IBL

Pekan Olahraga Nasional (PON) memang ditujukan sebagai ajang unjuk kemampuan untuk barisan atlet muda. Dengan beberapa cabang menerapkan batasan umut PON bisa dibilang menjadi salah satu anak tangga dalam regenerasi olahraga di Indonesia.

Tak luput dari regenerasi tersebut, basket Indonesia juga kerap menyaring pemain-pemain muda dari ajang ini. Dua pemain terbaik IBL di 2019 dan 2020, Kaleb Ramot Gemilang serta Abraham Damar Grahita juga mulai mendapat sorotan setelah berlaga di PON.

Hal itu pula yang tampaknya disadari betul oleh Fernando Fransco Manansang. Pemain asal Sulawesi Utara ini menunjukkan performa luar biasa di dua gim pertama babak grup yang sudah ia mainkan. Fernando menorehkan rataan 25 poin, 8,5 rebound, dan 1,5 asis per gim.

Tak sekadar produktif, Fernando juga menunjukkan ia adalah pemain yang efektif dan tidak neko-neko. Efektivitas Fernando bisa dilihat dari catatan eFG% di angka 50 persen. Fernando menembak 45 persen dari tripoin. Sedangkan untuk kesederhanaan bermain, catatan 1,5 turnover per gim dari rataan bermain 35,5 menit per gim (terbanyak kedua di PON) adalah sebuah angka yang brilian.

Untuk pemain yang bisa disebut hybrid forwarda-senter bagi Sulut, Fernando adalah sebuah paket lengkap dan mungkin layak disebut unicorn untuk ukuran Indonesia. Berkaca ke IBL musim lalu, kita melihat Ali Bagir bersama Indonesia Patriots tampil seperti ini pula. Bagir pun juga berlaga di PON kali ini, tapi apa yang ia tunjukkan jelas bukan kejutan. Panggung pertama Bagir adalah IBL lalu.

Untuk Fernando sendiri, panggung awalnya adalah Honda DBL. Ia tercatat dua kali masuk ke jajaran Honda DBL All Star (2018, 2019). Untuk gelaran terakhir, Fernando bahkan terpilih sebagai pemain terbaik selama gelaran DBL Camp yang artinya, ia dinilai cukup tinggi oleh deretan pelatih Australia.

Saya sendiri melihat perubahan besar Fernando dalam satu tahun putaran DBL Camp. Di tahun pertama ia datang, Fernando selayaknya pemain-pemain dengan berkat atletisme tinggi, melakukan segalanya dengan intensitas yang super. Mendapat bola, ia akan melakukan fake, dan lalu berupaya menerobos ke area kunci yang entah berujung layup atau bahkan dunk.

Di tahun berikutnya, ia seolah menjadi pemain yang berbeda. Tak ada lagi permainan tergesa-gesa. Ia bahkan lebih sering melakukan delay jika situasi fastbreak dirasa tak memungkinkan. Satu peningkatan lainnya adalah rasa percaya dirinya untuk menembak tripoin. Di DBL Camp terakhir, meski akurasinya tak sebaik PON kali ini, Fernando sudah memperlihatkan sedikit percikan akurasi tripoin.

Kedewasaan bermain ini yang membuat Fernando cukup spesial. Ia tahu kapan waktunya berlari dan kapan tidak. Ia tahu kapan menembak dan kapan memberi umpan. Dengan kepercayaan setinggi yang ia punya (berdasarkan menit bermain), memiliki kedewasaan seperti ini di usianya sekarang bukanlah hal mudah.

Bisa melantun bola (dribble), atletis dengan kondisi fisik proporsional, percaya diri menembak dari tripoin, akurasi tembakan gratis 65 persen, Fernando adalah paket komplet. Memang, secara tinggi badan, Fernando bukan sosok yang spesial seperti Bagir. Namun dengan apa yang ia tunjukkan sejauh ini, saya percaya ia bisa dibentuk menjadi model pemain apa saja.

Kini, sampai 10 hari ke depan, Fernando akan menjadi motor utama Sulut memecahkan rekor-rekor lainnya. Seperti yang sudah kami singgung sebelumnya, kemenangan atas Jawa Timur di gim kedua lalu diyakini Roland Lengkong, Kepala Pelatih Sulut, sebagai kemenangan pertama mereka dalam sekitar 30 tahun terakhir. 

Bersama Bali, Sulut kini jadi dua tim yang tidak terkalahkan di Grup B. Keduanya pun akan bertemu Selasa, 5 Oktober nanti. Pemenang dari gim ini dipastikan akan menjadi pemuncak klasemen, sebuah sejarah baru lagi untuk basket Sulut.

PON XX Papua 2021 adalah panggung untuk seorang Fernando Manangsang. Dengan usia masih 19 tahun, sky is the limit untuknya. Kini, memang sebaiknya kita lepas ia untuk memimpin Sulut melangkah sejauh yang mereka bisa.

Setelahnya, adalah tugas besar untuk seluruh insan basket Indonesia untuk membantu Fernando meraih potensi tertingginya, menjadi pemain yang semoga mampu memimpin Indonesia untuk meraih prestasi-prestasi lebih baik di kancah internasional. Terbang tinggi Fernando! (DRMK)

Foto: Hariyanto, DBL Indonesia

 

Komentar