IBL

Saya melihat daftar pemain terpanggil untuk mengikuti uji coba bersama tim nasional Indonesia. Dari sekian banyak pemain itu, ada beberapa yang menarik mata. Salah satunya Andre Adrianno, pemain Satya Wacana Salatiga.

Andre bahkan tidak akan berangkat uji coba sendirian. Sebab, timnas juga memanggil adiknya, Mario Davidson (Honda DBL All-Star 2018), untuk mengikuti uji coba yang sama. Keduanya jadi punya kesempatan untuk unjuk gigi. Apalagi mereka punya mimpi main bareng di timnas.

Saya kemudian bertemu dengan Andre di acara IBL Go-Jek 3x3 Basketball Tour 2019 Seri III Yogyakarta. Saat itu, pemain andalan Satya Wacana tersebut sedang bersiap untuk bertanding. Saya pun menghampirinya untuk membikin janji. Saya meminta waktunya untuk berbincang singkat sehabis pertandingan. Kami pun berbincang-bincang di belakang lapangan.

Kita bahas soal 3x3 ini dulu saja. Selama dua, tiga seri ini, seperti apa penampilan Satya Wacana? Satya Wacana A, ya?

Iya, Satya Wacana A.

Menurut saya sejauh sudah ini sudah lumayan. Cuma kami kecolongan sama tim-tim besar di akhir. Entah sudah capai atau apa—saya tidak tahu. Tapi, intinya kami kurang keras di situ. Selama dua seri ini saya lihat kurang keras defensenya.

Susah tidak, sih, main 3x3?

Susah-susah gampang. Susah ketika harus mengambil keputusan. Di sini serbacepat.

Capai?

Iya, capai. Karena  tidak ada istirahat. Empat orang, cadangan satu. Sekali-dua kali passing harus sudah attempt. Tembak atau drive.

Penampilanmu sendiri secara individu seperti apa?

Masih kurang, sih. Target saya sendiri, ya, juara. Semifinal lalu kalah sama SM. Dua kali berturut-turut. Di Cirebon kalah sama SM, di Bali juga sama SM. Itu jadi PR di dua seri terakhir. Saya—jujur saja—kurang puas sama yang sebelumnya.

Kira-kira apa yang bisa dilakukan? Harus lebih keras tadi?

Iya, lebih keras. Untuk 3x3 memang dituntut lebih keras. Lebih cepat juga. Soalnya kami kecil-kecil. Yang tinggi cuma Bryan. Mau tidak mau kami yang smallman harus push keluar. Apalagi SM, kan, tinggi-tinggi. Ada Sandy (Aziz), Avan (Seputra), Kevin (Yonas), siapa lagi?

Laurent.

Iya, Laurent. Tinggi semua.

Omong-omong di offseason ini kalian ngapain? Ada persiapan apa menghadapi musim baru yang entah kapan, hahaha.

Hahaha. Offseason ini sebenarnya masih terpecah fokusnya. Kak Meldi kemarin sempat sibuk Pra-PON. Setelah Pra-PON dia fokus di LIMA. Tim IBL-nya agak diduakan. Jadi, kami latihan mandiri dulu. Memaksimalkan diri di individu skill. Apalagi harus 3x3 seperti ini.

Andre juga terpanggil untuk mengikuti showcase timnas bersama Mario Davidson, adik Andre, seperti apa rasanya?

Bangga. Karena bangganya tidak buat saya sendiri. Ada adiknya juga.

Sebenarnya Papa dulu pernah ngomong, kalau bisa kami main bareng di timnas. Mimpi kami itu sebenarnya main di Piala Dunia bareng.

Saya bilang, pas mau tidur: “Besok 2023 itu Piala Dunia, loh, Mario. Kalau bisa kita main bareng, bagaimana?”

Puji Tuhan kami bisa seleksi bareng. Ini tahap pertama. Setidaknya punya kesempatan.

Apa yang perlu dipersiapkan untuk seleksi itu? Pelatihnya juga baru.

Fisik mungkin. Pelatihnya, kan, dari Serbia. Dia pernah di Filipina juga. Menurut saya, sih, dia ingin pemain yang hustle—pekerja keras. Maka, di sisa waktu ini, saya harus persiapkan fisik. Fisik itu nomor satu.

Menurutmu, Mario ini anak yang seperti apa?

Mario? Dia sudah matang. Dengan usianya yang sekarang, dia sudah matang. Dia bisa main di level seperti itu. Luar biasa.

Kemarin juga sempat ikut Honda DBL All-Star dan pergi ke Amerika. Ada pertandingan pula di sana.

Iya, betul. Saya bangga banget. Saya saja bangga apalagi kedua orang tua saya.

Kamu dulu DBL juga, kan?

Iya, tapi kalau saya tidak terpilih (All-Star), haha.

Ya, setidaknya sudah merasakan DBL. Sejauh mana kira-kira DBL ini berdampak dalam karier kalian?

Pemain SMA itu satu tujuannya pasti DBL. Pasti. Tidak mungkin mengikuti Walikota Cup atau apa. Anak SMA di seluruh Indonesia pasti ingin ikut DBL. Itu merupakan salah satu target yang luar biasa sebagai seorang anak SMA. Karena kami jadi punya kesempatan untuk berangkat ke Amerika.

Saya dulu juga ingin berangkat ke Amerika. Target mati-matian ke Amerika. DBL luar biasa menurut saya.

Kalian kakak-adik sering sharing?

Pasti sharing.

Apa saja yang kalian bagi? Selain basket, hal apa lagi yang kali bagi? Ada soal cinta-cintaan? Hahaha.

Hahaha, ya pasti itu. Masalah cewek juga bisa. Cuma setiap ketemu pasti basket terus yang dibahas. Ketemu orang tua, terutama Papa, pasti basket yang dibahas. Mau tidak mau bahasnya itu. Kami saling kasih masukan saja.  

Waktu Mario pulang dari Amerika, apa yang dia bawa pulang?

Amerika sama di sini itu beda banget pastinya. Amerika dididik sejak dini jadinya lebih bagus. Mario bawa itu ke sini. Dibagi ke saya.

Target selanjutnya apa, nih?

SEA Games. Pastinya itu dulu. Kalau Tuhan berkehendak, saya ingin masuk timnas.

Kalau melihat persaingannya—di sana, kan, ada banyak pemain yang dipanggil—kira-kira bisa tidak?

Berat, tapi apa salahnya usaha dulu? Apalagi pelatihnya beda. Setiap pelatih itu punya tipikal pemain sendiri. Di Indonesia pemain ini, ini, ini pasti masuk. Tapi, dengan adanya pelatih baru, timnas akan dirombak lagi. Ada pemain baru. Itu kesempatan saya.

Foto: Ariya Kurniawan

Komentar