IBL

NBA memang menghadirkan daya tarik sendiri bagi para penggemarnya. Liga yang kompetitif ditambah dengan sederet acara yang seolah tidak ada henti, NBA bisa dibilang sebagai salah satu liga olahraga paling menarik di dunia.

Seiring dengan itu, NBA juga menghadirkan daya tarik tersendiri dari segi ekonomi. Penjualan tiket, pemasangan iklan, pernak-pernik klub, hingga hak siar semua bisa menghasilkan uang. Hal tersebut membuat tim-tim NBA memilki nilai jual rata-rata mencapai AS$1,65 milyar berdasarkan data yang dihimpun Forbes. Angka tersebut meningkat 22 persen dari rata-rata nilai tim NBA tahun lalu. Tahun ini, tidak ada satu pun tim NBA bernilai di bawah AS$1 milyar.

Fakta tersebut membuat barisan orang kaya dunia mulai melirik tim NBA sebagai salah satu ladang investasi mereka. Di awali mantan CEO Microsoft, Steve Ballmer, yang membeli Los Angeles Clippers dari Donald Sterling pada 2014 seharga AS$2 milyar. Itu adalah harga pembelian tim NBA terbesar kala itu. Bahkan itu adalah harga pembelian terbesar kedua dalam sejarah olahrga profesional Amerika di bawah penjualan tim baseball, Los Angeles Dodgers.

Kemudian ada nama Tilman Fertitta, pebisnis sejati yang juga gemar berolahraga. Tilman membeli Houston Rockets dari Leslie Alexander pada September 2017 lalu seharga AS$2,2 milyar.

Dilansir Netsdaily, pengusaha asal Taiwan yang juga salah satu pendiri Alibaba Group, Joseph Tsai menjadi nama terbaru yang akan memilki tim NBA. Pengusaha berusia 54 tahun ini akan mengakusisi tim milik Mikhail Prokhorov, Brooklyn Nets. Wacana ini sebenarnya sudah sempat diberitakan ESPN selama Oktober 2017 lalu. Akan tetapi, tidak ada waktu yang pasti kapan akusisi tersebut akan terjadi.

Minggu, 18 Februari waktu setempat, akhirnya semua pertanyaan terjawab. Nets akan mengumumkan akusisinya paling lambat Februari ini. Tsai akan melakukan akusisi secara parsial sebelum benar-benar memilki saham tim ini 100 persen pada 2022 mendatang. Untuk sekarang, pria yang memilki kewarganegaraan Taiwan dan Kanada ini akan memiliki 49 persen saham Nets seharga AS$1,13 milyar. Angka tersebut terlihat fantastis bagi masyarakat luas. Meski begitu, sesungguhnya AS$1,13 milyar hanya sekitar 12 persen dari total AS$10 milyar kekayaan bersih Tsai yang dirilis Forbes.

Jalan terjal mewarnai usaha Tsai mengakusisi tim tetangga New York Knicks ini. Beberapa hal yang menyulitkannya adalah terkait waktu dan cakupan kekuasaan yang akan dimiliki Tsai.  General Manager Nets, Sean Marks mengamini hal tersebut saat melakukan diskusi dengan Netsdaily. “Kita semua harus bersabar, Mikhail harus bersabar, Joseph juga harus bersabar. Karena di akhir dari semua ini, kita tahu ini semua untuk membangun fondasi tim yang lebih kuat.”

Akusisi yang dilakukan Tsai ini menjadi salah satu dari sekian bukti menggeliatnya bisnis akusisi tim olahraga yang dilakukan para konglomerat Negeri Tirai Bambu. Pada sepak bola Eropa, AC Milan dan Manchester City adalah salah dua tim yang merasakan serangan investasi konglomerat Cina.

Meski begitu, gelombang investasi gila-gilaan para konglomerat Cina ini tidak diharapkan terus berlangsung oleh pemerintah mereka sendiri. Menteri Perdangangan Cina, Zhong San, menyebutkan investasi luar negeri yang dilakukan para konglomerat tersebut sebagai “blind and irrational investment”, atau yang berarti investasi yang buta dan tak masuk akal. Perkataan tersebut merujuk pada data tahun 2016 yang mana total investasi luar negeri konglomerat Cina mencapai AS$225 Milyar.

Foto: Sports Illustrated, Slamonline

Komentar