IBL

Damian Lillard terkenal sebagai seorang bintang bola basket di NBA. Namun, di luar lapangan, ia bisa menjelma orang yang berbeda. Lillard bahkan punya nama panggilannya sendiri, yaitu D.A.M.E Dolla.

Nama D.A.M.E Dolla seringkali ia gunakan sebagai nama panggung. Sebab, selain seorang bintang bola basket, Lillard juga seorang rapper. Ia senang menciptakan lagu dan album musik.

Pemain berusia 29 tahun itu belakangan merilis album baru. Album itu berjudul “Big D.O.L.L.A”. Itu merupakan album ketiganya. Jadi, bukan kali ini saja ia menciptakan karyanya sendiri.

Dengan album barunya, Lillard semakin serius menggeluti dunia musik. Sang pemain merasa dirinya bisa berkembang bersama industri itu. Ia sampai mengincar anugerah musik seperti Grammy Award.  

“Saya tidak peduli tentang hal itu, mungkin ke level saya ingin menjadi MVP atau memenangkan kejuaraan,” kata Lillard ketika TMZ Sports menanyakan sejauh mana ia akan membawa kariernya di dunia musik. “Saya peduli dalam artian—seberapa banyak seorang All-Star atau pemain dengan kontrak maksimal—dapat mengatakan, 'Saya memenangkan Grammy!’”

Sejauh ini, album baru Lillard telah mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Draymond Green, forwarda Golden State Warriors, misalnya, menyebut album itu sebagai karya terbaik. Ia mengatakan itu lewat Instagramnya, lengkap dengan unggahan kover album tersebut.

Stephen Curry, rekan setim Green, rupanya melakukan hal yang sama. Ia mengaku tidak bisa berhenti mendengarkan album baru Lillard. Ia menyukai itu sehingga menyetelnya berulang-ulang.

Meski mendapat respon positif, rupanya tidak semua orang suka dengan kegiatan lain Lillard ini. Beberapa sampai mempertanyakan etos kerjanya di musim panas ini. Orang-orang itu menganggap sang pemain terlalu banyak menaruh perhatian pada musik, dan lupa akan tugasnya sebagai seorang pebasket profesional.

Lillard sendiri langsung bereaksi akan hal itu. Melalui cuitannya di Twitter, ia memastikan bahwa kegiatannya di dunia musik tidak mengganggu kariernya sebagai pebasket. Lillard tetap memiliki waktu untuk berlatih dan menyiapkan diri agar lebih baik lagi di masa depan.

Pada 2018-2019 saja, Lillard mampu mencetak rata-rata 25,8 poin, 4,6 rebound, 6,9 asis dalam 80 pertandingan reguler. Persentase tembakan keseluruhannya mencapai 44,4 persen. Efektivitas tembakan keseluruhan 52,2 persen. Sementara true shooting percentage 58,8 persen.

Dengan statistik seperti itu, Lillard mengantarkan Blazers ke Final Wilayah Barat untuk pertama kalinya sejak 2000. Namun, sayang, mereka tumbang oleh Warriors dengan sapu bersih 4-0. Blazers pun gagal melaju ke Final NBA.

Kendati demikian, Lillard tidak akan menyerah. Ia hendak membantu timnya menjadi lebih baik musim depan. Blazers percaya itu sehingga mereka memperpanjang kerja samanya dengan kontrak supermaksimal lima tahun sebesar AS$196 juta.

Blazers sendiri sejauh ini tidak punya masalah dengan kegiatan Lillard di dunia musik. Setelah tiga album, Lillard tetaplah Lillard. Ia mampu menunjukkan kualitas dirinya sebagai bintang. Lillard bahkan terus berusaha bermain sebaik mungkin agar timnya melangkah lebih jauh.

Bagi Lillard, bola basket penting. Musik pun begitu. Semuanya berjalan beriringan. (put)

Foto: NBA

Komentar