IBL

CLS Knights Indonesia tidak akan berlaga di ASEAN Basketball League (ABL) untuk musim depan. Kabar itu dirilis resmi oleh pihak ABL yang menyatakan bahwa tim peserta ABL jumlahnya tetap 10 tim, dan Fubon Braves menggantikan posisi CLS Knights. 

Setelah kabar mundurnya CLS Knights muncul, kami langsung menghubungi Christopher Tanuwidjaja. Semua penggemar basket Indonesia tahu bahwa ia adalah pengelola utama CLS Knights. Berikut hasil obrolan singkat yang juga memberikan gambaran jelas mengenai keputusan CLS Knights.

Selamat sore Koh Itop (sapaan akrabnya). Bagaimana ceritanya ini? Tiba-tiba ada kabar mundur, dan terkesan mendadak?

Tidak mendadak kok. Bahkan saya sudah membuat keputusan ini dua tahun sebelumnya.

Loh, kok bisa?

Itu memang benar. Ceritanya dimulai saat saya merasa sudah tidak ingin ada di basket profesional lagi, dalam hal ini mengurus tim profesional. Itu sudah saya putuskan dua tahun lalu. Tentu semua penggemar basket tahu bahwa saya sudah menyatakan keluar dari liga profesional, tepat saat CLS Knights keluar dari IBL.

Tetapi setelah itu (keluar dari IBL), muncul keputusan bermain di ABL? Bagaimana kisahnya?

Nah, setelah saya putuskan mundur dari IBL. Beberapa anggota yayasan mempertanyakan keputusan yang saya ambil. Terutama karena berkaitan dengan anggaran.

Waktu itu, kami (CLS Knights) baru saja memperpanjang kontrak beberapa pemain. Otomatis kami mengeluarkan anggaran yang besar untuk itu. Namun malah memutuskan keluar dari IBL, atau tidak berkompetisi. Pihak yayasan menanyakan hal itu. Akhirnya, solusinya saat itu memasukkan tim ke ABL.

Tetapi saat itu saya sudah mengambil keputusan untuk keluar dari basket profesional. Orang-orang terdekat saya, tahu tentang hal itu.

Lantas apa yang terjadi setelahnya?

Saya berusaha membangun kembali hubungan kerjasama dengan yayasan. Saya memutuskan untuk kembali mengelola CLS Knights untuk dua tahun. Namun setelah itu, saya akan keluar dari CLS.

Pada intinya, saya tidak akan meninggalkan kerjasama dengan yayasan saat suasana tidak enak. Oleh sebab itu, saya kembali mengelola tim ini. Setidaknya sampai kontrak kami dengan ABL berakhir. Setelah itu selesai, ya saya selesai juga.

Artinya, kali ini Koh Itop mundur dari tim, sekaligus dari basket profesional?

Sebenarnya keputusan ini lebih tentang saya saja. Saya yang memutuskan untuk berhenti jadi Managing Partner CLS Knights, atau sekaligus bisa berarti saya berhenti dari dunia manajerial basket profesional Indonesia.

Bahkan saat saya menerima tugas dari Perbasi sebagai manajer timnas, saya pernah bilang ke Pak Danny Kosasih (Ketua PP Perbasi), sekitar akhir tahun lalu. Saat saya menerima tugas ini (Manajer Timnas Putri Indonesia), nantinya saya sudah tidak ada lagi di CLS Knights.

Nah, kalau dulu Koh Itop kembali, karena salah satu alasannya ada kontrak pemain yang baru diperpanjang. Kalau sekarang, seperti apa dengan kontrak pemain?

Kalau kontrak pemain memang masih ada untuk sekarang. Tetapi kemarin, setelah selesai liga (ABL), saya sudah pernah bicara ke pemain bahwa kerjasama ini akan berakhir.

Saya juga sudah bilang ke pemain juga bahwa saya ingin istirahat dari basket profesional. Intinya kalau saat ini tim CLS Knights belum ada memutuskan ke mana tujuan selanjutnya.

Bagaimana dengan kondisi yayasan saat ini?

Saat ini kondisinya beda dengan dua tahun lalu. Kalau dulu secara organisasi kurang baik. Namun sekarang, kondisinya sudah bagus. Saya juga bisa meninggalkan tim ini lebih tenang.

Saya juga bisa bantu menunjukkan ke masyarakat bahwa ini bukan yayasan sembarangan. Mereka berdiri sejak tahun 1946, dan sudah melewati banyak tantangan. Asal mau kerja keras, dan menjaga komitmen, hasilnya bisa kita lihat seperti sekarang ini.

Tetapi untuk langkah selanjutnya? 

Kalau untuk langkah selanjutnya jangan tanya ke saya. Saat ini, saya tinggalkan CLS dengan nama yang bagus, dan sudah punya prestasi yang baik juga. Ini bukti bahwa yayasan ini tidak asal-asalan.

Kalau kita kembalikan ke awal lagi, dulu saat Koh Itop masuk ke CLS, namanya ditambah dengan Knights. Apakah kali ini Knights juga akan dibawa Koh Itop kembali?

Memang begini. Awal dulu sebelum saya ke CLS, saya dan beberapa teman di Jakarta membuat klub kecil bernama Knights. Kemudian saya bergabung menjadi pengelola CLS, dan berniat untuk mengubah image tim.

Saat itu beberapa anggota yayasan sepakat memakai nama Knights. Karena cocok juga dengan image Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Tetapi saat ini CLS Knights dan klub Knights di Jakarta itu tidak ada hubungannya, karena yang di Jakarta sudah diambil alih oleh orang lain.

Tetapi kalau pihak yayasan ingin memakai nama itu ya tidak masalah. (tor)

Baca juga: Fubon Braves, Peserta Baru ABL Gantikan CLS Knights Indonesia

Foto: Yoga Prakasita

Komentar