IBL

Piala Srikandi telah berjalan selama tiga musim memasuki tahun 2020 ini. Bahkan, empat seandainya menghitung awal perjalanan mereka membentuk kompetisi yang mandiri. Sekarang semuanya telah banyak berubah; dari soal kompetisi sampai promosi.

Deddy Setiawan, selaku koordinator Piala Srikandi, menilai bahwa liga bola basket perempuan Indonesia ini mengalami perkembangan. Perkembangan paling signifikan ada pada jumlah penonton livestreaming. Sejak memutuskan untuk menayangkan pertandingan via YouTube secara langsung, Piala Srikandi mendapat sorotan lebih banyak dari sebelumnya. Belum lagi media-media juga ikut menggaungkan namanya.

Hal itu diamini beberapa pihak. Arif Gunarto, misalnya, sempat menyinggung soal siaran langsung. Kepala Pelatih Generasi Muda Cirebon (GMC) itu bersyukur Piala Srikandi bisa menayangkan pertandingan lewat internet sehingga menjangkau mereka yang tidak bisa hadir ke arena.

“Ya, sekarang media sudah lumayan dari seri sebelumnya,” kata Arif saat ditemui pada Seri II Jakarta. “Teman-teman di sana (merujuk pada tim siaran) juga membuat Srikandi semakin banyak ditonton orang. Kami bersyukur bisa berkembang seperti sekarang.”  

Sementara itu, dari segi kompetisi, klub-klub semakin berbenah. GMC saja mampu bersaing dengan juara bertahan Merpati Bali. Tim asal Cirebon itu bahkan sukses menjadi juara pramusim pada Januari lalu.

Melihat hal itu, Deddy mengaku senang. Katanya, dulu hanya Merpati dan Sahabat Semarang yang ketat pertandingannya. Sekarang ada GMC yang mencuat. Semangat kompetisi klub-klub ini semakin terlihat.

Perkembangan Piala Srikandi dewasa ini sebenarnya tidak lepas dari peran para pengurus yang kompak. Deddy mengatakan, komitmen yang dibangun bersama membuat liga menjadi solid. Mereka juga tampak konsisten untuk mengejar apa yang dicita-citakan.

“Saya rasa karena komitmen teman-teman, Srikandi bisa seperti ini. Kami berkomitmen untuk mengembangkan liga ini,” ujar Deddy kepada Mainbasket. “Apalagi wasit juga sudah ditanggung bersama tahun ini. Masuk ke tahun ketiga, kami cukup solid, ya.”

Meski begitu, Piala Srikandi berlangsung bukan tanpa terpaan. Beberapa waktu lalu, Perbasi berencana untuk menggulirkan kembali liga bola basket perempuan. Hanya saja, Piala Srikandi belum tentu menjadi operatornya. Perbasi bahkan mulai menarik subsidi perangkat pertandingan yang sebelumnya diterima Piala Srikandi.

Status Piala Srikandi memang belum jelas di Perbasi. Padahal federasi bola basket Indonesia itu pula yang ikut mengusulkannya dulu. Namun, pada perjalanannya, mereka malah dibantu orang lain.

“Secara teknis, sih, kami dibantu teman-teman, kru-kru yang tidak money oriented. Jadi, mereka benar-benar mengerjakan ini karena passion,” jelas Deddy. “Passion mereka di bola basket. Kalau mencari uang di sini, saya rasa tidak berjalan.”

Pada musim pertamanya, Piala Srikandi sendiri berjalan dengan nama berbeda-beda per serinya. Mereka baru menggunakan nama tetap seperti sekarang ini sejak November 2017. Sejak itu, mereka konsisten menggunakan nama Piala Srikandi, merujuk pada tokoh wiracarita Hindu, yang biasa digambarkan sebagai perempuan kuat dan mandiri.

Awalnya, Piala Srikandi memiliki delapan tim. Ada Merpati Bali, Sahabat Semarang, Flying Wheel Makassar, Tanago Friesian Jakarta, Generasi Muda Cirebon, Surabaya Fever, Merah Putih Samator Jakarta, dan Tenaga Baru Pontianak. Namun, tiga klub yang disebutkan terakhir mengundurkan diri dari liga. Kemudian, Scorpio Jakarta masuk sebagai pendatang baru pada 2018.

Piala Srikandi mengalami pasang surut, termasuk soal pengunduran diri tadi. Belum lagi soal kepopuleran mereka yang masih kalah jauh dari Indonesian Basketball League (IBL) selaku liga bola basket profesional laki-laki. Hal itu sempat diutarakan oleh forwarda Scorpio, Delaya Maria.

Oleh karena itu, Delaya ingin Piala Srikandi terus ada. Ia meminta Perbasi dan sejawatnya untuk tidak memperlakukan mereka dengan tidak adil. Apalagi, menurutnya, secara umum jumlah populasi perempuan di Indonesia lebih banyak daripada laki-laki.

Kendati begitu, berdasar data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada 2015, rasio jenis kelamin secara nasional sebenarnya mengatakan ada lebih banyak laki-laki daripada perempuan di Indonesia. Proyeksi populasi pada 2020 ini juga mengatakan jumlah laki-laki bisa lebih banyak dari perempuan. Namun, seperti kata Delaya, bola basket perempuan tidak boleh diperlakukan dengan tidak adil. Mereka harus terus mengembangkan diri.  

Tekad itu boleh jadi tercermin dari semangat Piala Srikandi. Meski mendapat terpaan, mereka tetap tenang. Semua kontestan sepakat untuk tetap menggulirkan Piala Srikandi. Mereka berusaha untuk membuat liga semakin maju. Deddy bahkan mulai berpikir untuk mendorong penonton datang ke arena. Entah bagaimana caranya. (GNP)

Foto: Mei Linda dan Alexander Anggriawan

Komentar