IBL

Kita kini masuk ke bagian terakhir dari daftar ini. Tiga nama terakhir, tiga nama yang menurut kami adalah terbaik di Indonesia, di IBL 2021. Mungkin akan ada perdebatan di bagian terakhir ini, mengingat satu nama di antaranya tak bermain di liga untuk musim 2020 lalu. Namun, dari apa yang ia tunjukkan di musim 2018 – 2019 dan penampilannya bersama tim nasional Indonesia beberapa waktu lalu membuat kami tak ragu ia layak berada di tiga teratas daftar ini.

3.Andakara Prastawa Dhyaksa

Sudah delapan tahun Andakara Prastawa Dhyaksa berkarier di liga profesional Indonesia, tapi sebutan “anak ajaib” rasanya masih layak tersemat untuknya (sampai Prastawa sendiri akhirnya sudah punya anak hehe). Sepanjang kariernya, Prastawa secara konsisten menempatkan dirinya sebagai salah satu garda terbaik Indonesia dengan kemampuan tripoin yang juga luar biasa. Konsistensi ini yang membuat kami menempatkannya di peringkat tiga.

Konsistensi secara statistik pun terlihat setelah kita melihat keseluruhan catatannya. Hanya di musim 2017 – 2018, Prastawa tidak membukukan rataan dua digit poin. Namun, di musim itu pula ia hanya bermain 20,6 menit per gim, terendah hampir sepanjang kariernya. Hingga saat ini, menurut kami tidak ada garda-garda muda yang tampak mengikuti jejak Prastawa secara gaya bermain.

Musim lalu akurasi tripoin Prastawa mencapai 42 persen dengan percobaan 5,2 tembakan per gim. Percobaan ini merupakan yang tertinggi di liga. Satu-satunya pemain dengan perbandingan akurasi dan jumlah percobaan mendekati Prastawa adalah Lutfi Eka Koswara dengan 41 persen dari 4,5 percobaan per gim.

Musim lalu, Prastawa bermain untuk Indonesia Patriots dan jadi top skor kedua untuk tim (di luar pemain naturalisasi). Torehan 9,7 poin Prastawa hanya kalah dari Abraham Damar Grahita. Di sisi lain, Prastawa juga masih tak meninggalkan stigma bahwa point guard adalah fasilitator utama tim dengan catatan 4,8 asis per gim, catatan tertinggi di liga musim lalu.

2.Agassi Yeshe Goantara

Di titik ini mungkin perdebatan akan terjadi. Fakta bahwa Agassi baru bermain satu musim di level profesional dan hanya turun beberapa kali bersama timnas mungkin bisa jadi alasan Anda untuk menurunkan posisi Agassi di daftar ini. Namun, bagi kami, apa yang ia tunjukkan dalam waktu yang tidak banyak ini dengan usianya yang masih 21 tahun, Agassi sangat layak berada di sini.

Dengan tinggi 187 sentimeter, Agassi bisa dibilang memiliki kemampuan yang cukup komplet. Ia mampu menjadi fasilitator yang baik, memiliki akurasi tembakan yang juga cukup baik, dan bertahan dengan solid. Saat membela Stapac, kita bisa lihat bagaimana Giedrius Zibenas memberikan kepercayaan Agassi untuk menjaga garda asing lawan.

Berdasarkan statistik musim 2018 – 2019, pemain asal Tangerang ini menorehkan rataan 6,7 poin, 2,6 rebound, dan 1,2 asis per gim. Akurasi keseluruhannya (FG%) mencapai 34 persen dengan akurasi tripoin mencapai 31 persen. Dari garis tembakan gratis (free throw), Agassi memasukkan 68 persen tembakannya. Efektivitas tembakan keseluruhan Agassi di angka 42 persen. Namun, perlu diingat, kala itu usia Agassi baru 19 – 20 tahun dan baru memulai debutnya di IBL.

Satu hal yang masih perlu dibuktikan lagi oleh Agassi adalah mentalitasnya sebagai pemain utama dalam tim, sebagai opsi serangan utama di tim. Bersama Stapac ia dikelilingi deretan veteran dan juga sistem bermain yang membuat semuanya bisa mencetaj angka. Jika Aggasi mampu membawa Pelita Jaya kembali berjaya, bukan tidak mungkin ia akan berada di puncak daftar ini. Sedikit kabar buruk untuk liga, Agassi dan Prastawa akan bermain di satu tim yang sama di musim 2021 nanti.

1.Abraham Damar Grahita

Rasanya untuk posisi pertama daftar ini, nama Abraham Damar Grahita tak akan menimbulkan perdebatan. Deretan prestasi pemain yang akrab disapa Bram sejak pertama kali menginjakkan kaki di level profesional memang luar biasa. Menjadi peringkat tiga Rookie of the Year 2016 di bawah dua pemain naturalisasi Indonesia (Jamarr Johnson dan Brandon Jawato), Most Improved Player 2017, Sixthman of the Year 2019, dan MVP 2020 adalah bukti bahwa Bram berproses dengan tepat.

Tak hanya di level klub, Bram juga membuktikan dirinya terbaik di Indonesia saat membela tim nasional. Selain rataan 21,3 poin di tiga gim FIBA Asia Cup 2021 Qualifier, Bram juga jadi tulang punggung tim di SEA Games 2019 lalu. Menariknya, Bram baru mulai dipanggil timnas pada 2017. Bersama Indonesia Patriots musim lalu, ia jadi pemilik rataan poin per gim tersubur di liga dengan 13,8. Efektivitas tembakan Bram secara keseluruhan memang cukup baik di angka 52 persen, namun untuk tripoin, torehan 34 persen dari 5,6 percobaan harus ditingkatkan jika ia ingin semakin mengancam.

Di sisi lain, perkembangan pesar Bram juga terlihat secara fisik. Bram terlihat jauh lebih kukuh dari tiga tahun lalu dan dalam beberapa kesempatan bermain di timnas (utamanya SEA Games 2019), ia bermain lebih dari 35 menit per gim yang menunjukkan performa ketahanan tubuh luar biasa. Secara ketangkasan, rasanya hanya kemampuannya dalam menjadi fasilitator yang butuh pengembangan lebih pesat dan cepat untuk semakin mematri namanya di puncak daftar ini.

Foto: Hariyanto, Ariya Kurniawan, FIBA

 

Komentar