoma City Thunder. Adapun masing-masing pemenang akan menghadapi pemuncak klasemen akhir wilayah masing-masing, Milwaukee Bucks di timur dan Denver Nuggets di barat. 

Menjelang playoff, saya ingin sedikit mengulas mengenai satu hal yang pasti akan Anda semua lihat di playoff. Bahkan, ini bisa dibilang hanya akan muncul di playoff, jarang atau bahka tidak akan pernah terjadi di musim reguler. Bukan tentang persaingan panas masing-masin tim atau para penggemar yang akan semakin riuh, hal yang saya maksud adalah mengecilnya rotasi menit bermain dari seluruh tim. 

Ya, semua tim akan mengecilkan rotasi menit bermain pemain mereka di playoff. Jika pemain idola Anda adalah pemain cadangan yang bermain dengan rataan 15 menit per gim di musim reguler, mungkin Anda tidak akan melihat ia beraksi di babak playoff. Bahkan, tak sedikit tim yang menggerus jumlah pemain yang turun berlaga hanya di kisaran 7-8 pemain saja di playoff. 

Alasannya sederhana, tentu keinginan untuk memenangkan seluruh pertandingan. Lantas, apakah tim-tim ini tidak berpikir tentang kemenangan di musim reguler? Jawabannya lebih ke pada urgensi sebuah gim. Di musim reguler, setiap tim berlaga 82 kali. Kecuali tim Anda punya empat pemain level S di usia emas, rasanya mengejar rekor (73-9) Golden State Warriors tak akan pernah tepikirkan. Di sini, dalam 82 gim, di kurun Oktober sampai April, kekalahan masih bisa diterima. 

Di playoff, setiap tim punya "nyawa" maksimal tujuh, sedangkan di musim reguler bisa dibilang setiap tim bisa "mati" sampai 41 kali (separuh dari total gim). Tentu saja mengecilnya toleransi kalah ini membuat setiap tim terus memainkan pemain terbaiknya, bahkan kalau diperlukan dan Sang Pemain sanggup, 48 menit harus dilalui. Menang benar-benar harga mati. Tak sekadar untuk membawa mereka lolos ke babak selanjutnya, jika meraih empat kemenangan lebih cepat, maka jatah istirahat pun akan lebih lama. 

Mungkin perumpamaan yang tepat di sini adalah "high risk, high return." Memainkan pemain di atas 36 menit adalah sebuah risiko besar. Pemain jelas rawah kelelahan yang beurjung pada akurasi serta pengambilan keputusan yang buruk atau lebih parahnya lagi potensi cedera yang semakin besar. Akan tetapi, di playoff, risiko ini memang sangat sepadan untuk diambil. Sekali lagi, jika menyapu bersih lawan dalam empat gim bisa dilakukan, maka waktu persiapan untuk ronde selanjutnya pun lebih panjang. 

Pengurangan menit bermain ini sendiri sudah tampak sejak di Play-in Tournament ini. Rotasi tim-tim yang berlaga di sini hanya di kisaran 7-9 pemain. Dalam hal ini, yang saya maksud adalah pemain yang setidaknya tampil 10 menit. Apalagi dengan setiap gim berjalan ketat, selisih poin yang tidak jauh, maka pemain ke-10 sampai 15 tidak akan sekalipun merasakan sengitnya persaingan di lapangan. 

Ini pula rasanya yang membuat playoff jadi memiliki aura persaingan yang berbeda. Seperti unggahan kami di Instagram @mainbasket beberapa waktu lalu, NBA Playoff adalah level yang berbeda lagi dari sekadar gim musim reguler NBA. Tak ada ampun, setiap kesalahan bisa berujung sebagai kekalahan, dan setiap kekalahn bisa menjadi akhir perjalanan. Mentalitas yang sering kita sebut (meski susah terukur) jelas menjadi salah satu faktor penting. Namun, kejelian pelatih dalam mengotak-atik rotasi menit bermain pemain mereka juga akan menjadi salah satu faktor yang membedakan hasil akhir pertandingan. (DRMK)

Foto: NBA

Komentar