IBL

Spanyol (Juara)

Spanyol berhasil keluar menjadi juara di Piala Dunia FIBA 2019. Hasil tersebut mengulangi prestasi tahun 2006,  ketika berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Yunani 70-47. Spanyol lolos ke babak perempat final setelah menjadi juara grup pada babak pertama dan kedua.

Pada babak perempat final, Spanyol bertemu dengan tim terlemah di perempat final, Polandia. Spanyol belum menemukan kesulitan dengan meriah kemenangan mutlak atas Polandia. Kesulitan Spanyol dimulai ketika berhadapan dengan Australia di babak semifinal.

Spanyol memerlukan dua kali babak tambahan waktu untuk mengatasi perlawanan Australia dengan skor akhir 95-88. Australia sebenarnya bisa mengunci kemenangan gratis Patty Mills yang menghasilkan angka. Laga pun harus dilanjutkan dengan babak tambahan.

Pada akhir babak tambahan satu, Australia unggul dua angka atas Spanyol, tapi pelanggaran terhadap Marc Gasol membuat Spanyol memperoleh tembakan gratis. Kesempatan tersebut berhasil dimaksimalkan oleh Marc untuk menyamakan kedudukan dan pertandingan kembali dilanjutkan ke babak tambahan kedua.

Pada babak tambahan kedua, Australia memiliki kesempatan untuk menghasilkan angka yang lebih tinggi dibandingkan Spanyol, tapi mereka gagal memaksimalkan kesempatan tersebut. Australia hanya dapat memaksimalkan tiga kesempatan dari 10 kesempatan menghasilkan angka (30 persen), sedangkan Spanyol berhasil memaksimalkan lima dari enam kesempatan menghasilkan angka (83 persen). Keunggulan offensive rebound yang berakibat tingginya kesempatan untuk menghasilkan angka tidak dapat dimanfaatkan  Australia untuk meraih kemenangan. Sementara tingginya free throw rate yang diberikan Australia berhasil dimaksimalkan Spanyol untuk meraih kemenangan. Spanyol bertemu Argentina di babak final.

Pada kuarter pertama, Argentina dan Spanyol memiliki penguasaan yang berimbang, 20 penguasaan. Walau demikian, Argentina bermasalah dengan efisiensi serangan. Argentina hanya memiliki 0,6 angka pada setiap penguasaan. Keadaan tersebut berhasil dimaksimalkan oleh Spanyol. Dengan mengandalkan pola serangan yang diawali dengan pick, Spanyol memiliki 1,1 angka pada setiap penguasaan. Namun, pola serangan pick yang dilakukan Spanyol sebenarnya belum efisien karena hanya menghasilkan satu penguasaan yang menghasilkan angka dari enam percobaan serangan dengan pola pick. Kuarter satu ditutup dengan keunggulan Spanyol 14-23.

Pada kuarter kedua dan ketiga, Argentina masih bermasalah dengan efisiensi serangan, bahkan pada akhir kuarter ketiga, distribusi angka tertinggi Argentina berasal dari tembakan bebas, yaitu 18 angka. Spanyol belajar dari kuarter satu, pola serangan pick yang tidak efisien diganti dengan pola serangan cut dan spot. Pola serangan cut menghasilkan empat penguasaan yang menghasilkan angka dari enam percobaan serangan sedangkan pola serangan spot menghasilkan dua penguasaan yang menghasilkan angka dari lima percobaan serangan. Spanyol menutup kuarter ketiga dengan keunggulan 19 angka atas Argentina.

Pada kuarter empat, Argentina yang masih tertinggal 19 angka meningkatkan agresivitas pertahanan dengan pola full court press. Strategi tersebut berhasil dengan berujung dua turnover beruntun yang dilakukan Spanyol. Time out diambil Spanyol untuk mengantisipasi perubahan strategi yang dilakukan Argentina. Selepas time out, Spanyol memanfaatkan agersivitas pertahanan Argentina dengan menghasilkan 10 tembakan bebas dari 12 upaya tembakan bebas. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Spanyol.

Selain faktor efisiensi dan tembakan bebas, kemenangan Spanyol juga didukung oleh tingginya persentase offensive rebound. Spanyol memiliki 37 persen OR%, selisih 24 persen dibandingkan Argentina. Dengan performa tersebut, Spanyol layak menjadi juara Piala Dunia FIBA 2019. Pada laga final ini, Spanyol menunjukkan cara evaluasi terhadap strategi serangan yang tidak efisien dan menunjukkan cara merespon strategi perubahan yang dilakukan tim lawan.

Sepanjang perempat final, Spanyol menjadi tim yang paling seimbang antara performa dalam hal menyerang dan bertahan. Spanyol menempati peringkat satu dalam hal selisih bersih antara efisiensi serangan dan efisiensi bertahan. Spanyol memiliki efisiensi serangan 1,1 angka pada setiap penguasaan, sedangkan dalam efisiensi bertahan, Spanyol memiliki kemasukkan 0,9 angka pada setiap penguasaan lawan.

Berdasarkan distribusi produktivitas angka, 30 persen berasal dari area tiga angka, 28 persen berasal dari area dekat, 21 persen berasal dari tembakan gratis, 17 persen berasal dari area lima kaki, dan 4 persen berasal dari area perimeter.  Sebanyak 21 persen sumbangan dari tembakan gratis membuat Spanyol menjadi tim tertinggi dalam hal persentase tembakan gratis. Area tiga angka menjadi titik lemah serangan Spanyol. Bahkan, Spanyol menempati peringkat enam dari delapan tim dalam hal efektivitas tembakan tiga angka.

Rendahnya efektivitas tiga angka berhasil ditutup dengan memaksimalkan efektivitas tembakan pada area dekat dan lima kaki. Area dekat memiliki efektivitas tembakan 51 persen dan area lima kaki memiliki efektivitas tembakan 69 persen. Pada kedua area tersebut, Spanyol menjadi tim teratas dengan efektivitas tertinggi.

Pada laga final ini, terdapat kelemahan dari Spanyol yang coba dimanfaatkan Argentina, yaitu persentase turnover. Spanyol menempati urutan tujuh dari delapan tim dengan rata-rata persentase turnover 15 persen.

Efisien dalam hal serangan dan kuatnya efisiensi bertahan membuat kelemahan Spanyol dalam hal turnover tidak berdampak pada performa Spanyol. Dari kasus ini, bisa didapat suatu pelajaran bahwa dalam basket tidak hanya bisa mengandalkan serangan atau bertahan saja, tapi juga memerlukan keseimbangan dari dua faktor tersebut.

Analisis Perfroma Pemain Selama di Perempat Final

Pemain Bernilai A

Ricky Rubio

Ricky Rubio merupakan pilihan pertama pelatih kepala Spanyol, Sergio Scariolo, dalam hal serangan. Rubio memiliki 1,1 angka pada setiap penguasaan dengan menggunakan 33 persen TM Poss. Efisiensi serangan Rubio berasal dari produktivitas angka dan asis. Rubio memiliki rata-rata 19,3 angka. Area dekat merupakan kontributor utama, yaitu 16 angka dari 15 upaya tembakan dengan persentase keberhasilan 53 persen.

Rubio menempati peringkat ketiga dalam hal rata-rata asis. Ia memiliki rata-rata 8,0 asis per pertandingan dengan ratio turnover 1,8. Dengan peran sebagai kontributor utama produktivitas angka dan fasilitator utama Spanyol membuat Rubio meraih gelar MVP pada Piala Dunia FIBA 2019.

Marc Gasol

Marc Gasol, 34 tahun, merupakan pemain paling berpengalaman di Spanyol. Ia merupakan bagian dari daftar pemain yang membawa Spanyol meraih gelar juara di Piala Dunia FIBA 2006. Selain itu, pada tahun 2019, Marc Gasol berhasil membawa Toronto Raptors meraih gelar juara NBA. Dengan pengalaman tersebut membuat Sergio Scariolo tidak perlu berpikir panjang untuk mengandalkan Marc selama di perempat final Piala Dunia FIBA 2019.

Kepercayaan tersebut dibayar oleh Marc dengan penampilan impresif. Ia menjadi kontributor produktivitas angka dibawah Rubio. Marc, yang memainkan peran 3PP, memiliki rata-rata 19 angka per pertandingan dengan efisiensi tembakan 61 persen. Yang menarik, 36 persen produktivitas angka berasal dari tembakan bebas. Marc menjadi pemain peringkat satu dalam hal tembakan bebas. Selain itu, Marc juga dapat berperan sebagai fasilitator dengan rata-rata enam asis per pertandingan.

Pemain Bernilai B

Rudy Fernandez

Rudy Fernandez memainkan peran 3R dengan sangat baik. Ia menjadi kontributor utama Spanyol dalam area tiga angka. Rudy memiliki rata-rata 9,7 angka dengan efektivitas tembakan 68 persen. Distribusi angka tertinggi berasal dari tiga angka, 72 persen, dengan efektivitas tembakan 54 persen. Efektivitas pada area tiga angka tersebut menempatkan Rudy Fernandez sebagai pemain dengan efektivitas tiga angka tertinggi ke tiga, dibawah M. Peterka (Republik Ceko) dan D. Mitchell (Amerika Serikat).

Hernangomez Brersaudara

Pada saat meraih gelar juara tahun 2006, Spanyol memiliki pemain bersaudara yaitu Marc dan Pau Gasol. Tradisi itu masih berlanjut sampai dengan tahun 2019. Spanyol memiliki juara bersaudara, yaitu Juancho dan Willy Hernangomez.

Juancho (11,0 poin, 4,0 rebound, 1.7 steal) merupakan pemain Spanyol yang memiliki efisien serangan tertinggi. Juancho memiliki 1,2 angka pada setiap penguasaan dengan hanya menggunakan 14 persen TM Poss. Semua upaya tembakan yang dilakukan Juancho menghasilkan efektivitas tembakan di atas rata-rata. Distribusi angka tertinggi pada area sayap tiga angka, yaitu 12 angka dari sembilan upaya tembakan tiga angka.

Sedangkan saudara kandungnya, Willy Hernangomez  memainkan peran yang berbeda. Ia menjadi cadangan terbaik Spanyol. Willy berhasil memanfaatkan setiap penguasaan yang diperoleh untuk menghasilkan angka. Ia memiliki rata-rata 4,9 penguasaan yang berhasil menghasilkan angka dari rata-rata 8,2 penguasaan. Berbeda dengan Juancho, sumbangan angka Willy banyak berasal dari area lima kaki. Ia memiliki 14 angka dari 9 kesempatan dengan peresentase keberhasilan 78 persen.

Pemain Bernilai C

Sergio Llull

Segio Llull merupakan kontributor produktivitas angka ketiga tertinggi, di bawah dua kontributor utama, Ricky Rubio dan Marc Gasol. Walau demikian, efisiensi serangan yang dihasilkan masih di bawah rata-rata. Ia memiliki efisiensi serangan 0,8 angka pada setiap penguasaan. Belum maksimalnya efisiensi serangan disebabkan rendahnya efektivitas tembakan pada area tiga angka, terutama area sayap.

Pau Ribas dan Victor Claver

Pau Ribas dan Victor Claver termasuk pemain yang bernilai C. Kedua pemain tersebut memiliki rata-rata upaya tembakan yang di bawah rata-rata, namun ketika diberi kesempatan akan menghasilkan efisiensi yang di atas rata-rata. Ribas memiliki rata-rata 4,3 angka dengan efisiensi tembakan 60 persen. Sedangkan Claver memiliki rata-rata 5,7 angka dengan efisiensi tembakan 58 persen.

Pemain Bernilai D

Pierre Oriola

Oriola memiliki rata-rata upaya tembakan di bawah rata-rata dan memiliki efisiensi serangan yang diatas rata-rata, namun belum cukup untuk mendukung kesuksesan tim, yaitu 0,9 angka pada setiap penguasaan.

Pemain Bernilai E

Terdapat ketiga pemain yang benilai E, yaitu Quino Colom, Xavier Rabaseda, dan Javier Berain. Kurangnya kesempatan bermain membuat kontribusi ketiga pemain tersebut tidak dapat terlihat.

Foto: FIBA

Komentar