IBL

Sejak mengikuti perjalanan tim nasional basket putra Indonesia beberapa tahun belakangan, saya memiliki pandangan spesifik ketika memetakan kekuatan ancaman dari negara-negara Asia Tenggara. Musuh yang selalu bahkan menjadi obsesi untuk dikalahkan adalah Filipina. Negara asal Jordan Clarkson begitu dominan sehingga secara defacto kita menerimanya sebagai yang terkuat.

Malaysia adalah bebuyutan kita. Walau dunia runtuh sekalipun, kita seolah tak boleh kalah melawan negeri jiran ini. Barangkali tak hanya di basket saja, tetapi di semua cabang olahraga. Entah apa penyebabnya. Barangkali ada kaitannya dengan masa lalu bangsa ketika masih bersama presiden Sukarno. Mungkin.

Thailand? Hmm.. Biasa saja. Setiap akan bertemu Negeri Gajah Putih ini, hasil hitung-hitungan di atas kertas saya selalu menunjukkan bahwa Indonesia akan menang. Hasil tersebut cukup jarang keluar dari kenyataan, khususnya beberapa tahun ini. Hal tersebut diamini oleh Douglas Marty, kepala pelatih tim basket nasional Thailand di Asian Games 2018.

Walau seolah tak terlalu diperhitungkan, Thailand adalah negara yang akan selalu membidik Indonesia sebagai target pertama mereka dalam mengejar prestasi yang lebih tinggi. Keberhasilan mereka yang paling saya ingat adalah saat Thailand mengalahkan Indonesia di semifinal SEA Games 2011 di Jakarta. Lewat babak tambahan waktu, Thailand menang 75-73. Tak hanya Indonesia saja yang kecewa. Dalam sebuah wawancara dengan Japeth Aguilar, senter Filipina waktu itu, mereka pun sedikit kecewa karena mereka berharap bertemu Indonesia di final. Filipina kemudian meraih emas dan Thailand perak.

SEA Games 2013 di Myanmar, tim Indonesia kembali kalah melawan Thailand. Telak waktu itu, 75-59. Thailand lagi-lagi dapat perak. Filipina emas. Indonesia ada di peringkat lima. Hanya menang lawan Myanmar dan Kamboja.

Saat meraih perak di SEA Games 2015, Thailand tak bertemu Indonesia. Mereka tersingkir oleh Filipina di semifinal. Hanya kalah lima angka, 75-80. Semifinal SEA Games 2017 mempertemukan Thailand dengan Indonesia kembali. Indonesia masih unggul, menang 79-74, sebelum ditekuk Filipina di final, 94-55.

Thailand nyaris mengalahkan Indonesia di FIBA Asia Cup 2021 Pre-Qualifiers tanggal 29 Juni 2018. Lewat laga yang sangat ketat, Thailand hanya kalah 74-75. Satu poin saja.

Kekalahan telak Thailand atas Indonesia terjadi di Test Event Asian Games 2018 bulan Februari lalu. Mengandalkan para pemain muda, Thailand tunduk dengan kedudukan jauh, 38-60.

Menghadapi Indonesia di babak penyisihan Asian Games 2018, 21 Agustus di Hall Basket GBK, Thailand tetap mengancam. Padahal, yang turun bermain bukan pemain inti yang biasa kita lihat.

Kehadiran basket 3x3 membuat tim Thailand membagi kekuatannya. Empat pemain muda berbakat mereka rela bermain di 3x3. Hasilnya cukup memuaskan. Thailand yang diperkuat oleh Korsah Dick Guntapong, Jakrawan Chanatip, Chungyampin Chatpol dan Sawathavorn Nithipol mengalahkan Indonesia, 17-15. Chanatip dan Chatpol juga memperkuat Thailand di Test Event Asian Games 2018.

Babak penyisihan Grup A yang mempertemukan Thailand dengan Indonesia, 20 Agustus, di Hall Basket GBK, kembali berjalan alot. Sekali lagi, Indonesia lebih diunggulkan. Namun di kuarter pertama, Thailand secara mengejutkan unggul hingga sembilan angka, sebelum Indonesia menutup kuarter pertama dengan unggul selisih satu poin, 30-29. Thailand sempat mencuri keunggulan di kuarter ketiga dengan meraih 23 poin dan Indonesia hanya 21 poin. Indonesia menang dengan susah-payah 98-86.

Douglas Marty adalah salah satu sosok yang paling bertanggungjawab dalam membangun kekuatan Thailand. Masa kini maupun ke depan. Setelah laga melawan Indonesia, pelatih yang juga menukangi Mono Vampire Thailand di ASEAN Basketball League ini sedikit-banyak menjelaskan kekuatan Thailand.

Bagaimana pertandingan melawan Indonesia?

Saya sangat bangga kepada tim saya. Melawan tim yang lebih kuat sekaligus tuan rumah Indonesia, kami sudah memberikan perlawanan yang terbaik dan sempat sangat percaya diri bahwa kami bisa memenangkan laga. Saya bangga, walau pada akhirnya tidak sesuai dengan rencana.

Sudah berapa lama menangani tim ini?

Untuk tim nasional, sekitar 11 bulan. Kami membentuk tim yang berbeda untuk turnamen yang berbeda. Kami membutuhkan kesinambungan dalam membangun tim ini. Di sini kami membawa yang terbaik. Inilah tim terbaik di Thailand yang bisa berlaga di sini dan saya rasa mereka sudah membuat Thailand bangga.

Kenapa tidak membawa Tyler Lamb?

Dia minta untuk tidak main. Dia mau istirahat karena menjalani dua musim yang panjang berturut-turut tanpa ada waktu rehat yang cukup. Dia ingin istirahat.

Apa yang sulit dalam menghadapi Indonesia?

Indonesia memiliki bakat-bakat yang bagus. Jamaar Johnson tambah bagus. Xaverius bermain bagus dengan memasukkan poin-poin penting. Permainan tim Indonesia cukup baik. Ofensive rebound Indonesia juga menyusahkan kami hari ini. Rebound Indonesia bagus.

Kenapa mengubah-ubah skuat tim nasional dalam beberapa turnamen terakhir?

Di turnamen ini, ada dua alasan kenapa roster kami berbeda. Pertama, basket 3x3. Beberapa ditempatkan di sana. Sementara yang lainnya ada yang cedera. Dua pemain inti kami cedera. Satu pemain besar dan satu lagi pemain sayap spesialis bertahan. Kami kehilangan dua pemain itu. Tapi kami tidak terlalu memikirkan pemain yang tidak ada di sini. Kami memusatkan perhatian kepada kekuatan yang ada saja. Mereka yang datang ke sini benar-benar berjuang untuk Thailand dan menunjukkan bahwa mereka layak ada di sini.

Apa target Thailand di masa depan?

Pertama-tama kami harus mengalahkan Indonesia. Seingat saya, di tiga atau empat turnamen berturut-turut kami selalu kalah: SEABA dua tahun lalu, SEA Games (2017), kualifikasi FIBA di Thailand dan sekarang Asian Games. Kami harus melakukan peningkatan dengan pertama-tama mengalahkan Indonesia. Selanjutnya adalah mengumpulkan sebanyak mungkin kemenangan.

Sulitkah mendapatkan pemain bagus di Thailand?

Tidak. Basket di Thailand terus meningkat. Pemain muda bermunculan. Para pemain yang kami miliki di dalam program timnas juga bagus-bagus. Kami hanya perlu menyatukan mereka dan saya rasa masa depan basket Thailand sangat cerah.

Baiklah, sukses untuk gim selanjutnya.

Terima kasih. Ah, cuma Korea ini. Hahahaa.(*)

*Thailand menghadapi Korea, 22 Agustus, 18.30.

 

Foto: Yoga Prakasita

 

 

Komentar