IBL

Dua tahun lalu, lebih  tepatnya 7 Maret 2018, saya membuat artikel berjudul “Meragukan San Antonio Spurs untuk Pertama Kali dalam 20 Tahun Terakhir.” Artikel tersebut saya buat berdasar keraguan besar atas peluang Spurs mempertahankan tradisi selalu lolos ke playoff dan menorehkan rekor kemenangan di akhir musim.

Musim 2017-2018 memang seolah jadi musim pertama Spurs diragukan oleh banyak pihak. Cederanya Kawhi Leonard dan semakin menuanya Tony Parker, Manu Ginobili, dan Pau Gasol menjadi alasan utama tim ini tampak tak meyakinkan. Pun begitu, di akhir musim, Spurs tetap berhasil lolos ke playoff dan meraih rekor kemenangan.

Semusim selanjutnya, Spurs memutuskan melakukan perombakan besar dengan menukar Kawhi Leonard bersama dengan Danny Green ke Toronto Raptors, melepas Tony Parker, hingga keputusan pensiun Manu Ginobili. Pun begitu, di musim 2018-2019, Spurs tetap berhasil lolos ke playoff. Di dua musim di atas, Spurs finis di urutan ketujuh klasemen akhir Wilayah Barat dan gugur di putaran pertama playoff.

Meski di dua musim tersebut Spurs berhasil menjawab keraguan banyak pihak, musim ini keraguan rasanya  tak juga menurun, atau mungkin semakin tinggi. Tidak mendatangkan bintang baru dan justru kedatangan pemain medioker seperti Trey Lyles, DeMarre Carroll membuat Spurs terasa monoton. Dari jalur draft pun, Keldon Johnson dan Luka Samanic tak dirasa cukup menjanjikan.

Seiring berjalannya waktu, Trey Lyles jadi satu-satunya pemain baru yang mereka datangkan dan memberi kontribusi. Johnson dan Samanic masih sibuk mondar-mandir ke NBA G League sedangkan Carroll bahkan sudah tidak ada di tim. Carroll dan Spurs sepakat untuk memutus kerja sama dan Carroll pun pindah ke Rockets.

Kekalahan 132-129 Spurs atas Cleveland Cavaliers, Minggu malam, 8 Maret 2020, waktu setempat jadi kekalahan ke-36 Spurs musim ini. Buruknya, 36 kekalahan itu terjadi hanya dalam 62 gim saja, yang berarti Spurs baru menang 26 kali musim ini.

Melihat sisa 20 gim yang tersisa dan jarak enam gim dengan peringkat delapan klasemen sementara Wilayah Barat (batas playoff), Memphis Grizzlies, peluang Spurs lolos ke playoff kali ini bisa dibilang yang terkecil dari dua musim sebelumnya.

Salah satu hal yang semakin membuat keraguan meninggi adalah catatan statistik Spurs yang juga cukup buruk. Untuk serangan, Spurs hanya mampu menorehkan 1,112 poin per penguasaan bola yang menempatkan mereka di urutan ke-12 liga. Sementara untuk pertahanan, Spurs berada di peringkat 26 liga dengan catatan kemasukkan 1,129 poin per penguasaan bola.

Khusus untuk catatan bertahan, ini adalah catatan terburuk Spurs dalam lima musim terakhir. Meski memang liga masih menyisakan 20 gim lagi, Spurs belum pernah menorehkan catatan bertahan seburuk ini. Sebelum musim ini, peringkat terburuk mereka adalah peringkat 20 yang baru terjadi musim lalu. Sementara di tiga musim sebelumnya, catatan Spurs adalah peringkat empat (2017-2018), dan peringkat satu di dua musim sisanya.

Hal ini mengindikasikan dua hal. Pertama, program bertahan Spurs mungkin saja sudah sangat terbaca oleh lawan. Kemungkinan ini tidak dapat dihindarkan mengingat Gregg Popovich sudah melatih Spurs selama 24 tahun. Bahkan, beberapa Kepala Pelatih tim NBA sekarang adalah anak didik Popovich dulu.

Yang kedua, tentunya hilangnya pemain dengan kemampuan bertahan yang di atas rata-rata dalam tubuh Spurs. Sejak Pops menangani tim, Spurs selalu memiliki pemain bertahan yang baik di area sayap dan kunci. Nama-nama seperti Bruce Bowen, David Robinson, Tim Duncan, dan Kawhi Leonard adalah sosok-sosok penting pertahanan Spurs. Sementara di musim ini, mereka bergantung pada pemain muda seperti Lonnie Walker IV dan pemain veteran Rudy Gay.

Melihat segala fakta di atas, meragukan Spurs kali ini terlihat lebih masuk akal dari meragukan mereka dua musim lalu. Pun begitu, fakta bahwa Spurs sudah 22 tahun beruntun lolos ke playoff bisa jadi pelecut semangat tim ini untuk mempertahankan rekor apik dan brilian tersebut. Spurs harus memperbaiki pertahanan mereka sebaik mungkin dalam 20 gim tersisa. Jika tidak, sebaiknya Spurs sudah mulai memikirkan strategi perkrutan permain terbaik di jeda musim panas nanti. Pertanyaan terburuk dari semua ini adalah, “Apakah sihir Spurs dan Popovich telah berakhir?”

Foto: NBA

 

 

Komentar