IBL

Nike mengikat LeBron James sejak ia masih berstatus ruki pada 2003. Lalu pada 2004, Nike merancang sepatu basket khusus baginya dengan nama Nike LeBron. Kerja sama Nike dan LeBron pun di dukung para desainer yang sudah mendapat tanggung jawab mendesain sepatu dan aksesoris lain. Di antara belasan nama yang tergabung itu, Jason Petrie bisa jadi yang paling diperhitungkan.

Petrie masuk dalam tim pengembangan Nike LeBron sejak tahun pertama ia bekerja pada 2004. Ia bekerja dengan nama-nama yang lebih dahulu tenar seperti Eric Avar, Wilson Smith, dan Tinker Hatfield. Lulusan Universitas Carolina Utara itu sudah lalu jadi pemimpin proyek sepatu Nike LeBron sejak edisi ketujuh hingga kini telah mencapai edisi 16.

 “Kami sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun. Obrolan kami tidak seperti rekanan kerja, justru seperti obrolan antar teman. Saling memberi tantangan dan saran jadi hal lumrah di setiap pertemuan,” kata Petrie kepada Sole Collector saat perilisan sepatu Nike LeBron 16.

Sketsa Nike LeBron 7 karya Jason Petrie.

Tantangan terbesar Petrie untuk LeBron adalah menyelaraskan desain sepatu dengan tubuh sang pemain. Ia benar-benar mempersiapkan segalanya demi tampil apik di atas lapangan kayu. Pewarta The Ringer Bill Simmons melaporkannya di jejaring Podcast pada 2017. Dalam transkrip percakapan itu, turut unjuk suara Malcolm Galdwell, wartawan senior harian The New Yorker. Galdwell mengatakan bahwa penggawa Lakers itu menghabiskan dana hingga AS$ 1,5 juta untuk tubuhnya. Hal itu termasuk membeli alat-alat gimnasium pribadi berstandar NBA, gaji dua pelatih kebugaran khusus, program diet, koki khusus, dan ahli gizi.

Fakta tersebut mereka dapat langsung dari Maverick Carter. Pria 38 tahun itu jadi rekanan bisnis LeBron di bidang film. “(Maverick) Carter bercerita pada saya tentang apa saja yang dikeluarkan LeBron sejumlah AS$ 1,5 itu. Wajar bila ia masih sanggup bertahan di NBA meski usianya mencapai 33 tahun. Kondisi fisiknya masih mumpuni,” kata Simmons.

LeBron James dan Jason Patrie tahun 2014.

Tantangan terbesar Petrie adalah menyediakan sepatu yang mengakomodasi kondisi fisik LeBron hasil proses senilai AS$ 1,5 Juta itu. Meski begitu, kinerjanya justru mendapat bantuan dari sang pemain. “(LeBron) James memang bertubuh besar. Namun Ia adalah pria yang komunikatif. Segala sesuatu yang ia mau untuk sepatunya dijelaskan secara spesifik,” papar Petrie pada The Crossover pada 24 September 2018. Pebasket kelahiran Akron itu, lanjut Petrie, juga kerap lontarkan guyonan ringan agar suasana diskusi mencair.

Tidak hanya candaan, tekanan serta motivasi kerap dilontarkan LeBron pada Petrie dan tim Nike Basketball. “Ia tidak akan membiarkan Anda bermalas-malasan. Muncul pecutan-pecutan kecil sehingga kami bisa membuat sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Ia pernah mengancam akan terus menggunakan edisi 15 bila sepatu barunya (Nike LeBron 16) tidak keren,” lanjut desainer senior Nike itu.

Dengan gambaran seperti itu, maka wajar bila kemudian Petrie merasa beruntung bisa bekerja dengan pemain berjuluk Sang Raja. “Nike merekrutnya pada 2003, beberapa bulan kemudian saya masuk sebagai desainer. LeBron adalah rekanan bisnis, serta sahabat, yang menyenangkan,” katanya. Dengan pola komunikasi yang terjalin, keduanya akan terus berdampingan dalam merilis edisi-edisi selanjutnya dari Nike LeBron.

Foto: Nike News

Komentar