IBL

Siapa yang pernah dengar nama Luol Deng? Jika anda penikmat NBA di pertengahan 2000-an harusnya nama ini bukan nama yang asing. Terlebih lagi bila anda adalah penggemar Chicago Bulls yang kala itu diasuh oleh Tom Thibodeau. Bulls yang menjadi pemuncak klasemen wilayah timur pada musim 2010-2011.

Benar adanya bila anda mengingat masa itu adalah masa keemasan baik Deng atau Bulls. Keduanya sedang dalam performa terbaik untuk menjadi pemuncak klasemen wilayah timur. Bahkan Bulls tidak sungkan mengalahkan tim bertabur bintang, Miami Heat.

Tapi masa lalu biarlah berlalu. Tujuh tahun berselang, cerita sangatlah berbeda. Di atas kertas, Deng memang masih merupakan pemain NBA. Ia terdaftar sebagai salah satu pemain Los Angeles Lakers dan masih setia dengan nomor punggung 9. Tapi apakah Anda pernah melihatnya turun bermain musim ini? Jika jawabannya tidak pernah, kami sangat memaklumi.

Sejujurnya, Deng hanya pernah sekali turun bermain pada musim ini. Pria kelahiran Sudan ini turun sebagai pemain pengganti di pertandingan pertama Lakers melawan Los Angeles Clippers. Ia bermain selama 13 menit dan mencetak 2 poin, 1 asis, dan 1 steal. Apa gerangan yang terjadi dengan Deng?

Sejak awal musim 2017-2018 digelar, kepala pelatih Lakers, Luke Walton, mengutarakan bahwa Deng tidak masuk dalam rencana permainannya. Ia ingin mempercayakan tim ini lebih kepada para pemain muda seperti Brandon Ingram dan Kyle Kuzma. Dengan pernyataan tersebut, karir Deng bersama Lakers jelas telah habis.

Terasa sangat miris melihat situasi yang terjadi pada Deng. Pemain ini memilki karir yang cukup bagus jauh sebelum bergabung dengan Lakers. Lolos dari perang saudara yang terjadi di Sudan, Deng dan keluarga berhasil mendapatkan suaka dari pemerintah Inggris. Melihat kecintaannya pada olahraga basket, ia lantas memutuskan untuk mengejar karirnya ke Amerika Serikat.

Menjalani karir yang sempurna di level SMA, Deng muda sering disejajarkan dengan LeBron James. Hal itu membuat ia dengan mudah mendapatkan beasiswa untuk level mahasiswa. Dan, pemain yang kini berusia 32 tahun ini memilih Duke University.

Setahun bermain di bawah asuhan pelatih Mike Krzyzewski membuat Deng yakin bahwa ia sudah layak bermain untuk level NBA. Perasaan tersebut yang membimbing Deng mengikuti gelaran NBA Draft tahun 2004. Ia lantas terpilih di urutan tujuh secara keseluruhan oleh Phoenix Suns yang lantas langsung menukarnya ke Bulls.

Bersama Bulls, karir Deng berjalan layaknya dongeng-dongeng indah. Puncaknya ada pada tahun 2010 – 2013. Dalam kurun waktu tersebut, Deng berhasil membantu Bulls meraih final wilayah timur untuk pertama kalinya sejak era Michael Jordan. Selain itu, ia juga berhasil terpilih berpartisipasi dalam laga All Stars selama dua tahun berturut (2012-2013).

Setelah itu, Bulls memutuskan untuk mengirimnya ke Cleveland Cavaliers di sisa musim 2014. Tidak bertahan lama, Deng memutuskan untuk bergabung dengan Miami Heat selama dua musim sebelum akhirnya memilih berlabuh dengan Lakers.

Saat bergabung dengan Lakers, usianya masih 31 tahun. Dengan segala prestasi yang dimiliki oleh Deng, ia sangat layak mendapatkan kontrak selama empat musim sebesar AS$72 juta. Kesepakatan itu terjadi antara Deng dengan dua petinggi Lakers kala itu, Jimmy Buss dan Mitch Kupchak.

Setahun berselang, kedua orang itu ternyata tidak dipercaya lagi menduduki kursi petinggi Lakers. Jabatan tersebut berpindah ke tangan legenda Lakers, Earvin “Magic“ Johnson. Seiring dengan perpindahan tersebut, Magic mencanangkan perombakan besar-besaran dalam roster Lakers kala itu.

Pemain yang dirasa tidak memiliki “semangat Lakers” ditendang keluar oleh Magic. D’Angelo Russell dan Timofey Mozgov adalah salah duanya. Sayangnya, Magic menyisakan Deng tertinggal dalam kondisi tidak jelas.

Kontrak dengan nominal harga yang tinggi dan minimnya menit bermain Deng pada musim sebelumnya membuat tim-tim lain berpikir ulang untuk mengambil sang veteran. Padahal, bila mereka menilik ulang statistik Deng, pemain ini sebenarnya tampil cukup bagus. Sebelum bermain bersama Lakers, Deng selalu memiliki rata-rata poin per laga di dua digit angka plus lebih dari lima rebound per laga. Rataan poin tertinggi Deng terjadi pada musim 2013-2014 dengan 19.0 poin per laga.

Dengan kondisi ini, dipastikan Deng masih akan menerima bayaran sebesar AS$18 juta per tahun dengan tanpa perlu bermain di pertandingan. Keadaan ini tentu bukanlah keadaan yang cukup bagus bagi ruang gaji Lakers yang ingin mendaratkan banyak bintang musim depan.

Akan menjadi pekerjaan rumah besar bagi Magic untuk memikirkan jalan keluar terbaik bagi Deng ke depannya. Peluang Lakers melepaskan Deng dengan membayar sisa kontraknya dirasa juga tidak akan dilakukan oleh Magic. Di sisi lain, keteguhan Walton untuk tidak memainkan Deng juga terlihat belum akan berubah.

Deng sendiri berusaha profesional menghadapai hal ini. “Mereka (manajemen Lakers) telah menjelaskan secara gambalang kepada saya mengenai situasi ini. Jadi, saya akan berkonsentrasi terhadap hal-hal yang saya bisa kontrol saja. Saya selalu hadir dalam latihan dan persiapan pertandingan meskipun saya tahu saya tidak akan bermain. Saya hanya ingin fokus membantu para pemain muda sekarang,” ujar Deng dikutip clutchpoints.

Tidak ada yang menyangka bahwa karir Deng akan menyentuh dasar secepat ini. Kondisi serba tidak enak ini membuat Deng seolah mengikuti jejak mantan rekan setimnya, Joakim Noah. Keduanya pemain bagus yang sama-sama menyentuh titik terendah karir mereka dalam waktu yang sama sekali tidak disangka. Semoga keduanya segela menemukan jalan keluar terbaik bagi kelangsungan karir mereka.(*)

Foto: hoopshype, sbnation, clutchpoints

Baca juga:

https://www.mainbasket.com/r/1581/kisah-kehancuran-anthony-bennett-pilihan-pertama-nba-draft-2013

https://www.mainbasket.com/r/2031/kisah-joakim-noah-menyentuh-titik-terendah-dalam-karirnya

 

 

 

Komentar