IBL

Mainbasket pernah mengulas dua pemain yang karirnya pernah berada dalam titik nadir. Ada nama Anthony Bennett dan Tyreke Evans. Kedua pemain itu sempat mengalami naik-turun karir yang membuat mereka hampir jatuh.

Ada perbedaan besar dalam karir dua pemain tersebut. Bila Evans berhasil menemukan kembali performa apiknya bersama Memphis Grizzlies, Bennett masih harus bekerja keras untuk kembali ke level tertinggi permainannya. Ia kini masih berjuang bersama Maine Red Claws di NBA G-league.

Setelah dua nama tersebut, ada nama baru yang rasanya akan menyusul mereka. Ia adalah center milik New York Knicks, Joakim Noah. Meski masih berstatus sebagai pemain Knicks, ia hanya turun dalam tujuh laga musim ini. Dari tujuh laga tersebut, rata-rata Noah turun selama 5,7 menit dan mencatatkan statistik 1,7 poin dan 2,0 rebound per laga.

Sangat minimnya menit bermain Noah diakibatkan oleh cedera yang ia derita di akhir musim lalu. Cedera pada bahu yang mengharuskan Noah naik meja operasi tersebut juga membuat ia hanya bermain 46 laga musim lalu.

Selain cedera, keadaan Noah diperburuk setelah dirinya terlibat friksi dengan Kepala Pelatih Jeff Hornacek. Dirilis clutchpoints.com, Noah dan Hornacek sempat terlibat dalam pertengkaran hingga saling dorong pada latihan tim yang digelar 24 Januari 2018 lalu. Setelah pertengkaran itu, nama Noah tidak lagi masuk dalam daftar rotasi pemain Knicks. Ia lantas sempat memainkan beberapa laga bersama Westchester Knicks sebelum akhirnya benar-benar diasingkan dari organisasi Knicks.

Tidak pernah ada yang memprediksi karir Noah akan berjalan seperti ini. Pemain yang berulang tahun setiap 25 Februari ini selalu dipuja setinggi langit nyaris sepanjang karirnya. Saat masih bermain di level kampus, namanya termasuk dalam jajaran elit. Bersama University of Florida, Noah berhasil meraih dua gelar juara berturut-turut pada 2006 dan 2007. Pada 2006, ia bahkan terpilih sebagai Most Outstanding Player di babak empat besar NCAA.

Karir moncer di level kampus tersebut membawanya bergabung dengan Chicago Bulls yang memilihnya pada urutan sembilan NBA Draft 2007. Di musim-musim awalnya bermain di NBA, ia terkenal atas ketangkasannya yang berada di atas rata-rata center NBA kala itu. Dengan tinggi 211 cm, Noah berbahaya di bawah ring, piawai mencari rebound, lincah melantun bola, dan cekatan memberikan umpan.

Puncak penampilan Noah terjadi di musim 2012-2013 dan 2013-2014. Dalam dua musim tersebut, ia selalu terpilih dalam jajaran All-Star. Selain itu, namanya juga masuk dalam All-Defensive First Team dalam kurun waktu yang sama. Pemain berkebangsaan Perancis ini makin dipandang tinggi setelah berhasil meraih gelar NBA Defensive Player of the Year pada 2014.

Masa Noah bersama Bulls berakhir pada akhir musim 2015-2016. Ia lantas memutuskan untuk bergabung dengan Knicks untuk musim selanjutnya. Ia menandatangani kontrak selama empat musim yang bernilai AS$72 Juta.

Pada prosesnya, kontrak besar ini pula yang membuat situasi Noah kini makin rumit. Diyakini tidak akan ada satupun tim yang mau melakukan pertukaran untuknya dan menanggung gaji superbesar tersebut. Knicks pun akan berpikir ulang bila melepaskan Noah, karena melepaskan berarti mereka akan membayar sisa kontrak Noah yang mencapai AS$54 Juta. Jumlah tersebut bisa berkurang bila pemain bersangkutan setuju menerima jumlah yang lebih kecil yang rasanya tidak mungkin.

Akan tetapi, masa-masa sulit ini rasanya akan segera berakhir untuk Noah, mengingat jadwal NBA yang mengharuskan semua tim memastikan pemain yang bisa bermain untuk playoff pada tanggal 1 Maret mendatang. Maka dari itu, Knicks harus segera mengambil keputusan. Mereka harus memilih antara melepas atau memainkan Noah, yang keduanya sangat tidak mudah bagi mereka.

Foto: USA Today,SLAM, ESPN

Komentar