Merpati Bali termasuk salah satu klub yang eksis di kancah bola basket Indonesia. Klub tersebut berdiri sejak 1968. Artinya Merpati Bali sudah berusia 57 tahun. Merpati Bali menurunkan tiga tim dalam Mandiri Kejurnas Antarklub 2025 U16 dan U18.
Merpati Bali mengirim tim untuk kategori U16 putri, U16 putra, dan U18 putra dalam Mandiri Kejurnas Antarklub 2025. Tim U16 putri membuka kompetisi di hari pertama melawan Roar Basketball Jakarta di GOR Pancasila. Merpati Bali unggul 51-45.
Baca juga: Jadwal Lengkap Mandiri Kejurnas Antarklub 2025 U16
Dalam Mandiri Kejurnas Antarklub 2025 U16 putri tersebut, Merpati Bali tergabung di Grup B. Selain Roar Basketball Jakarta, klub yang merupakan binaan Fictor Gideon Roring, mereka juga bersaing dengan GMC Cirebon dan CLS Surabaya. Klub-klub tersebut merupakan “pemain lama” di dunia basket.
“Ekspektasi kami selalu development. Kami tahu tugas sebuah klub itu bukan untuk memenangkan turnamen. Tetapi bagaimana caranya kami secara konsisten menyumbangkan atlet terbaik buat nasional,” kata pelatih Merpati Bali Bambang Asdianto Pribadi yang ditemui di sela-sela kejurnas.
Menurut penuturan pelatih yang akrab disapa Mbing ini, Merpati Bali untuk putri tidak ada yang berusia 16 sama sekali. Rata-rata mereka membina pemain yang berusia 13-15 tahun. “Dan nyambung sama national talent scouting. Jadi Merpati Bali ekspektasinya menyiapkan anak-anak usia belasan ini. Syukur-syukur bisa ke Piala Dunia.”
Baca juga: Jadwal Lengkap Mandiri Kejurnas Antarklub 2025 U18
Merpati Bali memang kerap menyumbang pemain untuk timnas putri. Seperti Ayu Sriartha dan Agustin Gradita Retong yang saat ini tengah berlaga di FIBA Women’s Asia Cup 2025 Divisi A. Juga ada Kadek Pratita Citta Dewi yang ikut serta mempersembahkan emas pertama untuk basket putri Indonesia di SEA Games 2023.
Coach Mbing menilai konsistensi sebuah klub membina talenta terletak adanya fasilitas. Merpati Bali memiliki lapangan basket sendiri. Salah satunya GOR Merpati yang juga digunakan sebagai kandang untuk Bali United di IBL.
“Kami punya sejarah yang panjang. Kami beruntung banget punya sarana dan prasarana, senior-senior yang peduli dengan basket di Bali dan nasional,” ujar mantan pelatih Rans tersebut.
Adanya fasilitas tersebut membuat klub-klub bisa terus konsisten membina bakat-bakat muda. Setelah adanya fasilitas, hal lain yang perlu ada agar pembinaan terus berjalan adalah cetak biru (blueprint) bola basket.
“Dengan adanya blueprint itu, kita bisa punya finish line yang sama. Sehingga bisa memasang hal yang sama. Saat bertemu di kompetisi itu bisa selevel. Akhirnya kita bisa improve satu sama lain,” ujarnya. (*)
Foto: Perbasi