IBL

DBL Academy Holiday Camp telah sampai pada hari terakhir penyelenggaraanya, Minggu, 29 Desember 2019. Seluruh peserta telah melalui dua hari sebelumnya dengan latihan yang seru dan cukup intens. Di hari pertama, latihan fundamental jadi menu utama yang disajikan para pelatih DBL Academy untuk peserta. Hari kedua, kelas nutrisi dan trik-trik menyerang yang diberikan langsung oleh tiga pemain Louvre Surabaya menjadi cerita tersendiri.

Hari ketiga dibuka tidak di lapangan. Seluruh peserta yang mendapatkan fasilitias menginap di Golden Tulip Hotel Surabaya diberikan menu latihan pertama berupa aquatic training. Sesuai dengan namanya, latihan ini dilakukan di dalam air, dalam hal ini di kolam renang Golden Tulip Hotel Surabaya.

Meski di dalam air, latihan yang dilakukan para peserta pada dasarnya tetaplah sama. Namun, dengan media air ini, resiko cedera dalam latihan bisa berkurang drastis. Di sisi lain, tim pelatih DBL Academy juga menambahkan beberapa latihan yang bersifat fun guna semakin mengakrabkan para peserta.

Usai latihan dalam air ini, para peserta DBL Academy Holiday Camp lantas kembali bergerak ke DBL Academy Pakuwon Mall. Khusus di hari terakhir ini, mereka mendapatkan treatment latihan yang serupa dengan DBL Camp 2019 yang berujung pada terpilihnya DBL All Star. Latihan yang dimaksud adalah tantangan ketangkasan (skill challenge) dan latih tanding mulai dari 2 lawan 2, 3 lawan 3, dan 5 lawan 5.

Tantangan ketangkasan ini adalah sebuah program terbaru yang digunakan di DBL Camp 2019 lalu. Di sini, setiap peserta ditantang untuk menggunakan ketangkasan mereka mulai dari melantun (dribble), menembak, mengumpan, dan melakukan layup. Setiap peserta akan dicatat waktunya dalam melakukan semua hal tersebut.

Setelah melalui tantangan ketangkasan, giliran para peserta mengimplementasikan hasil latihan mereka dua hari sebelumnya. Tak sendiri, di sini tiga pemain Louvre, Daniel Wenas, Wendha WIjaya, dan Kevin Moses, juga mendapatkan tantangan dengan menjadi pelatih di uji tanding. Ketiganya terlihat cukup bersemangat menjalani peran baru tersebut.

“Saya pribadi memang inginnya jadi pelatih di masa depan, jadi hal ini cukup menyenangkan,” ujar Wendha kepada kami. “Namun, untuk pemain yang masih usia muda seperti ini, tantangannya lebih berat lagi. Kalau salah, kita tidak bisa menggunakan emosi dan marah kepada mereka. Kita harus benahi dengan cara yang baik,” lanjutnya. (DRMK)

Foto: Dika Kawengian

 

Komentar