IBL

Akun resmi NBA Turki melakukan sensor terhadap Enes Kanter. Mereka tidak menyebutkan nama sang pemain ketika Portland Trail Blazers mengalahkan Denver Nuggets kemarin, Rabu 2 April 2019 waktu setempat. Padahal akun resmi NBA menyebutkan nama kanter di cuitan mereka karena ia mencetak 15 poin dan 9 rebound.

Selain itu, Turki juga tidak menayangkan pertandingan Blazers. Mereka tidak mau mempertontonkan Kanter ke khalayak ramai di sana. Hal itu lantas membuat Kanter berang. Ia menyebut pemerintah Turki yang dipimpin Recey Tayyip Erdogan sebagai diktator.

Emre Uslu, seorang penulis sekaligus akademisi Turki, ikut menyayangkan kejadian itu. Ia mengatakan, penggemar NBA di negaranya bisa sangat marah kepada Erdogan karena tindakan represif. Apalagi Kanter satu-satunya wakil Turki di NBA yang tampil di playoff.  

Kanter kemudian meminta pertanggungjawaban NBA terkait masalah itu. Ia mempertanyakan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Wakil Komisaris NBA Mark Tatum menjawabnya dengan tegas. Pihaknya menjelaskan, akun Twitter NBA Turki dikelola vendor setempat. NBA akan membekukan kerja samanya dengan vendor terkait.

“Penggemar di Turki dapat menonton semua pertandingan playoff termasuk Enes Kanter dan Portland Trail Blazers lewat NBA League Pass dan NBA TV Internasional,” ucap Tatum seperti dikutip Royce Young, ESPN.

Dengan adanya respon itu, Kanter berterima kasih kepada NBA. Ia menilai liga telah mengambil langkah yang tepat.

“Saya sangat berterima kasih kepada NBA karena mengambil langkah yang tepat dengan membekukan hubungan masyarakat mereka yang menyensor saya selama playoff lewat akun NBA Turki,” tulis Kanter lewat cuitannya.”

Kanter juga tidak lupa berterima kasih kepada asosiasi pemain NBPA karena ikut membela hak asasi manusia, demokrasi, dan melawan kediktatoran. Sebab, ia menilai pemerintah Turki di bawah Presiden Erdogan sangat arogan. Karena perlawanan itulah Kanter tidak bisa pulang ke Turki dengan selamat. Ia bahkan beberapa kali harus berurusan dengan mata-mata Turki. Nyawanya terancam.

Sementara itu, kabar tidak sedap datang di tengah-tengah playoff. Young mengatakan, para pentonon di Denver meneriaki Kanter agar pulang. “Pulanglah ke Turki, oh tunggu, kamu tidak bisa,” tulis Young menirukan ucapan para penonton lewat Twitter.

Casey Holdahl, reporter Blazers, mengabarkan hal yang sama di Twitter. Para pengikutnya kemudian menyayangkan ucapan itu. Bagaimanapun, Kanter bukannya tidak mau pulang, tetapi tidak bisa pulang. Ia sendiri yang mengatakannya.

“Saya berharap saya bisa pulang ke Turki untuk bertemu dengan keluarga,” kata Kanter membalas cuitan Young. “Namun, saya memilih untuk membela demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia. Saya bersyukur sebagian besar orang Amerika mendukung hal itu.”

Masalah Kanter memang pelik. Sejak disebut-sebut mendukung Fethullah Gulen, ia tidak bisa pulang ke negaranya sendiri. Apalagi Gulen dituduh sebagai dalang dari pemberontakan. Para pendukungnya dicap teroris. Turki pun meminta Amerika Serikat mengembalikan Kanter, tetapi terhalang perjanjian ekstradisi. Amerika Serikat menolak menyerahkan Kanter.

Maka, di sanalah kini ia berada. Kanter membela Blazers sambil menghadapi masalah besar dalam hidupnya. (GNP)

Foto: NBA

Komentar