IBL

Miami Heat sedang menjalani musim terbaik mereka usai berakhirnya era “Big Three” yang dipimpin oleh Dwyane Wade, Chris Bosh, dan LeBron James. Dalam 36 gim yang sudah dilalui sepanjang musim 2019-2020 ini, Heat berhasil meraih 26 kemenangan. Heat hanya berjarak 13 kemenangan dari pencapaian total mereka musim lalu yang finis di urutan ke-10 Wilayah Timur.

Yang lebih menarik dari Heat musim ini adalah susunan skuat mereka. Berbeda dari “Big Three” yang disesaki oleh pemain bintang, skuat Heat musim ini bisa dibilang tidak mentereng di atas kertas. Dari skuat yang ada, hanya Jimmy Butler dan Goran Dragic yang pernah tercatat tampil di laga All Star.

Tak hanya tak mentereng, Heat juga berisikan pemain-pemain yang pengalamannya belum banyak. Dari 16 pemain yang terdaftar di roster utama, hanya tujuh di antaranya yang sudah bermain lebih dari empat musim. Lalu, tim asuhan Erik Spoelstra ini juga memiliki empat pemain ruki, dua pemain tahun kedua, dan satu pemain tahun ketiga.

Fakta-fakta di atas lantas membuat Heat seolah memunculkan nama-nama baru yang jadi perbincangan di NBA. Bam Adebayo tentu nama yang paling sering dibicarakan sekarang. Lalu ada duet ruki beda status, Tyler Herro dan Kendrick Nunn. Tyler adalah pemain yang terpilih di urutan ke-13 NBA Draft 2019 sedangkan Kendrick adalah pemain yang tidak terpilih (undrafted). Kami sendiri sudah membuat ulasan tentang Kendrick di awal musim lalu.

Nama lain yang mungkin tidak banyak orang kenal tapi berhasil tampil istimewa musim ini adalah Duncan Robinson. Jika Anda asing dengan nama ini sebelum musim ini, Anda tidak perlu malu, karena sejujurnya Duncan memang selalu berada di bawah radar. Di level kampus, Duncan bahkan sempat menghabiskan satu musim bermain di divisi tiga NCAA untuk Williams College sebelum pindah dan menjalani tiga musim selanjutnya bersama University of Michigan.

Masuk ke NBA Draft 2018, tak satupun tim memilih Duncan. Heat baru meliriknya untuk NBA Summer League. Tak menyiakan kesempatan, Duncan tampil apik untuk mendapatkan two-way contract. Ia terus bertahan di tim hingga musim ini dan berhasil menunjukkan penampilan istimewa sebagai pemain yang saya rasa layak disebut tidak diperhitungkan oleh lawan-lawan Heat.

Seberapa istimewa sebenarnya Duncan?

Jika kita cuma melihat statistik tradisional, Duncan tak lebih dari opsi keempat serangan Heat di barisan utama. Ya, musim ini, Duncan konsisten mengisi barisan utama dengan 31 kali penampilan dari total 36 gim Heat. Ia rata-rata bermain 27,3 menit per gim dan menyumbangkan 11,8 poin dan 3,3 rebound. Secara statistik bertahan, Duncan juga biasa saja dengan 0,6 steal dan 0,3 blok per gim.

Namun, Duncan akan sangat istimewa saat kita bergeser ke statistik lanjutan, utamanya area akurasi dan efisiensi serangannya (offensive rating). Untuk efisiensi serangan, Duncan menempati peringkat dua tertinggi di antara barisan utama Heat. Ia mencatatkan 1,10 poin per penguasaan bola, hanya kalah dari Jimmy Butler dengan 1,12 poin per penguasan bola.

Hal yang mendukung baiknya statisitik Duncan saat menyerang adalah fektivitas dan produktivitas tembakannya. Duncan menempati peringkat empat daftar efektivitas tembakan (eFG%) di NBA (minimal 200 percobaan tembakan) dengan 67,1 persen. Ia hanya kalah dari Rudy Gobert, George Hill, dan Brandon Clarke. Di 10 besar daftar ini, hanya George dan Duncan yang memiliki status penembak jitu dan tak bermain sebagai senter.

Bergeser ke produktivitas (TS%), Duncan turun satu peringkat ke posisi lima dengan 67,5 persen. Tiga nama yang ada di atasnya dalam daftar efisiensi masih ada di atasnya. Namun, urutannya berubah, George Hill jadi paling produktif, lalu ada Richaun Holmes, Brandon Clarke, dan Duncan. Selain George dan Duncan, di 10 besar daftar ini masuk nama James Harden. Namun, James layak masuk ke daftar ini karena posisinya sebagai opsi utama serangan Houston Rockets.

Desember 2019 jadi periode terbaik Duncan sepanjang kariernya. Dalam 15 gim yang ia mainkan di bulan tersebut, pemain berusia 25 tahun ini memiliki efisiensi serangan 1,16 poin per penguasaan bola. Catatan eFG% Duncan menyentuh 74 persen dengan TS% 75,4 persen. Dua torehan tembakan ini merupakan yang tertinggi di laga di bulan itu. Hampir saja ketinggalan, jika Anda bertanya tentang berapa persen akurasi tripoin Duncan, jawabannya adalah 44 persen.

Duncan adalah salah satu kejutan terbaik yang terjadi di NBA musim ini. Mungkin saja, Duncan dan Heat bisa membuat kejutan lain di akhir musim nanti. Melihat kondisi tim yang cukup kondusif dan suportif, Heat memiliki peluang besar untuk melewati ekspektasi para penikmat NBA yang sebenarnya tak cukup tinggi kepada mereka. Untuk Duncan pribadi, apa yang ia catatakan memang luar biasa, tapi tentu saja selalu ada ruang untuk perbaikan. Kemampuan bertahan menjadi salah satu ruang yang paling terlihat butuh peningkatan. Jika ia mampu meningkatkan hal itu, Duncan akan jadi rebutan banyak tim di masa mendatang. Anda membacanya lebih dulu di sini.

Foto: NBA

 

Komentar