IBL

Melanjutkan ulasan mengenai nominasi Indonesian Basketball League (IBL) Awards 2018-2019, kali ini saya akan mengulas tentang siapa pemain cadangan terbaik di liga. Sebelumnya, Anda sudah mendapatkan pilihan saya mengenai siapa ruki dan pemain bertahan terbaik.

Untuk kategori pemain cadangan terbaik atau yang kerap disebut Sixthman of the Year, saya tidak bisa dengan mudah menentukan pilihan berdasarkan statistik tradisional. Pasalnya, tiga pemain yang masuk dalam daftar memiliki statistik yang nyaris serupa. Oleh karena itu, dalam menentukan pilihan kali ini, saya menggunakan perhitungan Per Minutes Rating.

Per Minutes Rating adalah salah satu cara untuk meratakan variabel perhitungan statistik pemain khusunya untuk urusan sumbangsih mereka dalam satuan menit tertentu. Dalam kategori ini, saya menetapkan satuan menit tersebut adalah 20 menit. Karena, biasanya para pemain cadangan mendapatkan jatah bermain paling banyak di angka 20 menit.

Sebelum membaca ulasan di bawah, ada dua istilah yang juga akan saya jelas. Pertama, Effective Field Goald Percentage (eFG%). Statistik ini nyaris serupa dengan akurasi keseluruhan (FG%). Bedanya, di statistik ini, jumlah tripoin masuk mendapatkan nilai lebih dalam perkaliannya, berbeda dengan (FG%).

Kedua, ada True Shooting Percentage (TS%). Ini adalah statistik yang digunakan untuk mengukur efisiensi dalam setiap percobaan tembakan pemain. Di sini, semua tembakan pemain masuk dalam faktor hitungan, termasuk tembakan gratis (free throw).

Selain itu, menilik ke sejarah pemenang gelar ini dari tahun ke tahun di NBA (liga terbaik di dunia). Hal utama yang harus diperhatikan dari para nominasi adalah bagaimana mereka mengambil alih pertandingan saat para pemain utama tidak ada di lapangan. Dalam hal ini untuk angka statistik, selain poin yang tinggi, rataan asis juga akan sangat menunjukkan keterlibatan Sang Pemain dalam permainan.

Abraham Damar Grahita

Nama pertama yang muncul dalam daftar nominasi adalah Abraham Damar Grahita. Munculnya nama Abraham di kategori ini bisa dibilang menarik lantaran di musim lalu, ia justru cukup sering mengisi posisi utama. Musim ini, pemain yang akrab disapa Bram ini menorehkan catatan 9,3 poin, 2,7 rebound, 3,3 asis, 1,0 steal, dan 2,3 turnover dari rataan 20,5 menit per gim.

Secara akurasi, untuk eFG% Abraham berada di bawah rata-rata dengan 46 persen. Sementara untuk TS%, pemain bernomor punggung empat ini ada tepat di batas standar, 50 persen. Lantas jika dihitung dalam rataan 20 menit, pemain asal Bangka ini akan memiliki rataan 9,1 poin, 2,6 rebound, 3,2 asis, 1,0 steal, dan 2,2 turnover.

Meski telah diratakan, Abraham berhasil membukukan statistik lebih tinggi dari kedua pesaingnya untu urusan penyerangan (kecuali rebound). Catatan poin dan asisnya juga menjadi bukti bahwa sang pemain dapat diandalkan baik sebagai pencetak angka juga fasilitator meski hanya turun selama 20 menit. Dari perhitungan ini dan penejelasan sebelum ulasan, saya tidak punya alasan lain untuk tidak memilihnya sebagai peraih gelar pemain cadangan terbaik musim ini.

Arki Dikania Wisnu

Nama kedua yang muncul adalah Arki Dikania Wisnu. Serupa dengan Abraham, pemain yang identik dengan nomor punggung 33 ini memainkan peran sebagai sixthman baru di musim ini dari empat musim terakhir. Hal tersebut saya rasa adalah bagian dari strategi Satria Muda untuk tetap menjaga ketajaman kala para pemain utama (starter) mendapatkan jatah istirahat.

Pun begitu, Arki masih menunjukkan sumbangsih yang tidak bisa dibilang remeh. Rata-rata bermain selama 21,6 menit, ia berhasi menyumbangkan 6,8 poin, 3,4 rebound, 3,2 asis, 0,8 steal, dan 2,6 turnover per gim. Arki berhasil unggul atas dua saingannya di nomor rebound. Sayangnya, untuk jumlah turnover, Arki juga menjadi yang terburuk dari pada dua pemain lainnya.

Untuk akurasi pun demikian, di antara dua pemain lainnya, akurasi Arki menjadi yang terburuk. Dalam statistik eFG%, permain yang kerap tampil dengan potongan pelontos ini hanya mampu berada di angka 36 persen. Sementara TS%, Arki juga kembali di bawah rata-rata dengan 42 persen.

Ketika diratakan menggunakan 20 menit, angka-angka statistik Arki berubah menjadi 6,3 poin, 3,1 rebound, 3,0 asis, 0,7 steal, dan 2,4 turnover. Angka tersebut menunjukkan bahwa selain pencetak angka yang apik, Arki juga mampu menjadi fasilitator. Namun sekali lagi, hal yang patut disayangkan dan diharapkan bisa diperbaiki oleh Arki adalah jumlah turnovernya.

Hans Abraham

Pemain terakhir dalam daftar ini adalah Hans Abraham. Perjalanan Hans bersama Prawira Bandung musim ini bisa dibilang menjadi perjalanan terbaiknya di IBL sejak ia turun berlaga pada 2015 lalu. Bermain rata-rata 22,6 menit per gim, Hans berhasil menyumbang 8,8 poin, 1,7 rebound, 2,1 asis, 1,7 steal, dan 0,8 turnover per gim.

Menariknya, akurasi Hans adalah yang terbaik di antara para pesaingnya. Lebih hebat lagi, dua akurasi Hans melewati standar yang selama ini digunakan. Untuk eGF%, pemain bernomor punggung 13 ini menyentuh angka 51 persen. Sementara dari TS%, angkanya lebih baik dengan 53 persen.

Setelah dirubah dalam hitungan 20 menit, statistik Hans menjadi 7,8 poin, 1,5 rebound, 1,9 asis, 1,5 steal, dan 0,7 turnover. Memang, untuk turnover Hans adalah yang terminim sementara untuk jumlah poin, Hans berada di urutan kedua. Namun, alasan saya menempatkan Hans sudah dijelaskan di awal.

Sebagai seorang sixthman, harapan yang diberikan oleh tim pelatih adalah agar Sang Pemain mampu mengambil alih permainan kala para pemain utama istirahat. Angka asis Hans menjadi bukti bahwa ia tak banyak peran dalam permainan kecuali sebagai eksekutor. Meski saya tak bisa mendapatkan statistik rataan durasi Hans memegang bola dalam pertandingan (tidak tersedia dan butuh tracking panjang). Hans memang lebih banyak menunggu di area-area tripoin untuk melakukan gerakan tangkap dan tembak.

Foto: Hariyanto

 

Komentar