IBL

Orang bijak berkata bahwa roda kehidupan akan selalu berputar. Kadang kita ada di bawah kadang kita berada di atas. Kondisi seperti ini bisa terjadi kepada siapa pun manusia di muka bumi ini, termasuk para pemain NBA. Pada artikel sebelumnya, ada kasus Anthony Bennet yang pernah dipuja tinggi dan sekarang sedang dalam masa suram. Kali ini, ada cerita pemain yang mampu bangkit dari masa suram, pemain yang mampu menemukan kembali kepercayaan dirinya.

Pemain tersebut adalah Tyreke Evans.

Memiliki nama lengkap Tyreke Jamir Evans, pemain kelahiran Chester, Pennsylvania, Amerika Serikat 28 tahun lalu itu telah menjadi bintang basket sejak masih duduk di bangku SMA. Ia bahkan telah mengisi sampul depan majalah basket kenamaan SLAM Magazine kala itu bersama dengan Brandon Jennings, Jrue Hoiday, dan Lance Stephenson. Evans juga berhasil memenangi gelar MVP McDonald’s High School All-American Game yang bisa dianggap salah satu gelar paling prestisius untuk anak SMA di sana.

Dengan segala reputasi yang ia dapat semasa di SMA, undangan dari beberapa universitas ternama pun dengan mudah datang kepadanya. University of Texas, Villanova University, dan University of Memphis adalah barisan universitas yang mengundangnya untuk bergabung. Evans pun lantas memutuskan bergabung dengan University of Memphis.

Karir di level kuliahan tidak berlangsung sepenuhnya mulus bagi Evans. Masa-masa awal bersama University of Memphis, ia sempat dijajal beberapa kali untuk bermain sebagai point guard, bukan small forward yang sepanjang karir ia lakukan. Kesulitan tersebut terus dicoba diatasi dengan berbagai cara oleh Evans dan kepala pelatih University of Memphis kala itu, John Calipari. Memasuki laga kesebelasnya bersama University of Memphis, Evans nyaris membuat triple-double dengan 14 poin, 10 rebound, dan 8 asis. Penampilannya semakin konsisten baik sebagai point guard ataupun small forward hingga laga ke-37 yang sekaligus laga terakhirnya bersama University of Memphis. Evans mencatatkan 17,1 poin, 5,4 rebound, dan 3,9 asis hanya dalam rataan 29 menit ia bermain. Keputusan untuk melaju ke NBA Draft pada musim 2009 pun diambil Evans mengingat penampilan apiknya.

Diprediksi terpilih pada urutan lima pertama, Evans akhirnya dipilih oleh Sacramento Kings pada urutan keempat secara keseluruhan. Musim pertama berjalan sangat sempurna bagi Evans. Bermain di 72 laga yang semuanya ia mulai sebagai starter, ia berhasil mendapatkan rataan 20,1 poin, 5,3 rebound, 5,8 asis, dan 15 steal per laga. Catatan itu membuat Evans disejajarkan dengan Oscar Robertson, Michael Jordan, LeBron James sebagai rookie yang mampu mencatatkan rataan 20 poin, 5 rebound, dan 5 asis di musim pertamanya. Gelar Rookie of The Year pun dengan mudah didapatkan Evans kala itu.

Empat musim selanjutnya dihabiskan Evans masih dengan Kings. Namun, prestasi keduanya masih di situ-situ saja. Evans konsisten dengan rataan belasan poin per laga yang ia cetak sementara Kings konsisten tak mampu melaju ke playoffs. Musim 2013-2014 perubahan besar terjadi pada karir Evans saat ia menjadi bagian pertukaran yang melibatkan tiga tim, Evans resmi ditukar menuju New Orleans Pelicans.

Bersama dengan tema membangun ulang (rebuild) yang dicanangkan Pelicans, Evans bergabung dengan Jrue Holiday, Eric Gordon, dan Anthony Davis. Peran lebih menyeluruh didapatkan Evans di Pelicans. Tak lagi menjadi pusat penyerangan, ia lebih bertindak sebagai penyeimbang tim sekaligus fasilitator bagi pemain-pemain lainnya dengan kemampuan melantun bola dan mengumpan yang ia miliki. Meski tidak mendapatkan porsi menyerang yang sama saat ia membela Kings, Evans tetap konsisten mencatatkan rataan belasan poin di dua musim awalnya bersama Pelicans.

Karir Evans berubah drastis memasuki musim ketiganya bersama Pelicans. Evans mengalami cedera pada lutut kanannya yang membuat ia hanya bermain dalam 25 laga kala itu. Cedera itu juga berdampak pada permainan Evans. Ia yang selama ini dikenal dengan agresivitas menusuk daerah pertahanan lawan menjadi jauh lebih pasif setelah cedera itu. Kemampuan tembakan tripoinnya yang memang terkenal buruk juga tidak membaik, masih bertahan di angka 30 persen. Karir Evans semakin tenggelam bahkan nyaris dilupakan oleh para penggemar NBA.

Nama Evans kembali mencuat ke permukaan ketika hari pertukaran akan ditutup pada musim 2016-2017. Namun, bukan prestasi yang ia torehkan, melainkan munculnya nama Evans dalam pertukaran DeMarcus Cousins yang dilakukan oleh Pelicans. Pertukaran itu harus mengirim ia kembali ke tim yang pertama kali ia bela di NBA, yakni Sacramento Kings. Kings yang secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka berusaha membangun tim dengan para pemain muda tentu tidak berharap banyak dari sang veteran NBA ini. Evans hanya bermain dalam 14 laga bersama Kings sebelum ia dilepas di pengujung musim.

Saat semua orang berpikir karir Evans telah habis, Memphis Grizzlies datang dan mencoba memberikan ia kesempatan bermain untuk musim 2017-2018. Grizzlies tak serta merta percaya pada Evans mengingat performanya di dua musim belakangan. Grizzlies hanya memberikan Evans kontrak kaliber veteran selama satu musim sebesar AS$3,3 juta. Ia pun diprediksi hanya akan bermain dari bangku cadangan dan tidak berkontribusi banyak mengingat masih ada nama Marc Gasol dan Michael Conley dalam tim.

Pertandingan pertamanya bersama Grizzlies, ia langsung dihadapkan dengan mantan tim yang ia bela, Pelicans. Bermain selama 20 menit, Evans tampil lumayan dengan torehan 11 poin dan 5 rebound. Namun, ada satu hal yang tampak berbeda dari Evans. Bahasa tubuh yang ia tunjukkan saat berseragam Grizzlies ini mengingatkan kita pada musim pertamanya dengan Kings. Ia bak terlahir kembali dan sangat percaya diri dalam mengambil tembakan dan membuat beberapa pengamat mulai kembali memperhatikannya.

Hingga artikel ini dibuat, Evans telah bermain 37 kali dalam total 38 laga yang telah dimainkan Grizzlies. Ia juga sempat turun sebagai starter dalam 18 laga.  Satu hal lagi yang membuat Evans seolah kembali ke masa jayanya saat ia masih berstatus rookie adalah statistik. Dalam 37 laga tersebut, Evans menorehkan 19,6 poin per laga yang merupakan tertinggi dalam tim ditambah 5,1 rebound, 4,6 asis, dan 1,1 steal. Lebih hebat lagi, ia menorehkan catatan tersebut hanya dalam rataan menit bermain di angka 30 menit per laga. Tujuh menit lebih sedikit dari rataan menit bermainnya saat rookie.

Meski Grizzlies sedang menjalani salah satu musim terburuk mereka, nama Evans kini mulai diperbincangkan dalam kandidat peraih gelar Sixth Man of The Year atau Most Improved Player of The Year.  Ia juga mulai menjadi tumpuan utama tim dalam menyerang mengingat belum membaiknya performa Gasol dan Conley.

Evans dengan segala upayanya yang mungkin tidak diketahui oleh khalayak luas telah berhasil keluar dari keterpurukan. Ia berhasil menghindari ancaman berakhirnya karir NBA di usia 28 tahun. Roda kembali berputar, Evans sekarang sedang dalam perjalanan kembali ke atas, kembali ke puncak performanya untuk sekali lagi mengingatkan para penggemar NBA bahwa Tyreke Evans masih ada.

Semoga beruntung, Tyreke Evans!

Foto: USA Today, bleacherreport, bealestreetbears.com

Komentar