IBL

Liga basket tertinggi di Indonesia, IBL, telah memasuki masa jeda yang cukup panjang karena adanya kualifikasi FIBA Asia Cup 2021. Seperti di NBA, masa jeda ini dapat digunakan untuk memilih kandidat para peraih penghargaan setelah menjalani setengah perjalanan IBL. Penulis akan memulai bagian pertama artikel ini dari kandidat ruki terbaik.

Dio Tirta Saputra (Louvre Surabaya)

Pada Seri 1 Semarang, Dio sempat mencuri perhatian dibanding ruki milik Satria Muda, Rivaldo. Dio mengakhiri Seri 1 Semarang sebagai ruki terbaik dengan rata-rata 4,0 poin, 1 ,0 asis, dan 1,5 rebound. Ia dapat bermain efisien dengan menghasilkan 1,1 angka pada setiap penguasaan. Catatan eFG% Dio juga mencapai 60 persen. Menariknya, Dio menghasilkan eFG% lebih tinggi dengan upaya tembakan yang lebih rendah dibandingkan Antoni Erga (ruki Satya Wacana Salatiga).

Torehan eFG% Dio sempat menurun di Seri 2 Bandung. Pun demikian, Dio masih mampu menghasilkan efisiensi serangan di atas rata-rata liga dengan didukung performa efektivitas tembakan bebas dan kontribusi dalam hal asis. Selain itu, Dio tidak melakukan kesalahan yang berujung perpindahan penguasaan.

Penurunan performa Dio terlihat di Seri 3 Jakarta. Ia tidak memberikan banyak kontribusi karena minimnya penguasaan yang diberikan, yaitu hanya rata-rata 3 persen. Sedangkan pada Seri 4 Yogyakarta, performa Dio tidak dapat dilakukan evaluasi karena memiliki rata-rata menit bermain dibawah enam menit.

Sampai dengan berakhirnya Seri 4 Yogyakarta, Dio memiliki keunggulan efisiensi tembakan di area tiga angka dengan 0,3 poin pada setiap tembakan. Keunggulan lainnya diperlihatkan dalam hal efektivitas tembakan bebas. Dio menjadi ruki dengan efektivitas tembakan bebas tertinggi. Selain berkontribusi dalam hal serangan, Dio memiliki kontribusi dalam hal bertahan. Ia menjadi ruki dengan persentase defensive rebound tertinggi.

Salah satu kelemahan Dio terletak di area dua angka Produktivitas angka Dio 64 persen berasal dari area tiga angka dan 36 persen berasal dari tembakan bebas. Tidak satu pun produktivitas angka berasal dari area dua angka. Hal tersebut dapat menjadi ruang berkembang untuk Dio yang memiliki karateristik SBH.

Rivaldo Tandra Pangesthio (Satria Muda Pertamina Jakarta)

Dengan nama besarnya di kompetisi liga basket mahasiswa dan prestasi mengkilap di ajang basket 3x3 membuat Rivaldo menjadi calon terkuat untuk memperoleh gelar ruki terbaik (sebelum liga dimulai). Rivaldo menjadi ruki dengan rata-rata menit bermain tertinggi. Tingginya menit bermain yang dimiliki dan nama besarnya tidak membuat RIvaldo memiliki efisiensi serangan di atas rata-rata ruki.

Rivaldo menghasilkan efisiensi serangan 0,68 angka dengan menggunakan 14 persen TM Poss. Ia memiliki eFG% terendah untuk pemain ruki seangkatannya, yaitu 28 persen dari rata-rata 3,3 upaya tembakan. Rendahnya efektivitas tembakan pada area tiga angka menjadi faktor utama rendahnya eFG%. Rivaldo memiliki rata-rata upaya tembakan tiga angka yang sama dengan Dio dan hanya mampu menghasilkan efektivitas tembakan tiga angka sebesar 13 persen.

Selain eFG%, faktor tingginya turnover menjadi penyebab rendahnya efisiensi serangan. Rivaldo memiliki rata-rata 1,3 turnover. Kontribusi yang dapat terlihat dari Rivaldo untuk Satria Muda terlihat dalam hal bertahan. Ia memiliki rata-rata steal dan block tertinggi dibandingkan ruki yang lain. Bahkan sudah berada di atas rata-rata liga.

Antoni Erga (Satya Wacana Salatiga)

Dalam perebutan gelar ruki terbaik, untuk sementara Erga berada di urutan kedua. Performa Erga terbaik diperlihatkan pada Seri 2 Bandung. Sempat mengalami penurunan performa di Seri 3 Jakarta, Erga berhasil bangkit untuk memperbaiki performa di Seri 4 Yogyakarta.

Meningkatnya performa Erga di Seri 4 Yogyakarta tidak terlepas dari kesempatan yang diberikan. Secara mengejutkan, Erga menjadi pemain lokal Satya Wacana yang memiliki penguasaan individu tertinggi dengan rata-rata 7,89 penguasaan. Rata-rata penguasaan tersebut berada di bawah dua pemain asing Satya Wacana.

Sayangnya, penguasaan bola yang tinggi gagal dimanfaatkan secara maksimal oleh Erga karena rendahnya efektivitas tembakan tiga angka dan tembakan bebas. Erga menghasilkan 0 persen dari rata-rata 2,5 upaya tembakan tiga angka dan 20 persen dari rata-rata 2,5 upaya tembakan bebas. Erga mengganti rendahnya efektivitas tembakan dengan peran sebagai fasilitator. Ia memiliki rata-rata 1,5 asis dengan ratio asis di atas satu.

Secara keseluruhan, Erga berada di peringkat kedua dalam hal produktivitas angka pemain ruki. Kontribusi tertinggi berasal dari area tiga angka. Namun, produktivitas angka tersebut meninggalkan catatan yang harus diperhatikan. Ia menjadi pemain ruki yang paling tinggi melepaskan upaya tembakan tiga angka, tapi tidak didukung dengan efektivitas tembakan yang impresif.

Kontribusi dalam bertahan diperlihatkan pada performa steal. Erga memiliki rata-rata 0,9 steal, berada di satu peringkat di bawah Rivaldo.

Tifan Eka Pradita (Bank BPD DIY Bima Perkasa)

Tifan, yang baru tampil di Seri 2 Bandung, menjadi kandidat utama pemain ruki terbaik sampai dengan berakhirnya Seri 4 Yogyakarta. Pada penampilan perdana di Seri 2 Bandung, Tifan memiliki jumlah produktivitas angka yang lebih rendah dibandingkan Erga, selisih satu angka. Walau demikian, Tifan memiliki keunggulan yang lebih penting, yaitu efisiensi serangan. Bima Perkasa tidak salah memberikan kesempatan yang lebih untuk Tifan. Kepercayaan tersebut dibayar Tifan dengan menghasilkan 0,95 angka pada setiap penguasaan. Persentase floor Tifan juga impresif dengan 52 persen.

Pada seri berikutnya, rata-rata produktivitas angka Tifan mengalami peningkatan dibandingkan Seri 2 Bandung, tapi Tifan tidak dapat mempertahankan performa efisiensi serangan. Tifan memiliki 0,79 angka pada setiap penguasaan. Menurunnya efektivitas tembakan di area dua angka dan meningkatnya turnover menjadi penyebab penurunan efisiensi serangan yang dimiliki Tifan.

Penampilan Tifan di depan pendukungnya sendiri cukup mengecewakan. Tifan hanya menghasilkan 0,57 angka pada setiap penguasaan. Permasalahan di Seri 3 Jakarta, kembali terjadi, yaitu menurunnya efektivitas tembakan dan tingginya persentase turnover.

Tifan memiliki keunggulan yang sangat mencolok dibandingkan dengan ruki yang lain, yaitu efektivitas tembakan dua angka. Ia memiliki rata-rata efektivitas tembakan 59 persen dari rata-rata 2,4 upaya tembakan. Area lima kaki menjadi kontributor tingginya efektivitas tembakan dua angka dengan 67 persen dari total 12 upaya tembakan.

Selain menurunkan persentase turnover, Tifan juga harus meningkatkan efektivitas tembakan di area tiga angka. Tifan memiliki efektivitas tembakan 0 persen dari rata-rata 1,1 upaya tembakan tiga angka.

Persaingan untuk memperebutkan gelar ruki terbaik tahun ini terbuka lebar untuk semua ruki. Tifan yang berada di urutan terdepan perebutan gelar ruki terbaik jelas tidak dapat memimpin dengan nyaman. Ia mendapat ancaman dari Rivaldo yang semakin memperlihatkan peningkatan performa dari setiap seri. Erga yang sempat menampilkan penurunan performa sudah berhasil meningkatkan performa di Seri 4 Yogyakarta. Jangan lupakan Dio yang sewaktu-waktu siap mengancam seperti di Seri 1 Semarang.

Foto: Harianto

Komentar