IBL

Milwaukee Bucks berkembang menjadi kekuatan terbesar di Wilayah Timur dalam waktu yang singkat. Meski pembentukan inti dari tim ini tidak singkat, hanya dalam satu musim, Bucks berkembang dari tim yang finis di urutan ketujuh menjadi tim teratas dengan catatan 60 kemenangan. Hal ini terjadi di musim 2018-2019, musim pertama Mike Budenholzer menangani tim ini.

Saya masih ingat betul bagaimana kedatangan Coach Bud (sapaan Budenholzer) kala itu disambut dengan semangat tinggi oleh para penggemar Bucks. Bagaimana tidak, sepanjang karier kepelatihannya, ia hanya sekali gagal membawa Atlanta Hawks lolos ke playoff. Ya, pelatih berusia 51 tahun ini baru menangani Hawks sepanjang kariernya. Total ia menjadi kepala pelatih Hawks selama lima musim.

Kegagalan lolos ke playoff Hawks pun terjadi di musim terakhirnya melatih, 2017-2018. Di musim itu, Hawks sendiri sudah mencanangkan pembangunan ulang skuat. Lebih dari 70 persen susunan skuat Hawks di musim 2017-2018 tidak ada lagi di musim 2018-2019. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pembangunan ulang skuat Hawks dan Coach Bud tidak perlu dipermasalahkan atas gagal lolos ke playoff di musim tersebut.

Prestasi terbaik Coach Bud bersama Hawks terjadi di musim 2014-2015, musim keduanya sebagai kepala pelatih. Menggunakan susunan barisan utama (starter) Jeff Teague, Kyle Korver, DeMarre Carroll, Paul Millsap, dan Al Horford, plus Dennis Shcroder dari bangku cadangan, Hawks berhasil meraih 60 kemenangan di musim tersebut. Mereka jadi pemuncak Wilayah Timur, mengalahkan Cleveland Cavaliers yang digawangi oleh trio Kyrie Irving, LeBron James, dan Kevin Love. Di musim itu juga, empat dari lima starter Hawks berhasil menjadi All Star (Carroll jadi satu-satunya yang tidak masuk All Star).

(Baca juga: Giannis Antetokounmpo Tetap di Bucks Hingga 2025)

Dampak kehadiran Coach Bud pun instan terjadi untuk Bucks. Seperti yang sudah tertulis di atas, Bucks berubah dari tim yang kesulitan lolos ke playoff jadi tim dengan 60 kemenangan. Permainan Bucks pun berubah drastis dan menyerupai Hawks. Pergerakan bola dinamis dengan empat pemain berada di luar garis tripoin.

Secara statistik, hal ini juga terlihat jelas. Bucks di musim 2017-2018, saat ditangani oleh Jason Kidd dan Joe Prunty memiliki rataan percobaan tripoin di angka 24,7 tembakan per gim. Semusim setelahnya, bersama Coach Bud, jumlah tersebut meningkat di angka 38,2 tembakan per gim. Bucks juga mengalami peningkatan di offensive rating dan defensive rating. Bersama Kidd, offensive rating Bucks di angka 109,8 sedangkan defensive rating mereka  110,1. Semusim setelahnya, angka Bucks menyentuh 113,8 dan 105,2.

Sistem permainan Coach Bud sebenarnya cukup identik dengan sistem San Antonio Spurs dan Golden State Warriors. Sistem permainan basket modern yang banyak beroperasi di area tripoin dengan banyak pergerakan bola dan screen demi screen. Hal ini pula yang membuat Bucks mendatangkan Brook Lopez dan Nikola Mirotic, dua bigman penembak jarak jauh.

Sebenarnya, secara konsep tim, baik Bucks dan Hawks memiliki kemiripan. Peran Teague sebagai garda yang tangguh secara fisik dan bertahan digantikan oleh Eric Bledsoe. Al Horford sebagai senter penembak digantikan oleh Lopez. Namun, skuat Coach Bud di Bucks bisa dibilang mendapatkan peningkatan besar seiring kehadiran Khris Middleton dan Giannis Antetokounmpo.

Ya, saat Coach Bud dan Hawks menjadi pemuncak Wilayah Timur tapi kesulitan menang di playoff, faktor terbesar kegagalan Hawks di mata saya adalah tidak adanya pemain yang bisa diandalkan sebagai go to player atau pemecah kebuntuan. Meski Millsap dan Korver adalah pemain yang cukup baik, tapi bukan tipikal pemain yang bisa menciptakan peluangnya sendiri dalam waktu terus menerus, jauh berbeda dari Middleton dan Giannis.

Akan tetapi, setelah dua musim bersama Bucks, tampaknya masalahnya bukan di situ. Setelah dua musim Bucks selalu ke playoff dan terhenti dengan telak, pandangan saya berubah bahwa masalah utama tim yang ditangani Coach Bud adalah Coach Bud sendiri. Sepanjang sejarah enam kali tampil di playoff, Coach Bud hanya sekali memiliki catatan sapu bersih (4-0). Hal itu terjadi di putaran pertama playoff 2019 melawan Detroit Pistons, tim yang juga tidak tangguh-tangguh amat.

Kekalahan dari Miami Heat di semifinal Wilayah Timur musim lalu semakin meyakinkan saya bahwa Coach Bud memang bermasalah dengan playoff. Coach Bud dan Bucks gagal menemukan opsi menyerang lain jika Middleton dan Giannis dihentikan lawan. Di sisi pertahanan, Bucks juga terlihat tak tahu harus melakukan apa dengan pergerakan bola dinamis ala Heat dengan tak bergantung pada satu dua orang untuk mencetak angka.

Oleh karena itu, di pandangan saya, musim ini akan jadi penentuan untuk karier Coach Bud dengan Bucks. Bucks hingga kini masih bersaing di urutan dua teratas Wilayah Timur dan sangat mungkin mereka kembali finis sebagai pemuncak klasemen. Akan tetapi, ujian sebenarnya adalah playoff, di mana sejauh ini adalah momok besar untuk Coach Bud.

Manajemen Bucks sudah melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk memberikan barisan pendukung untuk strategi Coach Bud dan Giannis. Jrue Holiday adalah peningkatan untuk Eric Bledsoe yang kurang dalam menyerang. Bryn Forbes, Torrey Craig, D.J. Augustin, dan Bobby Portis juga didatangkan dalam upaya membuat barisan cadangan Bucks lebih bersaing atau membantu memecah kebuntuan.

Sekarang, semuanya benar-benar berada di tangan Bucks. Giannis sejauh ini tak terlihat ada perkembangan secara ketangkasan. Tripoinnya masih di level yang kurang lebih sama dengan musim lalu, tembakan gratisnya juga, Giannis sekarang masih sama dengan Giannis dua musim lalu, saat ia mulai mendominasi liga dengan atletisme yang ia miliki.

Atas fakta tersebut, kami memasukkan namanya dalam daftar pemain yang tidak berkembang. Bahkan, jika kita lihat lebih seskama, tendensi Giannis untuk “melayani” rekan-rekannya juga semakin menurun. Pengamatan ini dibuktikan dengan catatan AST% Giannis yang semakin turun dan menjadi yang terendah dalam tiga musim terakhir.

(Baca juga: Bintang-bintang NBA yang Tidak Berkembang)

Namun, jika toh nantinya Bucks gagal lagi di playoff (dalam hal ini setidaknya masuk final NBA), Giannis akan tetap aman-aman saja di Bucks. Perpanjangan kontrak maksimal menunjukkan bahwa Bucks akan menerima Giannis dalam baik dan buruk, setidaknya sampai tiga musim ke depan. Sebaliknya, di pandangan saya, ini adalah batas terakhir Coach Bud. Jika tidak lolos ke final, entah mengapa saya yakin Bucks akan punya kepala pelatih baru musim depan.

Menarik melihat bagaimana perkembangan Bucks sepanjang musim ini. Di dalam lubuk hati terdalam, terbesit sedikit harapan Coach Bud akan mengistirahatkan Giannis atau Middleton atau bahkan keduanya dalam 1 – 3 gim beruntun. Pasalnya, dalam semua gim Bucks musim ini, top skor mereka di tiap gim selalu berkutat di dua pemain ini saja. Jika keduanya absen, maka kita bisa melihat opsi lain dari Bucks berkembang.

Foto: NBA

 

Komentar