IBL

Banyak yang bilang bahwa rumah, bukan sekadar tentang tempat. Rumah juga bisa tentang waktu, momen, orang, dan banyak hal lainnya yang terikat secara batin dengan seorang individu. Untuk cerita kali ini, rumah adalah tempat di mana semua bermula bagi seorang Candace Parker.

Gelar juara kedua yang ia dapatkan bersama Chicago Sky kemarin adalah sebuah cerita perjalanan pulang. Setelah melanglang buana ke Tennessee dan California selama lebih dari 15 tahun, Candace benar-benar melangkah memenuhi lingkaran kehidupan dengan gelar juara di rumahnya.

Ya, Candace adalah sosok yang tumbuh di Chicago (lahir di St. Louis, Missouri). Ia hidup di keluarga basket dengan salah satu kakak laki-lakinya, Anthony, berhasil melangkahkan kaki sampai NBA. Dengan Sang Kakak bermain di posisi sayap, Candace pun tumbuh dengan paket ketangkasan yang lengkap untuk pemain perempuan seukurannya.

Candace mungkin adalah salah satu unicorn pertama di sejarah WNBA. Dengan tinggi 193 sentimeter, Candace bisa bertindak sebagai fasilitator, skorer, penembak jitu, dan juga defender di berbagai kondisi. Bisa dibilang, ia bisa memainkan posisi 1 sampai 5 dan tidak banyak pemain yang mampu seperti ini. Sejauh ini, hanya Breanna Stewart yang sejajar dengan Candace di mata saya.

Menariknya, Candace memiliki kapasitas sebesar ini memang sejak sangat belia. Di level SMA, ia sudah bermain bak monster bagi lawan-lawannya. Di level kampus, Tennessee mendaftarkan Candace sebagai garda, forwarda, dan senter sekaligus. Semua ini terus berlangsung sampai kemarin, saat Sky meraih juara.

Paket ketangkasan seperti ini pun membuatnya langsung menjadi pilihan pertama Los Angeles Sparks di WNBA Draft 2008. Prestasi Candace kala dipilih adalah dua kali juara NCAA, sederet penghargaan pemain kampus terbaik, dan juga medali perunggu FIBA Women's World Championship di Brazil pada 2006. Ia adalah satu-satunya pemain kampus di skuat 2006 tersebut.

Candace pun tak butuh waktu untuk menunjukkan apa yang ia punya di WNBA. Di gim pembuka, ia mencetak 34 poin, 12 rebound, dan 8 asis, nyaris tripel-dobel! Sampai saat ini, catatan 34 poin di gim pembuka untuk seorang ruki adalah catatan tertinggi di sejarah WNBA. Candace pun melengkapi musim pertamanya dengan gelar ruki dan pemain terbaik (ROTY dan MVP). Ia jadi pemain pertama di WNBA yang mampu melakukan hal tersebut. Di olahraga profesional Amerika Serikat, ia bergabung dengan Wilt Chamberlain dan Wes Unseld yang memiliki catatan serupa.

Bersama Sparks, karier Candace tak bisa dibilang mulus. Di musim keduanya, ia sempat menepi karena harus mengandung dan melahirkan putrinya, Lailaa Williams. Lalu berturut mengikuti ada kejadian keributan di lapangan yang melibatkan namanya. Ada pula beragam cedera dan juga masalah non-teknis di Sparks yang memaksanya tak kunjung meraih gelar juara.

Hingga akhirnya, di 2016, gelar juara untuk melengkapi karier Candace tercapai. Menghadapi Minnesota Lynx yang menjadi kekuatan terbesar WNBA di dekade 2010, melalui sebuah rangkaian final yang dramatis, Candace akhirnya meraih gelar juara. Gelar juara yang tampaknya menjadi pelengkap terbaik untuk kariernya kala itu.

Ternyata, lima tahun berselang sejak gelar juara tersebut, pelengkap sesungguhnya hadir di karier Candace. Sebagai unrestricted free agent, Candace memutuskan pulang ke Chicago. Izin dari Sang Anak pun menjadi hal utama yang diupayakan oleh Candace. Pasalnya, Lailaa bersekolah di Los Angeles.

Begitu restu dari Lailaa ia dapat, Candace sama sekali tak melambat. Sky ia bawa finis di peringkat dua Wilayah Timur, hanya kalah dari Connecticut Sun yang memang dominan di musim reguler. Candace serta Sky tak mau berhenti dan terus berlari di playoff. Minnesota Lynx mereka tumbangkan, menyusul pula Sun lewat empat gim, jumlah yang sama saat mereka mengalahkan Phoenix Mercury di final.

Lengkap sudah satu putaran roda kehidupan Candace setelah gelar ini. Mengingat kariernya sebagai analis NBA juga cukup moncer, seharusnya pensiun sekarang pun tidak akan menjadi masalah untuk Candace. Dengan usia yang sudah 35 tahun, hal ini pun tampak masuk akal.

Akan tetapi, hubungan dekat Candace dengan keluarga mendiang Kobe Bryant mungkin akan menjadi pembeda. Tak bisa dipungkiri, Candace punya mentalitas yang cukup serupa dengan Kobe. Hal itu pula yang rasanya akan menahan Candace untuk bertahan di liga lebih lama, demi melanjutkan kejayaan dan dominasinya. Atas perjalanan luar biasa ini, selamat berjaya Candace Nicole Parker!

Foto: WNBA

Komentar