IBL

Pekerjaan sebagai desainer sepatu bisa jadi pekerjaan elit di ranah desain. Hingga kini, tercatat hanya sekitar 100-an orang yang menjabat sebagai desainer sepatu untuk merek-merek kenamaan dunia. Pekerjaan ini mencuat sekitar 1980-an ketika pengembangan sepatu olahraga mulai pesat. Diantara nama-nama desainer kenamaan, Wilson Smith jadi keturunan afro-amerika pertama yang masuk di bidang ini.

Wilson W. Smith III menamatkan kuliah di School of Architecture dari University of Oregon, Amerika Serikat, pada 1980. Ia adik tingkat Tinker Hatfield yang lulus pada 1977. Ia lalu bekerja untuk Nike sejak 1983. Kala itu, ia direkomendasikan Hatfield untuk menggantikannya menjadi arsitektur serta dekorator kantor Nike. Desainer Air Jordan itu naik jabatan sebagai desainer sepatu beberapa waktu sebelum Smith datang.

Dengan ruang lingkup kantor yang belum begitu besar, Smith bisa menyaksikan bagaimana tim desain Nike menyusun pelbagai macam sepatu olahraga. Hal itu membuatnya terbiasa mendengar obrolan tentang performa, kebutuhan atlet, dan perihal lain yang berhubungan dengan penyusunan pembuatan sepatu olahraga. Meski demikian, ia butuh waktu lebih lama dari Hatfield untuk bisa mencapai jabatan mentereng itu.

Koleksi Nike Tennis karya Wilson W. Smith III.

Kesabaran Smith berbuah hasil. Ia pun akhirnya diangkat sebagai desainer sepatu setelah ia berhasil menunjukkan bakat serta instingnya dalam merumuskan desain alas kaki. Dengan berbagai proses yang dilalui, ia menemukan ketertarikan lebih pada olahraga tenis, basket, dan atletik lintas medan (crosstraining). Ia pun konsisten membidangi desain sepatu di cabor tersebut hingga kini.

Berbagai catatan positif sudah ia cetak. Smith sudah membuatkan sepatu untuk Andre Agassi dan Serena Williams di cabang tenis. Pengalamannya di ranah tenis membantu Nike untuk merumuskan sepatu khusus untuk Roger Federer pada 2015. Di ranah basket, Smith adalah sosok dibalik penyusunan struktur Nike Air More Uptempo untuk Scottie Pippen dan Air Max CB34 untuk Charles Barkley. Anak pertama dari keluarga Wilson Smith Jr. ini juga berkontribusi pada pembuatan Nike Air Flight Huarache, Air Trainendor, dan sepatu lari Air Max BW.

Momentum terbesarnya terjadi saat ia mendesain Air Jordan XVI dan Air Jodan XVII. Kedua sepatu itu digunakan Michael Jordan saat bermain untuk Washington Wizards pasca kembali ke NBA untuk kedua kalinya. Kedua sepatu itu jadi basis pembuatan sepatu basket Jordan yang lebih modern.

Kolase karya Wilson W. Smith III.

Bakatnya dalam menggambar imajinasinya dinilai jadi titik utama mengapa ia mampu berkiprah di ranah desain. “Ibu melihat bakat terpendam saya dalam menggambar. Oleh karena itu, beliau menyarankan saya untuk belajar arsitektur,” ujarnya dilansir dari situs resmi University of Oregon. Dengan mengikuti petuah sang ibu, Smith pun mantap mengambil sekolah arsitek bahkan sejak ia masih SD.

Pencapaian Smith ini merupakan akumulasi dari kesabaran, kemauan untuk belajar, serta patuh terhadap petuah ibu. Hasil kerjanya telah diakui banyak pihak. Penghargaan mentereng pun sudah ia kantongi. Majalah Black Enterprise menganugerahinya status America’s Top Black Designer tahun 2005. Karyanya dianggap brilian dengan mengedepankan prinsip form (bentuk) dan function (fungsi).

Tahun 2018 bisa jadi tahun terbaik bagi Smith. Ia mendapat penghargaan Ellis F. Lawrence Medal of Honour. Penghargaan ini merupakan yang tertinggi dari University of Oregon untuk kerabat mereka yang punya kontribusi besar di bidang desain. Karyanya dianggap punya kontribusi terhadap perkembangan olahraga manusia yang dibuktikan dari prestasi atlet yang menggunakan hasil karyanya. Penghargaan ini juga diraih seniornya Tinker Hatfield pada 2008.

Smith berpose saat perilisan ulang Nike Air More Uptempo pada 2015.

“Wilson Smith adalah sosok inspirasional di bidang desain. Ia adalah guru dan motivator bagi kami. Penghargaan ini layak diberikan atas dedikasinya. Beliau juga mewariskan semangat kreatifitas tanpa batas bagi desainer muda setelahnya,” kata Christoph Lindler, Dekan Jurusan Desain di University of Oregon saat upacara penyerahan.

“Muncul rasa bahagia yang tak terkira saat melihat orang-orang menggunakan sepatu hasil karya saya. Mereka bisa saja memilih sepatu lain, namun mereka justru tetap memilihnya. Itulah bentuk apresiasi tertinggi yang saya rasakan selama menjadi seorang desainer,” tutur Smith. Penghargaan ini ia dedikasikan untuk seluruh mahasiswa desain yang sedang berjuang untuk menjadi penerusnya. “Apa yang saya terima ini sebagai bentuk penyemangat bagi kalian semua. Bila saya bisa, maka kalian pun bisa,” lanjutnya.

Wilson W. Smith III kini menjabat sebagai desainer senior di Nike, jabatan yang ia rengkuh setelah 33 tahun bekerja disana. Ia juga seorang dosen senior bergelar profesor di Departemen Desain dan Inovasi di University of Oregon.  Sekali waktu ia menerima panggilan sebagai seorang motivator serta pembicara dalam acara lokakarya di kampuss-kampus Amerika Serikat.

Sebagian sepatu karya Smith pada 1993.

Foto: Nice Kicks, Dokumentasi University of Oregon

Komentar