IBL

Ikhwanul Ihsan Evendy, garda MA Ar-Risalah Padang, selalu siap dengan kuda-kuda rendah setiap kali lawan menyerang ke arahnya. Ia berusaha untuk tidak membiarkan mereka lewat. Bahkan tidak segan mengadu badan sambil sesekali menggunakan lengannya demi mencuri bola.

Ketika menyerang, Ihsan juga menjadi motor serangan tim. Ia menjadi pembawa bola utama. Namun, Ihsan tidak rakus. Ia seringkali berbagi bola dengan rekannya, terutama mereka yang lebih terbuka, agar permainan mereka mengalir. Sehingga Ar-Risalah bisa mencetak poin dengan mudah.

Di babak Fantastic Four Honda DBL West Sumatera 2019, tim pesantren itu bertemu dengan SMAN 14 Padang. Sejak pemanasan, Ihsan sudah menarik perhatian. Dari gerakannya, ia tampak meyakinkan. Benar saja, Kepala Pelatih Dedi Zulfa Hendra memang mengandalkannya untuk memimpin tim. Apalagi tahun lalu ia telah membuktikan kualitasnya sebagai pemain yang bisa diandalkan.

“Kebetulan beliau itu nominasi First Team tahun kemarin,” kata Dedi. “Beliau juara JRBL juga. Beliau sudah kelas 12. Ini berarti kejuaraan terakhirnya.”

Ihsan membenarnya pernyataan Dedi. Ia sudah duduk di kelas 12. Honda DBL 2019 merupakan tahun terakhirnya. Ia ingin menutup kariernya di SMA dengan manis.

Insha Allah, asal berusaha dan berdoa, saya bisa melewati semuanya,” kata Ihsan. “Kami sudah sampai sini. Kami sudah latihan sejak lama. Kami tinggal berusaha lagi.”

Kendati demikian, lawan Ar-Risalah di final bukanlah lawan sembarangan. Ihsan dkk. mesti menghadapi SMA Don Bosco yang terkenal sebagai raja di bola basket Padang. Namun, Ar-Risalah tidak perlu merasa khawatir. Dedi mengatakan bahwa ia percaya kepada anak-anak asuhnya, terutama Ihsan.

Insha Allah anak-anak sudah matang. Kebetulan mereka dari SMP sudah sama-sama. Satu SMP semua,” ungkap Dedi.

Ihsan sendiri sudah bermain bola basket sejak SMP. Saat baru mulai main, ia mengaku tidak mendapat restu orang tua. Sebab, bola basket sangat menyita waktunya. Ihsan mengatakan bahwa orang tuanya takut bola basket malah membuat prestasi akademiknya turun.

“Saya sampai sembunyi-sembunyi. Terus main karena sudah cinta sama basket,” kata Ihsan. “Saya terus buktikan kalau saya bisa berprestasi di sini. Makanya di final saya ingin menang.”

Dengan tekad itu, Ihsan pun punya motivasi lebih. Ia bahkan mengundang orang tuanya untuk menonton pertandingan final. Ihsan yakin dirinya bisa membanggakan orang tua lewat bola basket. Tahun lalu saja ia bisa masuk nominasi First Team. Mungkin tahun ini bisa lebih baik.

Meski bertekad besar seperti itu, Ihsan rupa tidak selalu mementingkan diri sendiri. Ia sadar bahwa bola basket mesti dimainkan secara tim. Selama timnya solid, ia merasa bisa meretas batas. Bahkan ketika lawannya raja bola basket Padang sekalipun.

“Dulu pointer (pencetak angka) yang lebih dominan, sekarang orang main simple basket. Yang lebih efisien yang diutamakan,” ujar Ihsan.  

Pemikiran itu sejauh ini telah membawa Ihsan berkembang ke level yang lebih tinggi. Ia merasa telah banyak berkembang di bawah asuhan Dedi. Teman-temannya juga memacunya untuk berkembang. Apalagi Ar-Risalah selama ini menerapkan semangat kebersaman untuk maju bersama-sama.

Pada tahun ini saja, tampilan Ar-Risalah selalu sama. Mereka memiliki potongan rambut yang sama, lengkap dengan atribut bertanding seperti kaus dalam dan leg sleeve yang juga sama. Kebersamaan itulah yang membawa Ihsan dkk. sampai ke final untuk pertama kalinya tahun ini. Juara Honda DBL West Sumatera Series 2019 akan menjadi penutup sempurna bagi mereka. Setidaknya bagi Ihsan yang akan lulus tahun depan. (put)

Foto: Gilang Adi Nugraha/DBL Indonesia

Komentar