IBL

IBL tampaknya segera mengumumkan peraih penghargaan individu untuk musim 2020. Ini karena lanjutan liga nanti, tim-tim akan langsung bertanding di babak playoff. Menurut Junas Miradiarsyah selaku Direktur IBL, statistik pemain dihitung hingga Seri 6 Surabaya, atau sebelum hiatus liga.

Ada tiga pemain yang dikategorikan sebagai debutan terbaik (Rookie of the Year IBL 2020). Berikut nominasinya:

1. Rivaldo Tandra Pangesthio (Satria Muda Pertamina Jakarta)

Dengan nama besarnya di kompetisi liga basket mahasiswa dan prestasi mengkilap di ajang basket 3x3 membuat Rivaldo menjadi calon terkuat untuk memperoleh gelar ruki terbaik (sebelum liga dimulai). Rivaldo menjadi ruki dengan rata-rata menit bermain tertinggi. Tingginya menit bermain yang dimiliki dan nama besarnya tidak membuat RIvaldo memiliki efisiensi serangan di atas rata-rata ruki.

Rivaldo menghasilkan efisiensi serangan 0,68 angka dengan menggunakan 14 persen TM Poss. Ia memiliki eFG% terendah untuk pemain ruki seangkatannya, yaitu 28 persen dari rata-rata 3,3 upaya tembakan. Rendahnya efektivitas tembakan pada area tiga angka menjadi faktor utama rendahnya eFG%. Rivaldo memiliki rata-rata upaya tembakan tiga angka yang sama dengan Dio dan hanya mampu menghasilkan efektivitas tembakan tiga angka sebesar 13 persen.

Selain eFG%, faktor tingginya turnover menjadi penyebab rendahnya efisiensi serangan. Rivaldo memiliki rata-rata 1,3 turnover. Kontribusi yang dapat terlihat dari Rivaldo untuk Satria Muda terlihat dalam hal bertahan. Ia memiliki rata-rata steal dan blok tertinggi dibandingkan ruki yang lain. Bahkan sudah berada di atas rata-rata liga.

Sampai Seri 6 Surabaya, Rivaldo mencetak rata-rata 4,1 poin, 2,8 rebound, dan 1,2 asis per pertandingan.

2. Antoni Erga (Satya Wacana Salatiga)

Dalam perebutan gelar ruki terbaik, untuk sementara Erga berada di urutan kedua. Performa Erga terbaik diperlihatkan pada Seri 2 Bandung. Sempat mengalami penurunan performa di Seri 3 Jakarta, Erga berhasil bangkit untuk memperbaiki performa di Seri 4 Yogyakarta.

Meningkatnya performa Erga di Seri 4 Yogyakarta tidak terlepas dari kesempatan yang diberikan. Secara mengejutkan, Erga menjadi pemain lokal Satya Wacana yang memiliki penguasaan individu tertinggi dengan rata-rata 7,89 penguasaan. Rata-rata penguasaan tersebut berada di bawah dua pemain asing Satya Wacana.

Sayangnya, penguasaan bola yang tinggi gagal dimanfaatkan secara maksimal oleh Erga karena rendahnya efektivitas tembakan tiga angka dan tembakan bebas. Erga menghasilkan 0 persen dari rata-rata 2,5 upaya tembakan tiga angka dan 20 persen dari rata-rata 2,5 upaya tembakan bebas. Erga mengganti rendahnya efektivitas tembakan dengan peran sebagai fasilitator. Ia memiliki rata-rata 1,5 asis dengan ratio asis di atas satu.

Secara keseluruhan, Erga berada di peringkat kedua dalam hal produktivitas angka pemain ruki. Kontribusi tertinggi berasal dari area tiga angka. Namun, produktivitas angka tersebut meninggalkan catatan yang harus diperhatikan. Ia menjadi pemain ruki yang paling tinggi melepaskan upaya tembakan tiga angka, tapi tidak didukung dengan efektivitas tembakan yang impresif.

Kontribusi dalam bertahan diperlihatkan pada performa steal. Erga memiliki rata-rata 0,9 steal, berada di satu peringkat di bawah Rivaldo.

Erga mencetak rata-rata 3,0 poin, 2,5 rebound, dan 1,1 asis per gim hingga Seri 6 Surabaya.

3. Tifan Eka Pradita (Bank BPD DIY Bima Perkasa)

Tifan, yang baru tampil di Seri 2 Bandung, menjadi kandidat utama pemain ruki terbaik sampai dengan berakhirnya Seri 4 Yogyakarta. Pada penampilan perdana di Seri 2 Bandung, Tifan memiliki jumlah produktivitas angka yang lebih rendah dibandingkan Erga, selisih satu angka. Walau demikian, Tifan memiliki keunggulan yang lebih penting, yaitu efisiensi serangan. Bima Perkasa tidak salah memberikan kesempatan yang lebih untuk Tifan. Kepercayaan tersebut dibayar Tifan dengan menghasilkan 0,95 angka pada setiap penguasaan. Persentase floor Tifan juga impresif dengan 52 persen.

Pada seri berikutnya, rata-rata produktivitas angka Tifan mengalami peningkatan dibandingkan Seri 2 Bandung, tapi Tifan tidak dapat mempertahankan performa efisiensi serangan. Tifan memiliki 0,79 angka pada setiap penguasaan. Menurunnya efektivitas tembakan di area dua angka dan meningkatnya turnover menjadi penyebab penurunan efisiensi serangan yang dimiliki Tifan.

Penampilan Tifan di depan pendukungnya sendiri cukup mengecewakan. Tifan hanya menghasilkan 0,57 angka pada setiap penguasaan. Permasalahan di Seri 3 Jakarta, kembali terjadi, yaitu menurunnya efektivitas tembakan dan tingginya persentase turnover.

Tifan memiliki keunggulan yang sangat mencolok dibandingkan dengan ruki yang lain, yaitu efektivitas tembakan dua angka. Ia memiliki rata-rata efektivitas tembakan 59 persen dari rata-rata 2,4 upaya tembakan. Area lima kaki menjadi kontributor tingginya efektivitas tembakan dua angka dengan 67 persen dari total 12 upaya tembakan.

Selain menurunkan persentase turnover, Tifan juga harus meningkatkan efektivitas tembakan di area tiga angka. Tifan memiliki efektivitas tembakan 0 persen dari rata-rata 1,1 upaya tembakan tiga angka. Selama bermain di musim reguler, Tifan mencetak 5,1 poin, 2,09 rebound, dan 1,5 asis per pertandingan. (Didik Haryadi)

Foto: IBL Indonesia

Komentar