IBL

Produk-produk kw (palsu/tiruan) masih jadi permasalahan serius bagi adidas. Kasper Rosterd mengungkapkan hal itu kepada CNBC dalam sebuah wawancara pada 4 Mei 2018. Pria yang menjabat sebagai CEO adidas ini telah menghimpun data dengan hasil yang cukup mengejutkan. Lebih jauh, persebaran produk kw mencakup penjualan di gerai resmi.

“Di Asia, hal itu masih sering ditemui. Fakta ini seakan jadi pekerjaan rumah besar tak hanya bagi kami, namun juga bagi para pelaku industri serupa,” ujar Rosterd. Kabar ini seakan jadi noda prestasi yang ditorehkan adidas. Beberapa waktu lalu, adidas berhasil meraih peningkatan penjualan di Amerika Serikat sebesar 21 persen; mengungguli Nike yang penjualannya justru menurun 6 persen. Tak hanya itu, penjualan adidas meningkat 26 persen di kawasan Asia Timur di tiga bulan pertama 2018.

adidas Yeezy Boost 350 V2 jadi salah satu produk adidas yang paling banyak dipalsu.

 

Hypebeast sempat menelusuri praktek penjualan adidas Yeezy 350 kw pada 2015 lalu. Hasilnya, setengah dari seluruh penjualan produk kw untuk kawasan Amerika Serikat dilakukan melalui forum Reddit lewat akun RepSneakers. Akun ini menyediakan produk sepatu kw yang dibuat dan dijual di Cina serta melayani pengiriman ke Amerika Serikat. Tahun 2015, forum tersebut memiliki 3000-an pelanggan. Memasuki awal 2018, jumlah pelanggan meningkat hingga 56.000. Peningkatan jumlah pelanggan lebih dari 18 kali lipat dalam dua tahun itu disinyalir sebagai salah satu faktor meningkatnya penjualan produk tiruan.

Mendirikan pabrik di Cina bisa jadi pisau mata dua bagi kebanyakan merek olahraga dunia. Di negara itu, penduduk bisa mempelajari dari dekat bagaimana memproduksi sepatu untuk kemudian mereka jadikan dasar dalam membuat sepatu kw. Wajar bila akhirnya bermunculan pabrik-pabrik yang memproduksi barang tiruan. “Kami memiliki pabrik perakitan di Cina untuk memenuhi pasar Cina. Sementara pabrik kami di Indonesia dan Vietnam kami tujukan untuk pasar Amerika Serikat, Eropa, dan beberapa kawasan lainnya,” imbuh pria lulusan Harvard Business School itu.

Salah satu faktor yang membuat produk kw laris manis di pasaran adalah meningkatnya tren gaya busana athleisure (busana olahraga digunakan untuk fesyen). Kini, semakin banyak produk olahraga yang dipilih untuk menunjang penampilan seseorang. Beberapa produk yang sedang naik daun di ranah ini mematok harga cukup tinggi sementara tak banyak konsumen mampu meraihnya. Di sanalah pasar utama produk kw. “Saya pikir tren berbusana athleisure jadi faktor terbesar. Untuk itu, kami harus memikirkan cara menservis tren itu karena bagaimanapun hal tersebut bisa jadi peluang untuk kami,” kata Rosterd.

Foto: Fortune, adidas

Komentar