IBL

NBA dan hierarkinya membuat kita memahami berbagai macam istilah tentang pemain di dalam satu tim. Franchise player atau pemain superstar normalnya jadi yang paling sering kita dengar. Kemdian ada pemain kaliber All Star. Jenis pemain yang tidak setenar franchise player, tetapi juga masuk jajaran elite. Sisanya, sekitar 8-11 pemain yang memiliki predikat sebagai pemain pendukung atau pembantu yang disebut role player.

Role player selalu diakui krusial oleh barisan klasifikasi pemain di atasnya (Superstar dan All-Star). Tetapi, sering dilewatkan oleh para penikmat NBA. Mereka tidak menembak terlalu banyak. Tidak sering membawa bola. Lebih sering terlihat saat superstar lawan yang beraksi ketimbang saat tim sendiri membawa bola.

Menariknya, meskipun tampak tidak populer di gim-gim reguler biasa, sajian aksi barisan pendukung ini justru lebih sering tampak saat NBA memasuki babak yang lebih serius, Playoff, hingga Final. Ya, semakin ke sini, kami meyakini bahwa Final NBA adalah panggung sejati bagi aksi-aksi para role player. Tentu saja, superstar masih tetap dapat porsinya. Tapi, para role player akan mendapatkan sorotan lebih besar di sini.

Ambil contoh saat LeBron James kalah tiga kali bersama Cavaliers di rangkaian Final NBA dalam kurun 2015-2018. Banyak yang mengatakan, LeBron tidak punya cukup bantuan dari role player untuk juara. Sebaliknya, saat ia juara bersama Heat atau Lakers, role player macam Shane Battier, Mike Miller, Rajon Rondo, dan Dwight Howard muncul untuk diagung-agungkan.

Tak berbeda juga dengan Final NBA belakangan ini. Saat Bucks dan Celtics juara, Giannis Antetokounmpo dan Jayson Tatum memang dipuji-puja. Performa mereka memang sudah semestinya seperti itu. Publik kemudian juga menggarisbawahi bagaimana Bobby Portis, Al Horford, Derrick White, dan Jrue Holiday yang sangat terlibat besar dalam gelar-gelar juara tersebut. Mereka muncul menjadi pembeda.

Stephen Curry juga masih jadi tokoh utama saat Warriors juara tiga musim lalu. Akan tetapi, kisah kebangkitan Andrew Wiggins yang memainkan peran krusial di Final juga tak bisa dilewatkan. Kentavious Caldwell-Pope muncul di dua dari lima gelar NBA terakhir. Perannya sebagai opsi utama untuk menjaga garda terbaik lawan saat berseragam Lakers dan Nuggets diyakini sebagai kunci dalam meraih dua gelar juara tersebut.

Tak luput kemudian Final NBA 2025. Dalam tiga laga yang sudah berjalan, role player menunjukkan bahwa mereka bisa jadi penentu untuk gelar juara selanjutnya.

Andrew Nembhard, Myles Turner muncul di kemenangan Pacers di Gim 1. Bukan dari catatan statistik yang mentereng, Nembhard membantu tim dengan menjalankan tugas sebagai penjaga utama Shai Gilgeous-Alexander dengan baik. Turner juga muncul saat Pacers mengejar ketinggalan mereka lewat salah satu variabel pembeda utamanya, tripoin. 

Aaron Wiggins dan Alex Caruso solid memberikan bantuan untuk Thunder saat membalas di Gim 2. Utamanya saat Jalen Williams, opsi kedua dalam serangan Thunder, terus-menerus bapuk. Sepanjang kariernya, Caruso juga kerap bahkan selalu menjadi opsi dalam mengurangi beban superstar saat bertahan. Ia yang akan mengemban tugas menjaga pemain terbaik lawan, termasuk Nikola Jokic saat di Semifinal Wilayah Barat. 

Gim 3, giliran Bennedict Mathurin dan T.J. McConnell mengambil alih sorotan. Memasuki musim ketiganya di NBA, Mathurin menunjukkan bahwa ia bisa jadi opsi serangan Pacers saat barisan utama buntu. Dalam dua seri playoff terakhir, Mathurin yang selalu muncul dari bangku cadangan berhasil memberikan letupan-letupan yang tak disangka oleh lawan.

McConnell memiliki pendekatan berbeda. Sebagai sosok senior yang sudah 10 tahun di NBA, McConnell menyajikan ketenangan meski ini adalah Final NBA pertamanya. Ia juga konsisten menghadirkan kenyamanan untuk Tyrese Halliburton untuk mendapatkan waktu jeda yang lebih lama.

Khusus di Gim 3, McConnell datang bak mimpi buruk bagi Thunder. Kegigihan dan kecerdikannya dalam bertahan membuat Thunder sangat jelas terkejut di lapangan. Saat menyerang, terobosan ke area paint tanpa mematikan bola membuat pertahanan Thunder terus berspekulasi tentang apa yang akan ia lakukan setelahnya. Hebatnya, McConnell acap kali melakukan aksi-aksi kebalikan dari yang dipikirkan oleh Thunder.

Dalam sebuah siniar "The Young Man and The Three", McConnell memberikan kalimat yang tepat untuk menggambarkan peran role player atau lebih spesifik lagi, peran yang ia jalani. "I genuinely believe that playing hard is a skill."

Ia percaya bahwa bermain sungguh-sungguh, penuh energi, sepanjang laga, adalah sebuah ketangkasan. Pemain 33 tahun ini menambahkan, "Karena jika tidak (terhitung sebagai skill atau ketangkasan), maka semua pemain akan melakukannya."

Catatan 10 poin, 5 asis, dan 5 steal McConnell di Gim 3, serta deretan aksi yang tak tercatat statistik lainnya menegaskan komitmennya atas pernyataan yang ia lontarkan.

Memiliki superstar, pemain yang bisa mencetak 40, 50, 60, bahkan 80 poin di setiap laga memang luar biasa, tetapi ini adalah permainan lima lawan lima di lapangan. Jumlah superstar bisa dihitung dengan jari, ketika deretan pemain pendukung bersamaan bergantian tak henti berlari dan bekerja keras di lapangan.

Mereka mungkin tak melulu mendapatkan perhatian. Apa yang mereka lakukan mungkin tak terlihat siginfikan. Namun, penentuan gelar juara akan selalu ada di tangan mereka. Barisan pemain pendukung.

Foto: Getty Images 

Komentar