IBL

Beberapa minggu lalu saya sangat gembira mendengar kabar kalau cabang bola basket akan dipertandingkan dalam test event Asian Games —yang dinamai 18th Asian Games Invitation Tournament (18-12 Februari di Hall Basket Senayan). Artinya timnas Indonesia akan bertanding dengan timnas negara lain di ajang ini. Kesempatan yang amat langka mengingat Indonesia sangat jarang menggelar pertandingan basket berskala internasional. 

Ekspektasi saya tak muluk-muluk, toh hanya ada empat tim yang mengikuti event ini (Thailand, India, Timor Leste). Menang atau kalah di sini tak jadi tolok ukur apa-apa. Pemain pun diambil tanpa proses seleksi, latihan hanya beberapa hari, minus beberapa pemain CLS Knights pula. Namun, setidaknya hasil apapun itu, saya tetap gembira, ini kesempatan langka.

Jumat, 9 Februari 2018, kemarin, menjadi pilihan saya. Karena tidak sempat datang sehari sebelumnya saat Indonesia melawan Timor Leste. Sejujurnya saya cukup bingung. Ketika saya ingin memesan tiket lewat daring (online) untuk hari Jumat, tidak tersedia pilihan di tiket.com. Hanya ada untuk Sabtu dan Minggu. Dan, setelah mengecek instagram timbasket, tiket hari Jumat hanya bisa dibeli langsung di venue.

Berangkatlah saya di Jumat sore itu, sebenarnya ingin menonton dari laga pertama saat Timor Leste melawan Thailand. Tapi, apa boleh buat, jalan Sudirman dan Senayan adalah mimpi buruk bagi pengguna jalan raya di sore hari. Naasnya lagi, saat hendak masuk dari pintu depan Hall Basket, gerbang tertutup rapat. Yang saya dapati hanya petunjuk dari beberapa petugas yang berjaga, “masuknya lewat seberang TVRI ya, nanti muter di bawah kolong flyover.”

Saya turuti pesan itu. Tiba di depan pintu Barat GBK, saya bertanya ke petugas apakah Hall Basket dapat diakses dari sini. Tapi, lagi-lagi saya diarahkan untuk lewat pintu masuk JCC, tepat di sebelah kolong flyover. Sampai di sana, saya justru diarahkan untuk masuk lewat pintu Barat yang sebelumnya. Ternyata benar, satu-satunya pintu masuk yang dibuka untuk menuju Hall Basket adalah pintu Barat di seberang TVRI. Tidak ada akses masuk lain, semoga siapapun yang membaca tulisan ini tidak bernasib seperti saya. (Informasi pintu masuk ini sebenarnya sudah disampaikan Erick Thohir dan diberitakan banyak media)

Setelah cukup jauh berjalan, tiba juga saya di Hall Basket. Menuju loket (ticket booth) dan membeli tiket seharga 100 ribu rupiah. Panitia acara mengenakan kaus berwarna putih ungu. Banyak juga polisi yang berjaga di sekitaran sini. Cukup baik untuk sebuah event internasional. Ada sedikit kebingungan untuk masuk ke dalam Hall terutama bagi yang jarang menonton laga di sini, mungkin panitia harus lebih banyak meletakkan petunjuk. 

Saya penasaran dengan kamar mandi. Karena terakhir saya ke sini, toilet ada di dalam, dan hal lumrah jika bertemu para atlet di dalam toilet. Toilet yang disediakan berupa toilet portable, bukan berada di dalam bangunan. Sangat tidak nyaman, tapi ya sudahlah, mungkin hanya dipakai untuk test event ini saja.  

Menginjak ke dalam Hall Basket, saya terkesima dengan perubahan ekstrim dari arena ini. Lantai lama berwarna biru kusam diganti lantai kayu berwarna krem, dengan instalasi cahaya yang juga kelas dunia. Untuk tempat duduk, cukup berubah, warna kursinya putih, dan kapasitas tampaknya berkurang. Saya rasa, sudah cukup layak untuk menjadi venue level Asian Games.

Seperti halnya aturan di dalam gelanggang olahraga kebanyakan, ada aturan tak tertulis supaya penonton jangan makan dan minum di dalam arena. Saya tak melihat peraturan itu ditempelkan atau disampaikan para panitia yang memberi cap sebelum penonton masuk. Hasilnya, saya melihat beberapa panitia harus dengan tegas menegur penonton yang makan di dalam Hall Basket. Begitu juga dengan yang minum, saya sampai melihat ada beberapa botol minuman yang diambil dari tangan penonton. Tegas, panitia sangat tegas. Etos kerja yang baik untuk sebuah test event. Sayang, beberapa peraturan mungkin baiknya disosialisasikan terlebih dahulu, guna mencegah ada adu mulut yang tak perlu di kemudian hari.

Selama pertandingan berlangsung saya rasa semua berjalan baik-baik saja. Kecuali satu, akses menonton bagi yang tak di dalam arena. Tak ada satupun media yang menayangkan livestreaming secara resmi, padahal ini cukup baik untuk pembelajaran divisi broadcast. Bahkan sesimpel membuat livestreaming di instagram pun tak ada. Akhirnya sambil menonton saya memutuskan untuk membuat livestreaming di Instagram Stories saya. Full match Indonesia vs India saya rekam di akun saya @interjeksi apabila masih ada yang ingin menyaksikannya sebelum terhapus jam 7 malam nanti.

Sebenarnya ini pekerjaan yang mudah, cukup memakai modem internet atau wifi, sebuah handphone, voila! livestream berlangsung. Rencananya saya ingin merekam livestream lagi laga Indonesia vs Thailand, mudah-mudahan tidak ada aturan mendadak yang melarang penonton awam untuk livestreaming. Meskipun sekali lagi, saya berharap entah dari akun Perbasi, Timnas, atau siapapun untuk menayangkan livestream, minimal via instagram.

Kalau soal pertandingan, singkat saja, Indonesia kalah dari India dengan skor 55-66. Pertandingan cukup berimbang, namun dengan keunggulan postur, sangat sulit mendapati keuntungan berduel. Lebih lagi, Indonesia beberapa kali melakukan turnover yang tak perlu. Catatan saya, Indonesia terlalu banyak membuat percobaan tiga angka, dan beberapa kali menyia-nyiakan kesempatan mencetak dua poin mudah karena ingin mengoptimalkan tembaka tiga angka. Dan, sedikit aneh melihat Kaleb Ramot dan Daniel Wenas yang tak mendapat kesempatan main hari ini. Tapi, dengan kondisi beberapa hari latihan, buat saya usaha timnas hari ini lumayan. Dan saya cukup terkejut melihat Valentino Wuwungan yang mendapat menit main yang cukup banyak dan tampil tidak mengecewakan (mungkin saya terlalu meremehkan).

Kabar buruk untuk yang akan menonton hari ini, mobil pribadi tidak dapat parkir di dalam GBK, menurut seorang petugas yang saya tanya sepulang pertandingan tadi. Nah, faktor ini mungkin yang membuat beberapa penonton yang datang langsung menjadi cukup sebal. Akaes menuju Hall Basket sangat sulit. Beberapa bahkan harus parkir cukup jauh hingga di Fx Sudirman. Rasanya sih, konsep Asian Games nanti dibuat seperti yang disampaikan Erick Thohir: Gelora Bung Karno steril dari kendaraan, sehingga penonton dapat beramai-ria berjalan, berinteraksi di kompleks GBK. Mungkin besok saya tanyakan lagi ke beberapa panitia untuk solusi tempat parkir.

Begitulah kesan dan pengalaman saya kemarin datang ke test event Asian Games. Masih belum maksimal dalam beberapa sektor, tapi pengelolaan sudah cukup professional. Semoga sisa enam bulan ini semua bisa dibereskan. Dan semoga timnas basket dapat menang lawan Thailand hari ini dan juara esok hari. Amin.(*)

 

Komentar