IBL

Musim ini, IBL mensyaratkan pemain asing tak boleh lebih tinggi daripada 200cm. Tak pernah ada penjelasan resmi dari IBL kenapa aturan ini diberlakukan atau apa tujuan mendatangkan pemain asing terbatas tak boleh lebih tinggi daripada 200cm.

Setelah musim reguler dimulai hingga kini, berdasarkan data dari situs resmi IBL, ada enam pemain asing dengan tinggi 200cm. Menariknya, kepercayaan kepada pemain asing di bawah 190cm pun ada. Hingga hari ini, 19 Maret, jumlah pemain asing dengan tinggi di bawah 190cm pun ada enam pemain. Kevin Bridgewaters yang sempat bermain untuk Pelita Jaya Bakrie Jakarta adalah yang paling pendek dengan 172cm.

Tidak ada pemain asing dengan tinggi pas 190cm. Ada satu pemain asing dengan tinggi 191cm yaitu garda Bali United Kendal Yancy. Tidak ada pula pemain asing dengan tinggi 192cm. Komposisi tinggi pemain asing mulai bervariasi di tinggi 193cm. Modus atau jumlah paling banyak adalah di 196cm. Ada tujuh pemain asing di sana.

Lewat konten-konten instagram @mainbasket, para pengikut (followers) maupun yang bukan pengikut kami sepertinya sudah sangat mahfum bahwa kami bukanlah fan dari menilai pemain berdasarkan tinggi badannya. Tulisan ini barangkali kembali akan menjelaskan kenapa kami atau khususnya gw, tidak pernah mau mengapresiasi pemain berdasarkan tinggi badannya. Main basket adalah masalah ilmu ketangkasan bermain, kekuatan, kecepatan, kekompakan, kecerdasan, keberanian mengambil keputusan, dan lain-lain. Bukan tinggi badan.

Lalu kenapa menulis pemain asing berdasarkan tinggi badannya?

Ketika tim nasional kita kerap kalah di beberapa laga internasional, “kalah tinggi badan” atau “kalah postur” kerap menjadi alasan. Sebuah pembenaran yang menurut gw, sulit untuk diterima.

Untuk kembali sedikit menjelaskan bahwa tinggi badan bukanlah hal yang berpengaruh di dalam bermain basket, gw mengumpulkan data atau perbandingan tinggi para pemain di IBL. Asing dan lokal. Data ini akan memperlihatkan bahwa kita, Indonesia, tak pernah kekurangan pemain tinggi. Kita kekurangan pemain yang tangkas, kuat, cepat, dan lain sebagainya. Kurang banget.

Di bawah ini, gw mengelompokkan para pemain asing dan lokal berdasarkan tinggi badannya. Di setiap kelompok, gw akan memaparkan penjelasan-penjelasan terkait ketangkasan bermain kita yang memang sangat kurang.

Tinggi di bawah 190cm (hanya memasukkan nama pemain asing)

David Seagers, 182cm (Dewa United)

Shavar Newkirk, 183cm (NSH Mountain Gold)

Kevin Bridgewaters, 172cm (Pelita Jaya)

Akeem Scott, 185cm (Rans)

Brachon Griffin, 186cm (Satria Muda)

Jarron Crump, 182cm (Hawks)

Dari nama-nama di atas, nama David Seagers, Akeem Scott, Shavar Newkirk, dan Brachon Griffin sangat menonjol. Semua memiliki kemampuan melantun (dribble) bola yang sangat baik. Mampu mengatur serangan dan naluri mencetak angka sangat tinggi. Mereka juga punya semangat kepemimpinan (leadership) yang baik. Kita bisa lihat bagaimana mereka memimpin tim tak hanya dalam raihan poin, tetapi juga dalam menyemangati dan merekatkan tim. Pada daftar ini, gw sengaja tak memasukkan daftar pemain lokal, karena par pemain lokal kita memang didominasi tinggi badan 170-an dan 180-an. Pertanyaan yang layak diajukan adalah mengapa nama-nama pemain asing di atas bisa istimewa secara ketangkasan, sementara, rasa-rasanya sangat sedikit pemain lokal yang punya kemampuan setara dengan mereka. Atau memangnya ada yang setara mereka?

Tinggi 190cm

Pemain lokal:

Pringgo Regowo, 190 (West Bandits)

Fadlan Minallah, 190cm (West Bandits)

Anjar Rusadi Putra, 190cm (Hawks)

Keefe Fitrano Yoshe, 190cm (Hawks)

Avan Seputra, 190cm (Satria Muda)

Oki Wira Sanjaya, 190cm (Rans)

Teddy Apriyana Romadonsyah, 190cm (Pelita Jaya)

Rizky Agung Pranata, 190cm (NSH Mountain Gold)

Daniel Wenas, 190cm (Evos Thunder)

Dio Tirta Saputra, 190cm (Dewa United)

Gunawan, 190cm (Hangtuah)

I Putu Yudiantara, 190cm (Hangtuah)

Andreas Kristian Vieri, 190cm (Pacific)

 

Tinggi 191cm

Pemain asing:

Kendal Yancy, 191cm (Bali United)

Pemain lokal:

Andrew William Lensun, 191cm (Patriots)

Anggi Alfiandi, 191cm (Evos Thunder)

 

Tinggi 192cm

Argus Sanyudy, 192cm (Satria Muda)

Valentino Wuwungan, 192cm (Rans)

Randika Aprilian, 192cm (NSH Mountain Gold)

Aldy Izzatur Rachman, 192cm (Patriots)

Restu Dwi Purnomo, 192cm (Bima Perkasa)

Hanya ada satu pemain asing di antara pemain asing dan pemain lokal dengan tinggi badan 190 hingga 192 cm. Ia adalah Kendal Yancy. Kendal Yancy jelas berposisi sebagai garda (guard), kemampuannya dalam melakukan penetrasi sangat baik. Ia juga melepaskan tembakan dari jarak menengah dan jauh. Determinasinya tinggi.

Adakah pemain lokal yang ketangkasannya bisa disetarakan dengan Yancy pada level tinggi badan 190-192cm? Mungkin ada. Mungkin tak ada. Kalau ada, mungkin tidak sekomplet Yancy. Kemampuan melantun bola menjadi kemampuan yang paling membedakan. Kalau hanya ketajaman atau naluri menembak, kita bisa melihat ada nama Gunawan dan Oki Wira di sana. pemain-pemain lokal yang masih memiliki kemampuan cukup baik dalam melakukan penetrasi dan atau melepaskan tembakan dari berbagai posisi juga ada pada beberapa nama seperti Dio Tirta dan Daniel Wenas. Hal menarik dari level tinggi ini adalah nama Pringgo Regowo, Valentino Wuwungan dan Fadlan Minallah. Ketiganya punya reputasi sebagai pemain besar (bigman) di Indonesia. Ketiganya biasa bermain pos (post play), merebut rebound, membantu pertahanan, membuka ruang. Namun sangat kurang dalam hal melantun bola.

Tinggi 193cm

Pemain asing:

Sameen Swint, 193cm (West Bandits)

Jalil Abdul Basit, 193cm (Rans)

Tyron Criswell, 193cm (Pacific)

Jordan Jacks, 193 (Bima Perkasa)

Randy Bell, 193cm (Bumi Borneo)

Pemain lokal:

Juan Laurent Kokodiputra, 193cm (Satria Muda)

Alfredo Julianto, 193cm (Rans)

Reza Guntara, 193cm (Prawira)

Rheza Saputra Butarbutar, 193cm (Patriots)

Ali Bagir Alhadar, 193cm (Patriots)

Padre Taranngiar Hosbach, 193cm (Evos Thunder)

Herman, 193cm (Dewa United)

Vincent Sanjaya, 193cm (Bumi Borneo)

Ponsianus Nyoman Indrawan, 193cm (Bali United)

 

Tinggi 194cm

Pemain asing:

Di’mar Matthew Hill, 194cm (Pelita Jaya)

Pemain lokal:

Nickson Gosal, 194cm (West Bandits)

Raylly Pratama Putra, 194cm (Hawks)

Fabio Mailangkay, 194cm (Rans)

Pandu Wiguna, 194cm (Prawira)

Govinda Julian Saputra, 194cm (Pelita Jaya)

A.A. Gede Agung Bagus Pramesvara, 194cm (Patriots)

Luthfianes Gunawan, 194cm (Dewa United)

Stefan Carsera, 194cm (Hangtuah)

Amaluddin Ragol, 194cm (Hangtuah)

 

Tinggi 195cm

Pemain asing:

Michael Kolawole, 195cm (West Bandits)

William Tinsley, 195cm (Satria Muda)

Michael Glover, 195cm (NSH Mountain Gold)

Jaywuan Hill, 195cm (Evos Thunder)

Karamoko Cisse, 195cm (Evos Thunder)

Pemain lokal:

Yosua Otto Judaprajitna, 195cm (West Bandits)

Laurentius Steven Oei, 195cm (Satria Muda)

Boby Wibisono, 195cm (Pacific)

Leonardo Effendy, 195cm (Dewa United)

Alkristian Chandra, 195cm (Bali United)

 

Tinggi 196cm

Pemain asing:

Joshua Davenport, 196cm (Satya Wacana)

Tyree Robinson, 196cm (Satya Wacana)

Dmonta Harris, 196cm (West Bandits)

Dior Lowhorn, 196cm (Pelita Jaya)

Akeem Ellis, 196cm (Pacific)

William Green III, 196cm (Bali United)

Christhoper Sterling, 196cm (Prawira)

Pemain lokal:

Anto Boyratan, 196cm (West Bandits)

Naufal Ranggajaya, 196cm (Satya Wacana)

Henry Cornelis Lakay, 196cm (Satya Wacana)

Kevin Yonas Sitorus, 196cm (Satria Muda)

Bryan Elang Praditya, 196cm (Prawira)

Abiyyu Ramadhan, 196cm (Pelita Jaya)

Melki Sedek Basik Basik, 196cm (NSH Mountain Gold)

Putu Satria Pande, 196cm (Bali United)

Rico Aditya Putra, 196cm (Bali United)

Surya Jayadiwangsa, 196cm (Hangtuah)

Pada level tinggi badan 193 hingga 196cm ini, kita akan menemukan dan melihat para pemain asing yang sangat dominan. Dominan di berbagai aspek. Sekali lagi, pada level tinggi badan di atas 190cm ini, kelihaian dalam melantun bola adalah favorit gw. Bila para pemain asing yang ada sangat lihai dalam melantun bola basket, pada tinggi badan yang sama, kenapa sulit sekali mencari pemain lokal yang punya kemampuan itu? Silakan lihat daftar pemain lokal di tataran tinggi 193-196cm ini, siapa kira-kira yang memiliki kemampuan melantun bola sebaik atau bahkan melebihi para pemain asing yang ada? Mengapa ketangkasan melantun bola itu ada pada pemain asing sementara di kita sulit sekali hadir?

Ada nama Michael Glover (195cm) dan Dior Lowhorn (196cm) pula pada daftar di atas. Kita semua sudah tahu kemampuan dua pemain ini. Duel keduanya kita nanti-nanti, walau Glover tak kunjung kelihatan di lapangan mewakili NSH Mountain Gold. Dua pemain ini, selain tinggi badan yang hanya terpaut satu sentimeter, memiliki postur yang gempal. Gemuk, berotot, dan bertenaga. Adakah pemain lokal yang berani kita adu dengan dua pemain asing ini? Bryan Elang? Kevin Yonas? Melki Sedek? Henry Lakay? Ponsianus Nyoman Indrawan? Aha, Ponsianus Nyoman Indrawan alias Komink barangkali yang paling mendekati. Andai Komink masih di usia awal 20-an mungkinkah ia bisa dilatih untuk memiliki kemampuan seperti Glover dan Lowhorn?

Selain Glover dan Lowhorn, kita bisa menarik lagi nama-nama pemain yang lebih langsing, namun luar biasa lincah bertenaga di lapangan. Akeem Ellis, Christ Sterling, Michael Kolawole, dan Randy Bell. Anggaplah mereka mewakili pemain-pemain asing lainnya. Dengan tinggi badan serupa, para pemain lokal atau pelatih lokal sangat layak untuk mempertanyakan mengapa para pemain asing di atas memiliki paket ketangkasan yang mereka miliki sementara para pemain lokal kita tidak. Ali Bagir punya potensi untuk berkembang menjadi setidaknya seperti para pemain asing tersebut bahkan lebih. Rico Aditya punya semangat dan kerja keras luar biasa ketika membela Bali United di lapangan. Nickson Gosal dan Reza Guntara juga punya potensi ke sana. Namun apa yang kurang dan apa yang benar-benar harus dilatih agar mereka bisa sampai ke level yang sama? Siapa yang bisa membantu mereka? Lagi-lagi, pertanyaan-pertanyaan model begini yang menurut gw perlu ditanyakan. Bukan sekadar termenung, “Kok mereka bisa, kita tidak?” Atau yang lebih parah lagi, bila ternyata tak ada yang menyadari hal ini. Atau melumrahkannya seolah tak ada yang salah. Menerima begitu saja. Begitulah pemain asing. Begitulah pemain lokal.

Tinggi 197cm

Pemain asing:

Brian Michael Williams, 197cm (Prawira)

Pemain lokal:

Mas Kahono Bintang, 197cm (Satya Wacana)

Rizal Falconi, 197cm (Satria Muda)

Agus Salim, 197cm (Rans)

Ruslan, 197cm (NSH Mountain Gold)

Serigne Modou Kane, 197cm (Patriots)

Dame Diagne, 197cm (Patriots)

Tri Hartanto, 197cm (Evos Thunder)

 

Tinggi 198cm

Pemain asing:

Adam Drexler, 198cm (Hawks)

Richard Ross, Jr., 198cm (Hawks)

Darryl James Palmer, 198cm (Dewa United)

Austin Mofunanya, 198cm (Bumi Borneo)

LaQuavius Cotton, 198cm (Hangtuah)

Pemain lokal:

Eko Agung Prabowo, 198cm (Rans)

Galank Gunawan, 198cm (Prawira)

William Rivaldi Kosasih, 198cm (Evos Thunder)

Jamarr Johnson, 198cm (Dewa United)

Pada level ini, buat gw, cukup menarik. Nama-nama seperti William Rivaldi Kosasih, Dame Diagne, Serigne Modou Kane, dan Mas Kahono Bintang masih sangat muda belia. Mungkinkah mereka mendapatkan pelatihan untuk menjadi lebih kokoh dan kuat badannya, lebih gesit dan cepat akselerasinya, dan semakin tangkas gerakan-gerakannya? Adakah yang mampu membentuk mereka menjadi pemain yang lebih komplet? Menjaga agar mereka seiring waktu tidak sekadar menjelma seperti para seniornya yang hanya unggul di satu-dua aspek saja. Galank Gunawan sangat jago rebound, Rizal Falconi mengandalkan tembakan menengah, atau Ruslan yang sejujurnya sulit menemukan spesifikasinya.

Tinggi 199cm

Pemain lokal:

Moh. Saroni, 199cm (West Bandits)

Mochammad Noval Mahadi, 199cm (Hawks)

Kelvin Sanjaya, 199cm (Satria Muda)

 

Tinggi 200cm

Pemain asing:

Elijah Foster, 200cm (Satria Muda)

Hal Shane Heyward, 200cm (Rans)

Taj Davis Spencer, 200cm (Prawira)

David Atkinson, 200cm (Bima Perkasa)

Dishon Lowery, 200cm (Dewa United)

Anton Waters, 200cm (Hangtuah)

 

Tinggi 201cm ke atas (lokal semua)

Firman Dwi Nugroho, 202cm (Satya Wacana)

Randy Adi Prasetya, 202cm (Satya Wacana)

Dhiya’ul Haq, 201cm (Hawks)

Vincent Rivaldi Kosasih, 203cm (Pelita Jaya)

Renard Hernando, 206cm (Patriots)

Isman Thoyib, 202cm (Bima Perkasa)

Tidak ada pemain asing dengan tinggi badan 199cm. Namun mereka yang memiliki tinggi 200cm pun bukan pula pemain yang kerjanya menunggu bola di bawah ring. Taj Spencer bahkan aktif melantun bola bak seorang fasilitator yang sudah membawa bola sejak daerah pertahanan sendiri untuk kemudian melakukan penetrasi melewati pemain lawan. David Atkinson aktif dari luar garis tripoin, namun juga masih bisa diandalkan di bawah ring. Demikian pula dengan Anton Waters. Elijah Foster, Hal Heyward, dan Dishon Lowery memiliki pergerakan kaki (footwork) yang sangat baik ketika beraksi satu lawan satu.

Ketangkasan-ketangkasan dasar bermain basket seperti yang dimiliki para pemain asing dengan tinggi 200cm ini tidak terlihat pada pemain-pemain kita dengan tinggi yang sama atau lebih. Pada tinggi badan sekian, para pemain kita terlihat sangat kaku dan lamban. Apakah ini sesuatu yang sudah dari sananya? Gw sih gak percaya. Gw percaya dari sananya kita gak tahu harus diapakan talenta-talenta kita yang sudah punya anugerah tinggi badan lebih dari 200cm atau lebih dari 190cm ini. Kita hanya paham bahwa mereka hanya butuh diam di bawah ring, terima bola, masukkan ke ring. Padahal pastinya tak sesederhana itu dan mereka kelihatan tak banyak bisa apa-apa ketika berhadapan dengan para pemain asing dengan kemampuan ketangkasan yang komplet.

Di era basket yang semakin modern, dengan semangat pengembangan basket nirposisi (positionless) yang semakin menggema di dunia, kami tak bisa diam saja melihat hal ini. Sekarang saja, entah sudah berapa puluh atau mungkin ratus tahun kita tertinggal. Jika tak segera berubah, kita pun akan semakin jauh terbelakang. Jangankan bersaing di dunia, Asia, dalam sekejap mata, Asia Tenggara pun mungkin akan lepas dari genggaman kita.

Kembali ke tinggi badan, perlu diingat, LeBron James memiliki tinggi 206cm. "Jangan samakan dengan NBA dong." Kalau tidak berkaca ke NBA, mau berkaca ke mana lagi? EuroLeague? Yakin? Saat hampir semua pemain mereka berlari 40 menit, melakukan pergerakan dinamis, dengan seluruh pemain di lapangan bisa menembak tripoin di akurasi lebih dari 30 persen?

Lihat apa yang bisa LeBron lakukan dengan tinggi badannya. Apakah LeBron begitu lahir sudah bisa seperti itu? Apakah genetik Afrika-Amerika jadi alasan utama? Lantas, kenapa cuma ada satu LeBron di dunia ini? Kenapa pula negara-negara Afrika gagal lolos ke babak 16 besar di Piala Dunia FIBA 2019 di Cina?

Basket adalah olahraga yang sangat rumit jika Anda melihatnya lebih dalam lagi. Saksikan pertandingan-pertandingan level tinggi, NBA, EuroLeague, Piala Dunia FIBA, hingga Olimpiade untuk menyadari betapa rumitnya permainan ini di era sekarang. Lihat detail pergerakan mereka. Lihat pemain yang tidak membawa bola, lihat ke mana mereka berlari dan kapan mereka berlari. Semua itu bukan bakat. Bukan bawaan. Apalagi sekadar “tinggi badan”.

Latihan setiap hari bertahun-tahun bahkan mungkin seumur hidup mereka membuat hal itu jadi masuk akal. Lebih dari itu, latihan yang mereka lakukan juga benar, tepat, akurat, sesuai dengan waktu dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemain basket di era mereka.

Lihat saja Chet Holmgren, Victor Wembanyama, dan deretan  pemain muda baru calon pebasket andal dunia ke depannya. Apakah mereka cuma bisa di bawah ring? Apakah mereka tidak ada yang bisa melantun bola? Menembak dari jarak jauh? Apakah mereka puas hanya dengan menjadi pemain paling tinggi di lapangan? Lebih dari itu, mereka coba menguasai semua ketangkasan pemain basket.

Jika basket Indonesia memang ingin naik tingkat, ingin berkembang, hal pertama yang harus dilakukan adalah menerima kenyataan bahwa kita sangatlah buruk. Tingkat kesadaran kedua yang harus dilewati adalah menyadari bahwa semua butuh proses, proses yang sangat panjang. Ketiga, buka pintu selebar-lebarnya untuk pengetahuan baru dan ideologi baru tentang perkembangan zaman ini.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Klise tapi benar adanya. Selama ada semangat untuk memperbaiki diri, maka akan datang juga segala kemungkinan-kemungkinan baik di luar sana. Namun, jika semangat saja sudah tidak ada, apalagi selalu bersembunyi pada alasan “kalah karena tinggi badan”, jangankan berkembang, hidup saja tak sepatutnya dilanjutkan.(*)

Foto: Hari Purwanto dan Ariya Kurniawan

*Tulisan ini juga disunting dan ditambahkan oleh Adrian Darmika.

Komentar