IBL

Suatu ketika pada Maret 2018, saya ditemani seorang atlet muda yang bercita–cita ingin menjadi wakil tim nasional, melakukan demonstrasi gerakan lantun yang sering dilakukan atlet-atlet NBA tertentu di salah satu gedung mal di Senayan, Jakarta. Kami menunjukkan gerakan itu kepada para atlet basket rekreatif yang memang tujuannya sekadar bisa meniru gerakan atlet NBA tanpa perlu pemahaman gerakan dasar lebih lanjut. Kemudian, atlet muda tersebut bertanya kepada saya, mengapa tidak pernah mengajarkan gerakan–gerakan tersebut kepadanya dan para atlet profesional lain, karena gerakannya tampak sangat bermanfaat kalau dapat dikuasai. Saya menanggapi itu dengan: “Mau menjadi atlet basket seperti apakah kamu?”

Melatih, menyempurnakan, dan mengembangkan gerakan–gerakan dasar (melantun, menembak, dan mengoper) merupakan jalan yang harus dilalui untuk menjadi atlet terbaik (selain dari latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik dasar yang tidak dibahas di sini). Keterampilan gerakan dasar wajib dilatih secara terencana dan disiplin di sepanjang karir basket bila ingin menjadi atlet yang berprestasi, terlebih lagi bagi yang hendak mewakili timnas dan mengharumkan nama bangsa.

Latihan secara disiplin yang saya maksudkan mengandung tiga unsur penting, yakni: rutin, konsisten, dan sepenuh hati. Rutin artinya melakukan sesi latihan sesuai jadwal perencanaan. Konsisten artinya melakukan prosedur latihan dengan gerakan yang benar sesuai dengan yang telah direncanakan dan tidak mengubahnya menjadi lebih singkat atau sederhana karena berbagai alasan (misalnya alasan kelelahan, waktunya kurang, berhalangan dengan kegiatan lain, dan sebagainya). Sepenuh hati artinya melakukan semua aktivitas latihan dengan ikhlas, kesadaran diri, dan bermotivasi tinggi untuk menjadi yang terbaik.

Berdasarkan hasil pengamatan saya, terdapat empat golongan atlet basket sebagai hasil dari aktivitas latihan keterampilan dasar basket yang dilakukannya sehari–hari, tanpa meninjau dari faktor–faktor internal dan eksternal lainnya, antara lain:

Atlet basket sirkus

Golongan ini merupakan kelompok atlet yang meniru gerakan–gerakan teknik tingkat tinggi yang dilakukan atlet–atlet NBA dari video–video yang tersedia di YouTube atau sejenisnya, tanpa memahami dan menguasai gerakan–gerakan dasar, dan mengembangkannya lebih lanjut.

Atlet basket rata-rata

Golongan ini merupakan kelompok atlet yang telah menjalani latihan dasar di tingkat junior secara rutin, dilanjutkan dengan latihan teknik tingkat tinggi dengan cara mencontoh gerakan–gerakan atlet lain. Mayoritas atlet profesional di seluruh dunia, dan tidak hanya di Indonesia, berada dalam golongan ini.

Atlet basket di atas rata–rata (spesialis dan fundamentalis)

Golongan ini merupakan kelompok atlet yang disiplin melakukan latihan keterampilan dasar di sepanjang karirnya dan mampu menerapkan gerakan dasar yang efisien pada permainan. Golongan ini dibagi menjadi dua sub, yaitu spesialis dan fundamentalis.

Atlet spesialis memiliki kemampuan spesifik yang sangat dominan, yang dapat ditunjukkan oleh statistik, dan tidak hanya berdasarkan hasil analisa mekanik dan pengukuran kemampuan fisik. Sebagai contoh, yang disebut atlet spesialis penembak tiga angka harus didukung kriteria statistik tangkap dan tembak tiga angka yang menunjukkan atlet tersebut merupakan seorang spesialis penembak tiga angka. Bila seorang atlet merasa memiliki kemampuan tembakan tiga angka yang baik, tetapi tidak mencapai kriteria standar berdasarkan statistik, maka atlet tersebut tidak dapat disebut sebagai spesialis penembak tiga angka.

Tabel di bawah ini merupakan contoh statistik dari 12 atlet NBA terproduktif dalam hal mekanik tangkap dan tembak tiga angka pada musim kompetisi 2017–2018 (perhatikan 3PM dan 3P%):

Kata fundamentalis yang saya maksud tidak memiliki arti yang sama dengan yang ditunjukkan dalam kamus bahasa Indonesia. Arti atlet fundamentalis mengacu pada para atlet yang telah menguasai dan dapat melakukan gerakan dasar yang efisien dan konsisten pada permainan, dan dapat ditunjukkan oleh statistik sesuai dengan peran fungsionalnya. Beberapa contoh atlet golongan ini adalah John Stockton dan Jason Kidd yang berperan sebagai garda dengan kemampuan pertahanan perimeter, kontrol lantun, dan operan yang sangat baik, sehingga berhasil menjadi yang teratas dalam hal jumlah operan dan mencuri bola berdasarkan statistik NBA.

Atlet basket supra fundamentalis

Golongan ini merupakan kelompok atlet fundamentalis yang berhasil mengembangkankan gerakan–gerakan dasar yang telah dikuasainya menjadi gerakan–gerakan yang lebih kompleks dan dapat diterapkan pada permainan dengan baik. Contohnya, Michael Jordan yang mengembangkan tembakan melompat ke belakang dengan posisi awal memunggungi ring, Dirk Nowitzki mengembangkan tembakan melompat ke belakang dengan satu kaki, George Mikan mengembangkan tembakan kail dan disempurnakan oleh Kareem Abdul-Jabbar, Wilt Chamberlain mengembangkan menaruh bola dengan putaran jari yang disempurnakan lebih lanjut oleh George Gervin.

Bagi para penggemar NBA yang sering menyaksikan pertandingan–pertandingan NBA (bukan cuplikan–cuplikannya saja), tentu menyadari para atlet terbaik dari setiap tim yang telah mencapai golongan spesialis, fundamentalis, maupun supra fundamentalis memiliki gerakan–gerakan yang lebih efisien, yaitu dengan gerakan seperlunya saja untuk dapat menghasilkan angka. Bahkan tidak jarang para atlet tersebut terkesan bermain dengan gerakan yang santai, tetapi dapat mencetak angka maupun menciptakan peluang untuk rekannya.

Dengan demikian upaya untuk menjadi atlet basket yang terbaik sangat ditentukan dari bagaimana upaya seorang atlet untuk dapat menyempurnakan keterampilan dasar, bukan dengan cara mempelajari berbagai macam keterampilan yang kompleks. Atlet yang telah menguasai gerakan–gerakan dasar akan dengan sendirinya dapat mengembangkannya menjadi gerakan–gerakan yang lebih kompleks tanpa perlu meniru gerakan atlet lain secara dini.

Ingin menjadi atlet basket seperti apakah kamu?

Foto: Brady Campbell/USA TODAY Sports

Komentar