IBL

Salah satu kategori Indonesian Basketball League (IBL) Awards 2018-2019  yang paling sulit ditentukan pemenangannya bagi saya adalah Most Improved Player. Berbeda dengan kategori ruki, pemain bertahan, dan pemain cadangan terbaik, nomor ini butuh perhitungan yang lebih dalam. Meski intinya yang diperlukan adalah selisih statistik pemain yang bersangkutan dari musim lalu dan musim ini.

Jika menilik kepada statistik tradisional seperti poin, rebound, dan asis per gim, memang pemenangnya seolah tidak sulit ditentukan. Dari tiga kandidat, Widyanta Putra Teja, Abraham Renoldi Wenas, dan Muhammad Irman, angka-angka Abraham Wenas terlihat yang paling mencolok meski peningkatan menit bermainnya bukan yang tertinggi.

Musim lalu, Abraham Wenas rata-rata bermain selama 24 menit dengan sumbangsih 6,8 poin, 1,9 rebound, 1,2 asis, dan 1,0 steal per gim. Musim ini, menit bermain pemain bernomor punggung enam tersebut naik menjadi 33,5 menit dengan torehan 11,1 poin, 3,5 rebound, 3,2 asis, dan 1,4 steal per gim. Bahkan Abraham tampak paling dominan dengan satu-satunya pemain di nominasi yang memiliki rataan poin per gim dua digit.

Namun, saya kembali mengunakan metode perhitungan yang lebih “adil” dalam nominasi ini, serupa dengan nominasi untuk Sixthman of the Year. Angka yang saya gunakan pun juga sama, Per 20 menit. Hasilnya ternyata di luar dugaan dan jelas tak akan tergambarkan jika IBL ataupun pemilih lain menggunakan statistik tradisional.

Setelah menggunakan perhitungan tersebut, ternyata angka-angka Irman lebih tinggi dari kedua pemain lain. Peningkatan rataan poin Irman menjadi yang tertinggi meski rebound dan stealnya berkurang. Di sisi lain, akurasi Irman dari statistik eFG% dan TS% meningkat di atas 10 persen musim ini. Bahkan, statistik Widy lebih banyak berkurang dari rataannya musim lalu yang harusnya membuat dirinya tidak bisa masuk dalam nominasi ini.

Saat sedang menghitung rataan tiga pemain ini, seorang rekan saya menyodorkan satu nama lagi yang menurutnya secara permainan juga menunjukkan peningkatan, yakni Indra Muhammad. Setelah memasukkan nama Indra ke dalam tabel perhitungan, apa yang rekan saya ungkapkan benar meski tak sepenuhnya.

Angka-angka Indra memang naik dari musim sebelumnya, tapi masih tak lebih baik dari Irman. Namun, hal itu bisa membuat Indra setidaknya masuk dalam daftar nominasi atau jika tidak menggeser Widy yang sudah ada dalam daftar (jika target nominasi IBL adalah tiga pemain). Sayangnya, angka-angka Indra secara tradisional memang tidak mencolok sehingga namanya tidak ada dalam daftar.

Sesaat setelah teman saya mengungkapkan nama Indra, saya seolah mendapat ilham untuk mencoba memasukkan satu nama lagi dalam tabel perhitungan. Andre Rorimpandey yang juga masuk dalam kandidat Most Valuable Player (MVP) adalah pemain tersebut.

Hasilnya, angka-angka statistik pemain yang akrab disapa Pandey ini memang lebih tinggi dari seluruh pemain yang sudah ada dalam tabel. Seluruh angka Pandey naik kecuali untuk aspek rebound saja. Lebih luar biasa lagi, akurasi Pandey untuk eFG% dan TS% naik hingga 17 persen musim ini.

Hitungan tersebut membuat Pandey seharusnya adalah pemenang penghargaan ini secara mutlak. Namun, karena namanya tidak tertera dalam daftar, maka Irman adalah pilihan saya untuk memenangi gelar ini.

Foto: Hariyanto

 

Komentar