IBL

Tidak ada yang menyangka Portland Trail Blazers akhirnya melepas Damian Lillard ke Milwaukee Bucks. Setelah di tiga bulan terakhir santer dikabarkan Dame (sapaan Lillard) meminta Miami Heat sebagai destinasinya, tiba-tiba ia justru merapat ke gerbong Giannis Antetokounmpo. 

Kepindahan Dame memang sebuah kejutan. Namun untuk saya, kejutan terbesar adalah aset yang dilepaskan Bucks. Seperti diketahui bersama, pertukaran ini melibatkan tidak hanya Blazers dan Bucks. Phoenix Suns juga terlibat dalam pertukaran ini, bahkan mendapatkan aset yang paling oke sejauh ini. Suns mendapatkan Jusuf Nurkic, Nassir Little, dan Grayson Allen. 

Bucks adalah satu-satunya pihak yang tidak saya mengerti di skenario ini. Selain Grayson Allen, mereka juga melepas Jrue Holiday di pertukaran ini. Jrue merapat ke Blazers, setidaknya sampai artikel ini dibuat. Ya, Blazers sendiri langsung terbuka untuk potensi kembali menukar Jrue demi mendapatkan pemain yang mungkin lebih muda atau lebih berharga. 

Ya, melepas Jrue adalah keputusan paling sulit dipahami di skenario ini. Jrue bukan hanya bagian penting di skuad Bucks dalam tiga musim terakhir, ia bahkan adalah kepingan utama dalam mewujudkan gelar juara Bucks untuk musim 2021. Bahkan, menurut saya, jika tidak ada Jrue. gelar juara itu jelas tidak akan terwujud. Jika tidak ada Jrue. saya tidak tahu bagaimana Bucks akan menghentikan Devin Booker yang kala itu cukup panas. 

(Baca juga: Boston Celtics Sambut Kedatangan Jrue Holiday) 

Bagian di atas saya tulis sebelum pertukaran Jrue ke Boston Celtics dari Blazers terjadi pada Minggu, 1 Oktober 2023, waktu setempat. Saat menulis bagian pertama di atas, saya sudah punya bayangan bahwa Jrue akan pindah ke tim lain lagi. Sayangnya, saya tak sempat menyelesaikan tulisan di atas sebelum pertukaran terjadi. Prediksi saya kala itu bukanlah Celtics, melainkan Heat yang saya kira akan memperjuangkan segalanya untuk Jrue. Namun, Celtics juga tetap membuat hati saya lega. 

Di titik ini, saya adalah pendukung Jrue. Saya paham betul, liga, utamanya NBA adalah sebuah industri. Namun, melihat apa yang dilakukan Jrue selama membela Bucks dan lebih lagi pernyataannya sebelum ditukar ke Blazers, saya senang melihat Jrue berlabuh ke Celtics. Tepat sehari sebelum ditukar ke Blazers, Jrue menyatakan niatnya untuk pensiun di Bucks. Menurutnya, Bucks dan kota Milwaukee adalah tempat yang pas untuk menutup perjalanan kariernya di NBA. 

"Sebelum saya meraih gelar juara di sini, saya sudah bilang saya akan menghabiskan karier di Bucks, ini sungguh dari lubuk hati saya terdalam," terang Jrue dilansir Fox Sports. "Saya tidak ingin bermain untuk tim lain. Saya rasa kami punya kesempatan untuk melanjutkan hal baik di Bucks, jadi saya ingin bertahan di Milwaukee".

"Menjadi pemain Bucks selama tiga musim ini adalah masa-masa terbaik di karier saya. Kami di sini tak sekadar menang. Kami juga menjadi tim terbaik di NBA, menjadi tiga tim terbaik secara konsisten di tiga musim, saya tak pernah berada di tim sebaik ini," pungkasnya. 

Situasi lebih buruk dilakukan oleh manajemen Bucks. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa manajemen Bucks tidak berkonsultasi dengan Giannis Antetokounmpo saat menukar Jrue. Giannis memang sampai sekarang tidak menunjukkan emosinya terkait pertukaran Jrue dan Dame, namun melihat langkah yang dipilih oleh manajemen Bucks, bisa dibayangkan Giannis tak akan menerima semudah itu. 

Permasalahan utama Bucks di mata saya adalah pelatih, yang sebenarnya sudah mereka atasi dengan pergantian dari Mike Budenholzer ke Adrian Griffin. Di mata saya, Mike adalah pelatih yang bagus untuk musim reguler. Di babak playoff, Mike tidak punya jurus yang banyak untuk mengatasi situasi-situasi sulit. Lebih lagi, ia juga terus "melindungi" bintang utama tim, dalam hal ini Giannis. 

Ya, itu adalah salah satu keanehan Mike. Dalam tiga musim di playoff, Giannis yang sedang dalam usia emas dan fisik yang mumpuni tak pernah jadi pemain dengan rataan menit terlama di lapangan. Catatan menit bermain tertinggi Giannis adalah 38,1 menit per gim saat mereka meraih gelar juara. Itupun ia tak lebih banyak bermain ketimbang Khris Middleton dan Jrue. 

Sampai sekarang, sampai detik ini, saya masih tidak paham alasan di balik penukaran Jrue. Secara prestasi, sekali lagi, Bucks baik-baik saja. Secara chemistry, hubungan Jrue dengan para pemain lainnya pun baik-baik saja. Ia bahkan memenangkan NBA Teammate of the Year dalam dua musim terakhir. 

Kegagalan Bucks untuk kembali melangkah jauh di playoff pun bukan karena Jrue. Di musim 2021-2022, kalah tujuh gim atas Celtics di semifinal Wilayah Timur tentu bukan prestasi yang buruk. Musim lalu, kekalahan di ronde pertama playoff atas Heat juga tak lepas dari cederanya Khris Middleton sepanjang musim reguler. Khris hanya bermain 33 kali di musim reguler, sehingga ia tak mampu mencapai performa terbaiknya di playoff. 

Menutup semua keanehan Bucks, kini mereka akan menghadapi tantangan besar di musim 2023-2024. Celtics dengan Jrue akan menjadi kekuatan baru yang mengerikan. Jrue, Jaylen Brown, Jayson Tatum, Al Horford, dan Kristaps Porzingis tentu bukan lawan yang ingin dihadapi oleh Bucks di playoff. 

Mari kita tunggu, apakah keputusan melepas Jrue akan membuat Bucks menjadi lebih baik? atau akan jadi penyesalan terbesar mereka di masa mendatang? (DRMK)

Foto: NBA

Komentar