IBL

Gim 1 Final NBA 2022 berjalan cukup seru. Golden State Warriors selaku tuan rumah unggul hampir sepanjang gim sebelum di enam menit terakhir, Boston Celtics panas dan akhirnya menang dengan skor akhir 120-108. Ini jadi kekalahan Gim 1 pertama Warriors di playoff musim ini. 

Terlepas dari hasil akhir dan fakta bahwa Celtics meraih kemenangan mereka setelah sempat tertinggal 15 poin, ada banyak hal menarik dan cenderung "aneh" di gim ini. Aneh yang saya maksud lebih kepada pilihan-pilihan yang diambil pemain di lapangan dan pelatih kedua tim.

Hal pertama yang sangat membuat saya bingung adalah pendekatan Celtics terhadap Stephen Curry. Seperti yang diketahui, 21 dari keseluruhan 34 poin Curry di Gim 1 datang di kuarter pertama. Produktivitas tinggi itu tak lepas dari pendekatan yang cukup aneh dari Celtics.

Hampir di semua tembakannya, Curry berada dalam situasi terbuka. Bahkan ada yang sangat terbuka (wide open). Selain karena pergerakan tanpa bola Curry dan para pemain Warriors lainnya, situasi ini tak lepas dari cara pemain Celtics menghadapi pick n roll ataupun pick n pop yang Curry lakukan.

Pemain Celtics yang mendapatkan tugas menjaga Curry adalah Marcus Smart. Namun, setelah ada pick untuk Curry, di kuarter pertama, entah bagaimana, para pemain Celtics justru melakukan under (drop) coverage). 

Pikiran pertama saya melihat hal itu adalah, "BAGAIMANA BISA ANDA MELAKUKAN UNDER/DROP COVERAGE UNTUK PENEMBAK TRIPOIN TERBAIK SEPANJANG MASA?"

Namun, akhirnya keanehan itu terjawab usai gim. Celtics tak berniat melakukan itu kepada Curry. Yang terjadi di lapangan, murni karena jeleknya konsentrasi dan komunikasi antarpemain Celtics. Hal ini sangat mungkin terjadi karena ini adalah final pertama untuk seluruh pemain Celtics. 

Setelah kekacauan di kuarter pertama ini, Celtics mengubah pertahanan mereka dengan masif. Marcus Smart ditugaskan hanya fokus pada Curry di sisa gim tanpa harus membantu pertahanan secara tim. Konsep utamanya adalah bukan mencegah Curry menembak, melainkan mencegah Curry menyentuh bola.

Berpindah ke Warriors, keanehan utama yang saya lihat adalah pertahanan mereka. Seperti yang saya sebut di Mainbasket Podcast edisi terakhir lalu, Warriors punya skuad yang cukup untuk menghadapi matchup Celtics. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Warriors justru fokus melakukan jaga bantu (help defense). Hal ini otomatis membuat ada pemain Celtics yang bebas untuk sepersekian detik. Statistik mencatat, hanya 21 dari total 85 tembakan Celtics di Gim 1 yang mendapatkan gangguan dari Warriors (contested). Artinya, 75,3 persen tembakan Celtics dilepaskan dalam posisi terbuka atau bahkan sangat terbuka. 

Menariknya lagi, dalam melakukan rotasi defense setelah help tadi, Warriors juga tampak ngawur. Semua enam tripoin masuk Al Horford terjadi dalam posisi wide open. Padahal, statistik sebelum final juga menunjukkan bahwa sepanjang playoff, Horford memiliki akurasi tripoin lebih dari 40 persen.

Di sisi sebaliknya permainan, Celtics justru sangat mawas diri atas siapa yang boleh atau tidak boleh mereka lepaskan. Bukti nyata ini semua adalah total 12 tembakan Draymond Green. Jumlah ini adalah yang terbanyak keempat dari para pemain Warriors. Terakhir kali Draymond melepaskan lebih dari 10 tembakan di sebuah gim terjadi pada semifinal Wilayah Barat, Gim 6 melawan Memphis Grizzlies.

Menariknya lagi, tujuh dari keseluruhan 12 tembakan Draymond terjadi dalam posisi wide open dan tak ada satupun yang menemui sasaran. Celtics jelas bisa hidup dengan Draymond menembak sebanyak ini.

Jordan Poole bisa dibilang adalah target kedua pertahanan Celtics. Celtics benar-benar membatasi ruang geraknya hingga Poole total hanya melepaskan tujuh tembakan. Poole pun ditahan sekuat mungkin untuk tidak melakukan penetrasi ke area kunci.

Komposisi pemain yang diturunkan oleh Steve Kerr pun cukup asing bagi saya. Skuad starter (Curry, Klay, Wiggins, Draymond, dan Looney) turun paling lama dengan 16 menit. Namun, komposisi kedua terlama di lapangan adalah Andre Iguodala, Klay, Draymond, Otto Porter Jr., dan Jordan Poole dengan total waktu enam menit.

Komposisi kedua ini tak pernah sekalipun dicoba sepanjang playoff kecuali di Gim 1 lalu. Skuad ini membuat Warriors tampak lebih kuat di pertahanan, namun statistik bicara sebaliknya. Defensive rating komposisi ini ada di angka 153,8. Tak berhenti di situ, secara pace (tempo permainan), komposisi ini juga jadi yang paling lambat di antara enam komposisi terlama di lapangan. Pace Warriors berada di 90,3.  

Secara statistik tradisional, komposisi ini adalah kedua terburuk yang dimiliki Warrriors di Gim 1. Celtics melepaskan 12 tembakan dan memasukkan separuh diantaranya dengan total menghasilkan 15 poin. Komposisi ini hanya kalah rapuh dari komposisi Iguodala, Klay, Curry, Draymond, dan Otto. 

Keanehan selanjutnya adalah timeout yang diambil oleh Ime Udoka dalam selisih 30 detik saja. Ini sebenarnya adalah hal yang sah-sah saja, namun cukup aneh bagi saya karena Celtics sedang unggul dan tidak kemasukan poin. Mereka sedang melaju (5-0) saat dua kali timeout ini diambil. Setelah timeout kedua, Celtics melanjutkan laju mereka (12-0).

Terakhir adalah Jayson Tatum. Mungkin ini adalah satu-satunya keanehan yang berujung positif. Seperti diketahui bersama, Tatum hanya mencetak 12 poin dari 3/17 tembakan. Namun, ia mencatatkan 13 asis yang jadi tertinggi sepanjang kariernya.

Keanehan pertama Tatum adalah akurasinya. Akurasi yang cukup buruk ini menurut saya bukan semata urusan penjagaan dari Warriors. Seperti yang sudah saya singgung di atas, Warriors bertahan tidak sebaik itu. 

Tatum hanya memasukkan 1 dari 8 tembakan dalam posisi terbuka ataupun sangat terbuka. Menurut saya, ini lebih ke faktor mental. Mark Jackson, legenda NBA, mantan pelatih Warriors, yang juga jadi komentator di Gim 1 lalu memiliki kalimat yang tepat untuk menggambarkan Tatum di Gim 1 yakni overthinking. 

Pun demikian, Celtics selayaknya bersyukur karena Tatum mampu mengatasi kesulitan itu dengan baik. Ia tak memaksakan diri dan coba memfasilitasi rekan-rekannya. Kemenangan yang layak di tengah keanehan-keanehan yang terjadi sepanjang gim.

Untuk Gim 2, selayaknya Warriors berbenah. Di bayangan saya, sangat mungkin Kerr akan mengubah komposisi skuad dengan menit terbanyak mereka. Skuad starter sendiri mungkin tak akan berubah kecuali jika mereka kembali kalah di Gim 2.

Mengubah komposisi bukanlah hal baru untuk Warriors. Di gelar juara dan final pertama mereka pada 2015, Warriors mengubah Andre Iguodala jadi pilihan utama menggeser Harrison Barnes yang tak cocok menghadapi Cleveland Cavaliers kala itu. Hasilnya, Iguodala pulang dengan gelar MVP Final.

Bukan tidak mungkin hal ini terjadi lagi. Namun, tampaknya dan seharusnya, bukan Iguodala lagi tumpuan Warriors untuk mengubah keadaan. Otto, Poole, atau bahkan Gary Payton II yang belum bermain bukan tidak mungkin jadi pemecah kebuntuan. 

Untuk Celtics, konsistensi adalah kunci mereka sekarang. Tak boleh lagi ada kekacauan seperti kuarter pertama untuk mencegah Warriors mendapatkan momentum. Yang layak ditunggu kemudian adalah, bagaimana penyesuaian yang akan dilakukan Celtics atas perubahan Warriors nanti. Ini akan jadi penentu siapa tim yang akan menjadi pemenang di Gim 2.

Warriors menyamakan kedudukan atau Celtics yang lari duluan? Mari kita tunggu esok hari. 

Foto: NBA/USA TODAY

 

Komentar