IBL

Seorang agen bisa jadi penentu kesuksesan pemain basket. Karena agen yang baik akan membuka jalan bagi pemainnya berada di tempat terbaik. Bintang Miami Heat Jimmy Butler jadi contoh nyata. Kesuksesan yang didapatnya sekarang ternyata hasil campur tangan Bernard Lee, agen pemain dari Toronto, Kanada.

Lee yang kini berusia 42 tahun tersebut membawahi sembilan pemain bola basket profesional di Amerika Utara dan beberapa di luar negeri. Semuanya di bawah naungan Lee Basketball Services LTD. Sampai saat ini, negosiasi kontrak terbesar Lee adalah kesepakatan empat tahun senilai lebih dari AS$140 juta untuk Jimmy Butler dengan Miami Heat. Selain Butler, Lee juga menjadi agen dari Justin Holiday, pemain Indiana Pacers.

Negosiasi tersebut berbuah manis. Bulter masuk NBA All-Star, sekaligus menjadi tokoh sentral keberhasilan Miami Heat menyingkirkan Milwaukee Bucks dari persaingan playoff NBA 2020.

Cerita ini bukan tentang Butler saja. Melainkan tentang Lee yang membangun semuanya dari nol. Lee hidup dari keluarga sederhana. Lee baru berusia enam tahun ketika orang tuanya pindah ke apartemen dengan tiga kamar tidur di kawasan Jane-Finch. Ayahnya, seorang imigran dari Jamaika yang bekerja sebagai tukang listik. Ibunya, datang ke Kanada dari Inggris dan berkerja sebagai resepsionis.

Meskipun mereka memiliki keterbatasan finansial, orang tua Lee tidak pernah membiarkan dia atau kedua adik perempuannya berpikir tentang batasan hidup. Mereka didorong untuk berpikir luas dan berusaha mendapatkan apa yang ingin dicapai dalam hidup.

"Saya adalah produk dari peluang," katanya Lee, seperti dilansir The Star.

"Saya ingat, ketika pulang ke rumah dan orang tua memberi tahu tentang penggusuran karena kesulitan membayar sewa. Saat itu, orang tua saya selalu percaya bahwa mereka bisa menyelesaikan semuanya. Belakangan saya menyadari bahwa dalam menjalani hidup harus punya ambisi."

Ambisi pertamanya adalah menjadi pemain bola basket. Lee menghabiskan waktu berjam-jam di lapangan basket di apartemen. Mempelajari trik basket dan menajamkan akurasi tembakan. Meski tinggi badannya di bawah rata-rata, tapi akurasi tembakan membuat Lee bisa bermain bersama Butte College California. Namun hanya berlangsung satu tahun. Lee kembali ke Kanada untuk melanjutkan sekolah dan bermain di Wilfrid Laurier University.

Lee kemudian mencoba menjadi pelatih. Bekerja di berbagai kamp musim panas untuk calon atlet muda. Tapi itu juga tidak berjalan dengan baik. Itulah perjalanan yang dilalui Lee, sebelum profesi sebagai agen pemain secara kebetulan menghampirinya.

Pada tahun 2003, dia magang di sebuah kamp, seperti yang biasa dia lakukan pada saat musim panas. Saat itu, pemain Toronto Raptors Vince Carter, memperkenalkan Lee ke agennya. Lee menjadi pekerja magang di perusahaan agen Vince Carter, dan belajar seluk beluk bisnis pemain NBA.

Butuh waktu belajar dua tahun hingga Lee mendapatkan klien pertamanya, yaitu point guard Mike James. Suatu hari, ketika jam makan siang, Lee melihat di berita bahwa Raptors baru saja mengakuisisi Mike James. Lee segera mengirim pesan dan menawarkan untuk menjemputnya di bandara.

"Dia akhirnya tinggal tepat di seberang jalan apartemen saya," kata Lee. "Dia mungkin klien terakhir yang pernah saya miliki yang lebih tua dari saya pada saat ini dalam karir saya."

Lee mengatakan itu karena saat menjadi agen Mike James, dirinya berusia 27 tahun. Sementara James berusia 31 tahun. Mike James hanya satu musim di Raptors (2005-2006), yang menjadi tahun terhebat dalam kariernya. James mencetak rata-rata 20,3 poin, 3,3 rebound, dan 5,8 asis per gim. Semua catatan itu tertinggi dalam karier NBA James. Setelah itu, Lee sukses membuat James menandatangani kontrak senilai AS$24 juta selama empat musim dengan Minnesota Timberwolves pada tahun 2006.

Semua agen tentu ingin memiliki pemain terbaik. James memang bagus, tapi sudah ada di ujung kariernya. Lee dan James berpisah tahun 2012, saat bermain untuk Chicago Bulls. Seakan ada yang menuntun Lee, di tahun yang sama dia melihat pemain debutan bernama Jimmy Butler.

"Jimmy saat itu hanya berlarian saja. Saya tidak punya harapan mencapai sukses seperti sekarang," kata Lee. "Tapi dia (Jimmy Butler) adalah pribadi yang sangat baik."

Lee bercerita bahwa Butler pernah membelikan sepasang sepatu bot koboi untuk Mike James. Pemberian itu menyentuh hati James, sekaligus awal pertemanan Butler, James, dan Lee. Dari situ, Butler mempercayakan kariernya di NBA kepada Lee.

Setelah enam tahun bersama Bulls, Most Improved Player NBA 2015 itu akhirnya pindah ke Philadelphia 76ers (2017-2018). Setelah bermain semusim, Lee mengirim Butler ke Miami Heat pada tahun 2019 dengan nilai kontrak lebih dari AS$140 juta selama empat tahun.

Di tahun pertamanya Butler memimpin Heat menyapu Indiana Pacers di babak pertama playoff 2020, mengalahkan tim terbaik di Wilayah Timur, Milwaukee Bucks, di babak kedua. Sekarang Heat sedang bersaing dengan Boston Celtics di final Wilayah Timur pertama sejak ditinggalkan LeBron James tahun 2014 lalu.

Butler dikenal sebagai pekerja keras ketika di lapangan dan pribadi yang jenaka di luar lapangan. Namun Lee melihat Butler dari sisi yang berbeda.

"Dia adalah inspirasi," kata Lee tentang Butler. "Saya bersama dia setiap hari. Butler adalah wujud dari kalimat yang selalu saya junjung tinggi, yaitu keyakinan bisa membuat kita bisa mencapai apa pun."

Lee menggambarkan cara Butler membuat dunia ini menjadi miliknya sendiri. Contohnya ketika NBA dilanjutkan setelah jeda lima bulan, di tengah protes terhadap kebrutalan polisi, Butler ingin memakai jersei yang tidak ada namanya. Ini sebagai ungkapan dukungan untuk gerakan Black Lives Matter. NBA menolaknya, tapi Butler tetap masuk ke lapangan dengan jersei tanpa nama, lalu kemudian diminta melepaskannya.

Meskipun pekerjaan Lee sering membuatnya jauh dari rumah, dia masih menemukan waktu dan cara untuk berbagi. Terutama kepada orang-orang yang tumbuh di lingkungan berpenghasilan rendah. Pada bulan Mei lalu, di tengah pandemi, dia membeli dan mengirim lusinan tablet ke anak-anak di Toronto. Alasannya sederhana, Lee ingin mendukung pembelajaran jarak jauh. Apalagi anak-anak yang ada di apartemen harus terkurung di ruang yang sempit selama berbulan-bulan.

Selama musim reguler NBA 2018-19, Lee membawa 25 anak dari tempat tinggal lamanya menyaksikan pertandingan tim Toronto Raptors. Sekali lagi, alasan sederhana, dia ingin mengembangkan ketertarikan anak-anak terhadap profesi yang berhubungan dengan olahraga, seperti menjadi pelatih, pemain, awak media, wasit, dan banyak lagi profesi lainnya.

"Saya ingin membuat jalan bagi orang-orang di komunitas tempat saya berasal. Memberi mereka keyakinan bahwa tidak ada batasan dalam diri mereka. Kita bisa membuka semua jalan untuk diri sendiri dan orang lain," pesan Lee. (tor)

Foto: My Star, NBA

Komentar