IBL

Pandemi virus korona membuat banyak anak muda terhalang beraktivitas. Main basket, juga begitu. Banyak orang tua yang khawatir memberi izin putra dan putrinya main basket bareng. Dengan alasan takut tertular virus Covid-19. Berawal dari keresahan itulah, yang mendorong salah seorang pelatih DBL Indonesia All-Star, Andromeda Manuputty, membuat terobosan. 

Pelatih yang terpilih mengarsiteki tim Honda DBL Indonesia All-Star edisi 2014 ini nggak pengin, pandemi jadi alasan bagi anak muda untuk tidak bermain basket. Akhirnya, ia memutuskan untuk membentuk komunitas basket bernama @mos (baca: Atmos). Yang mulai aktif di awal bulan Agustus ini.

“Kami mulai aktif sejak Sabtu 4 Agustus 2020. Atmos ini bukan klub basket atau tim sekolah loh! Melainkan komunitas basket saja,” cetusnya.

Ada makna tersendiri dari pemberian nama @mos atau Atmos pada komunitas basket ini. "Kami ingin memberikan atmosfer yang positif dan berbeda kepada komunitas di sekitar kita. Karena itu kami beri nama komunitas ini @mos," ungkap Coach Andro.

Komunitas ini memang terlihat sederhana. Intinya Coach Andromeda ingin para pelajar (usia SMP sampai SMA) punya rumah, buat main basket selama masa transisi adaptasi baru.

Untuk “mengukuhkan” komunitas ini (Atmos), dirinya perlu waktu yang panjang. Tentu Coach Andro -sapaan akrabnya-. Banyak pihak yang turut membantu.

Mulai dari orang terdekat hingga pihak orang tua dari para pelajar mendukungnya. “Di Atmos ini bukan cuma saya. Ada tim manajamen, ada juga pelatih-pelatih, tim dokumentasi, semua bertujuan sama. Yakni, agar anak-anak tetap basketan secara aman tanpa dihantui perasaan was-was,” ujarnya.

Hampir satu bulan lebih lamanya, Coach Andro dan tim pendiri Atmos, mengkaji protokol kesehatan yang “ketat”. Untuk diterapkan saat anak-anak main basket bareng. Hingga dirinya meminta saran dari PP Perbasi.

#Jajacutapama alias jaga jarak, rajin cuci tangan, dan pakai masker adalah keharusan bagi anggota Atmos saat beranjak atau pulang dari tempat main basket bareng. Pun demikian dengan pengecekan suhu dan penyemprotan disinfektan sebelum memulai latihan.

Tidak itu saja. Coach Andro dengan tegas membatasi jumlah peserta main basket bareng yang ikutan. Walaupun sebenarnya banyak juga yang kepengin gabung.

Di Atmos, Coach Andro dan tim menerapkan pemain datang, harus konsisten. Soalnya, Coach Andro memantau betul aktivitas para anggota Atmos yang basketan bareng dirinya.

“Saya bisa kontrol mereka, bisa tracking mereka. Ini anak latihan di Atmos, aktivitasnya terpantau. Jadi amit-amit banget (kalau ada kejadian), saya bisa bertanggung jawab soal kegiatan mereka," paparnya.

Sampai saat ini Coach Andro membatasi maksimal 12 orang saja yang bisa ikut bergabung. Selain itu, ia juga secara intens berkomunikasi dengan para orang tua. Ia memikirikan kekhawatiran soal orang tua yang melepas anaknya untuk berkegiatan di luar. Melalui penyuluhan, ia yakini bahwa di Atmos benar menjaga soal protokol kesehatan.

“Saya punya grup bareng orang tua pelajar yang gabung. Saya sampaiakan ke mereka, bahwa Atmos mematuhi protokol kesehatan. Dan yang terpenting orang tua juga harus turut membantu,” tandas pelatih berusia 35 tahun itu.

Materi yang diberikan di Atmos juga tidak berat. Konsep fun games jadi materi utamanya. Coach Andro membagi setiap pertemuan menjadi tiga sesi. Pertama fisik, dilanjut individual skill, dan terakhir fun games.

Biar tidak bosan, Coach Andro juga meminta beberapa alumni Honda DBL untuk turut mengisi materi di Atmos. Termasuk adik kandungnya sendiri, Cassiopea Thomas Manuputty, pebasket pro yang pernah terpilih sebagai anggota tim Honda DBL Indonesia All-Star edisi 2011. Juga ada nama beken seperti Juan Laurent (DBL All-Star 2011) dan Aaron Nathanael (DBL All-Star 2019) dari SMA Bukit Sion Jakarta.

“Kami juga ada sesi sharing, berbagi pengalaman dengan para pemain profesional atau student athlete yang sekarang ini juga masih merintis karirnya,” terangnya.

Sampai saat ini Atmos berlatih satu minggu sekali. Tepatnya hari Sabtu jam 09.00 hingga 12.00 siang di Jetz Stadium, Gading Serpong Banten. (HKK)

Foto: Dokumen Pribadi

Komentar