IBL

Mainbasket bareng KFC powered by DBL Play di Surabaya telah melewati dua minggu penyelenggaraan. Di dua minggu ini, halaman belakang KFC jalan Basuki Rahmat, Surabaya penuh sesak dengan kehadiran anak-anak muda yang menghabiskan Sabtu mereka dengan menikmati beragam acara di sana. Mulai dari latihan bersama yang dilakukan oleh DBL Academy, liga 3X3, ajang kreativitas dan berkumpulnya beberapa komunitas anak muda, hingga terakhir turnamen harian 1on1.

Turnamen harian 1on1 Mainbasket bareng KFC ini menggunakan tajuk “The King of Original.” Aturan permainannya, setiap gim akan digelar selama tiga menit atau mencari yang paling cepat menyentuh lima poin dan langsung menggunakan sistem gugur.

Setiap tembakan masuk bernilai satu poin, tak peduli dari area tripoin atau tidak. Setelah memasuki babak semifinal, durasi gim berubah jadi lima menit sementara aturan lainnya tidak berubah. Setiap minggunya, pemenang “The King of Original” akan membawa pulang satu juta rupiah.

Selama dua minggu gelarannya, “The King of Original” diikuti 48 peserta. Namun, yang pulang dengan gelar dan hadiah uang tunai satu juta rupiah di dua gelaran tersebut adalah orang yang sama, Anindya Parama Putra. Jika Anda seperti taka sing dengan nama tersebut, pemain yang akrab dipanggil Dino ini adalah mantan pemain Pacific Caesar Surabaya.

Meski juara di dua gelaran beruntun, Dino mendapatkan perlawanan yang jauh lebih sengit di minggu kedua saat berhadapan dengan Hardrianto di partai final. Aksi balas poin berlangsung sepanjang gim hingga akhirnya tembakan fadeaway Dino menutup gim dengan kemenangan 5-4.

Usai gim, kami berbincang dengan alumnus Universitas Airlangga ini. Sembari membawa amplop berisi uang hadiahnya, Dino menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan nada sumringah meski cukup terlihat lelah.

Halo Dino, selamat-selamat, juara dua kali beruntun nih!

Halo, terima kasih, ya bersyukur bisa juara, tapi yang hari ini perlawanannya luar biasa sengit.

Iya, lumayan berkeringat ya dari minggu lalu?

Sangat-sangat, tapi respect saya buat Titi (Hardrianto) mainnya bagus sekali tadi di final. Padahal, tadi Anda juga lihat, di perempat final dia sempat sulit menemukan tembakan. Saya bisa bilang tadi cukup terkejut dengan penampilannya di final.

Ngomong-ngomong, dua minggu ini ikut terus di “The King of Original,” bagaimana ceritanya akhirnya ikut bertanding di sini?

Saya memang pada dasarnya suka main 1on1. Dari dulu, saya selalu suka permainan 1on1. Saya selalu ingin mengalahkan orang, tapi bukan berarti meremehkan ya, saya respect banget sama semua lawan-lawan saya.

Jadi, waktu Mainbasket bareng KFC memberi pengumuman ada turnamen 1on1, langsung daftar?

Iya, tidak pakai pikir lama. Seingat saya, ini adalah turnamen 1on1 pertama yang saya ikuti dan mungkin diselenggarakan di Surabaya atau bahkan Indonesia. Di sini juga semua orang bisa bermain, tidak ada batasan umur, jadi cukup menarik.

Hari ini juga Dino ikut pertandingan 3X3 komunitas dan menang juga, ini terencana juga?

Kalau yang 3X3 sebenarnya dadakan. Jadi, saya memang mau tanding 1on1, terus tadi datang lebih awal karena ingin lihat teman-teman 031 Ballers (komunitas basket Surabaya). Pas sampai di sini, saya ketemu sama dua teman lain, akhirnya ikut main 3X3 sekalian, have fun aja, ya sykur juga bisa menang.

Komentar Dino tentang keseluruhan acara Mainbasket bareng KFC ini sendiri?

Seru sih, seru banget. Buat anak-anak muda di Surabaya, saya rasa ini wadah yang positif untuk menghabiskan hari Sabtu. Saya rasa orang-orang yang main ke sini juga membawa semnagat itu sembari ingin having fun, main basket bareng teman-teman, seru sih. Semoga ke depannya terus ada dan semakin diikuti banyak orang. Saya juga berharap teman-teman yang pernah main di profesional atau bahkan pemain profesional bisa ikut acara ini di minggu-minggu selanjutnya.

Eh, bergeser ke karier profesional. Tahun ini membuat keputusan pensiun dari Pacific Caesar Surabaya, apa alasannya?

Iya, tahun ini pensiun, alasannya ingin mencari pekerjaan yang memiliki jenjang karier. Saya sekarang kerja di Pelindo Surabaya.

Sudah puas dengan pencapaian di Pacific?

Kalau saya pribadi sudah cukup bangga dengan apa yang saya dan tim raih musim lalu. Untuk pertama kali dalam sejarah, Pacific bisa melaju ke semifinal. Hebatnya lagi, kami bisa mencapai semifinal tanpa dua pemain andalan, Indra Muhammad dan Yerikho Tuasela. Musim lalu kami benar-benar mengalahkan banyak pandangan orang.

Sampai sekarang masih mengikuti perkembangan IBL?

Jelas masih, saya juga masih terus mendukung Pacific.

Pendapat Dino tentang IBL musim ini?

Wah musim ini benar-benar tidak terduga. Tidak ada lagi itu namanya tim kecil atau tim besar, semua bisa saling mengalahka. Makin tidak tertebak hasil-hasil tiap pertandingannya, ya semoga bisa terus ditingkatkan di masa-masa mendatang.

Melihat serunya IBL, terpikir untuk kembali tidak?

Kembali profesional? Tidak sih, saya sudah bulat untuk berhenti. Saya sudah fokus dengan pekerjaan baru lagi dan fokus ke jenjang lebih jauh lagi dengan pasangan saya.

Waktu bermain profesional dulu, ada target yang tidak tercapai? Main untuk tim nasional mungkin?

Saya rasa sudah, kalau tim nasional saya sekali tidak terpikirkan. Bagaimana ya, saya ini bisa dibilang pemain yang selalu diremehkan. Sebenarnya saya mampu, tapi mungkin pelatih melihat postur saya yang kecil ini akhirnya tidak percaya diri untuk memainkan saya. Saya sampai membuat highlights sendiri di instagram saya untuk memperlihatkan orang-orang kalau saya mampu andai diberi kepercayaan.

Wah, berarti cocok sekali ya sama Mainbasket yang menggalakan bahwa tinggi badan bukanlah segalanya.

Iya, setuju, benar sekali itu, tinggi bukan segalanya. Banyak hal lain yang penting di basket. Untuk saya, yang utama adalah mental. Orang-orang yang hadir melihat final 3X3 tadi semoga bisa melihat kekuatan mental yang saya maksud. Tim saya tadi ketinggalan 0-6, tapi karena kami tenang, kami kembali fokus, dan tidak menyerah, kami bisa bangkit dan menang.

Terakhir, bisa beri pesan-pesan untuk pemain-pemain muda yang mungkin juga diremehkan seperti Dino karena postur?

Jangan patah semangat, terus kerja keras. Salah satu contoh yang baik untuk anak muda di Indonesia adalah Juan Alexius (BBM CLS Knights Indonesia). Dia pemain kecil, tapi tidak takut sama sekali menghadapi lawan-lawan lebih besar. Terus percaya diri dan jangan pernah berhenti berlatih, jangan cepat puas, maka postur hanyalah sebuah angka.

Foto: Ahmad Nur Aziz

 

Komentar