IBL

Under Armour dan Stephen Curry baru saja menyelesaikan acara akbar tur Asia di Manila (Filipina), Tokyo (Jepang), dan Wuhan (Cina). Kunjungan itu membawa berkah lain bagi Curry. Butik sneaker Singapura, Limited Edt, bekerja sama dengan seniman sepatu Mark Ong (Mr. SBTG [baca: Sabotage]) memberinya Under Armour Curry 5 hasil modifikasi sang seniman.

Hadiah itu dibuat hanya sepasang dan dihadiahkan eksklusif sebagai cendera mata. Mark Ong ditugaskan untuk memodifikasi dengan inpirasi gaya bermain Curry di lapangan berpadu dengan motif loreng (camo) yang jadi ciri khasnya. Sepatu ini diberi nama RRC Fury SC5 dan dimodifikasi sepenuhnya oleh Ong.

Tidak hanya soal motif, Ong bahkan memodifikasinya berdasar pada karakter Stephen Curry di lapangan. Ia melukis motif loreng yang lebih bersudut menggambarkan tembakan tiga angka Curry yang efektif dan presisi. Pada bagian sol samping (midsole), tersemat lukisan berwarna oranye hasil inspirasi dari motif loreng kulit harimau. Tampilan itu diambil dari gaya bermain Curry yang “buas” layaknya harimau.

Mark Ong (kiri) saat menyerahkan hasil karyanya pada Stephen Curry.

Bagian temali tidak lepas dari modifikasi. Sepatu khusus untuk Curry ini menggunakan tali bernama Fidlock hasil modifikasi Mark Ong dan butik Limited Edt. Pada tali tersebut, Ong menulis nama ketiga buah hati Curry. Sebagai pelengkap, RRC Fury SC5 mendapat kotak sepatu khusus beserta kode orisinalitas di bagian samping.

Singapura patut bangga dengan pria satu ini. Ia mampu berkarya hingga tingkat internasional setidaknya dalam kurun satu dekade terakhir. Masyarakat mengenalnya lewat karya yang unik dan punya ciri khas. Di kultur sneakers, SBTG jadi yang terdepan di bidang kustomisasi sepatu bersol karet di kawasan Asia.

Konsumennya 90 persen datang dari Amerika Serikat. Beberapa di antaranya adalah figur publik seperti legenda Los Angeles Lakers, Kobe Bryant, pentolan Linkin Park dan Mike Shinoda. Garapannya untuk Stephen Curry pun seakan sudah biasa ia lakukan.

Studio kustomisasi SBTG punya motif khas yang jadi identitasnya, motif loreng berwarna hijau tua yang muda dikenali. Warna hijau tua tersebut terkadang dihias dengan ornamen gambar gigi hiu berwarna merah. Gambar tersebut terinspirasi dari pesawat-pesawat tempur era perang dunia II. Pesawat tersebut biasa menggambar motif gigi hiu itu tepat di belakang baling-baling utama.

Mark Ong (tengah) dan Sue Ann (kanan) ketika sedang mengerjakan suatu proyek.

Bakat menggambarnya itu turun dari sang ayah. “Ayah saya adalah seorang seniman mural. Rumah kami penuh dengan karyanya. Ia jadi inspirasi terbesar saya dalam mengembangkan bakat menggambar,” kata Ong kepada majalah Lifestyle. Ia menemukan media yang berbeda dari sang ayah, yaitu sepatu.

Tahun 2003, ia memenangkan sebuah kontes kustomisasi sepatu di internet. Sepatu karyanya itu laku terjual seharga AS$ 500. Setelah itu, salah satu butik kenamaan di Tokyo, Jepang, memesan motif pada sepatu tersebut sebanyak 72 buah. “Jumlah itu sangat banyak, apalagi dengan tenggat waktu yang pendek. Namun, saya bertekad menyelesaikannya dengan dibantu seorang teman. Sejak kejadian itu, saya memilih jalur ini untuk hidup,” imbuhnya.

Ia telah berkarya untuk beberapa merek kenamaan dunia seperti Reebok, Nike Air Force 1, New Balance, Vans, Asics, dan Puma. Semua detail yang ada di tiap sepatu tersebut digambar dengan tangan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

Banyak yang menyarankan Ong untuk merekrut lebih banyak seniman agar SBTG mampu memproduksi lebih banyak sepatu namun ia tidak mau. “Saya hanya ingin menjalankan SBTG dengan orang yang benar-benar saya percaya. Pencapaian SBTG saat ini sudah sangat memuaskan dan inilah cara saya menghasilkan karya seni,” ungkap Ong kepada majalah Business Times Singapore.

Kini, SBTG dijalankan bersama istrinya, Sue-Ann. Sepatu-sepatu hasil kustomisasi SBTG bisa seharga AS$1000. Ia juga merilis beberapa pakaian berlabel SBTG mulai dari kaos, jaket parka, hingga aksesori berbahan kulit. Akan tetapi, sepatu karyanya selalu jadi yang paling dicari. Dalam 13 tahun SBTG berdiri, Ong dan tim mampu menyelesaikan 5000 pasang sepatu saja. Dengan jumlah yang terbatas itu, harga sepatu karya SBTG bisa berharga sangat tinggi bahkan di forum jual beli penikmat sneaker dunia.

Foto: Limited Edt, Lifestyle Magazine

Komentar