IBL

Akhirnya saya sampai juga di pengujung prediksi. Setelah menulis lima tulisan tentang prediksi peraih penghargaan NBA 2018-2019, saya sampai di prediksi terakhir, yaitu tentang siapa peraih gelar pemain terbaik alias Most Valuable Player (MVP). Ini adalah penghargaan yang ditunggu-tunggu semua orang.

Siapa kiranya yang akan memenangkan gelar MVP? Apakah James Harden lagi? Atau Giannis Antetokounmpo? Atau malah Paul George?

Pilihannya sulit, tetapi saya selalu ingin mencoba menebak.

James Harden

Harden beberapa tahun ke belakang ini semakin impresif. Ia bahkan berhasil meyabet gelar pemain terbaik pada 2017-2018. Seandainya ia memenangkannya lagi, itu berarti ia akan bergabung dengan 11 pemain lainnya. Sebab, sejauh ini, hanya ada 11 pemain dengan gelar pemain terbaik dua musim beruntun. Stephen Curry, garda Golden State Warriors, adalah pemain terakhir yang melakukannya.

Secara statistik, Harden pantas menjadi pemain terbaik 2018-2019. Ia mencetak 36,1 poin, 6,6 rebound, 7,5 asis, dan 2 steal per pertandingan. Persentase tembakannya juga bagus. Tembakan keseluruhannya mencapai 44,2 persen. Efektivitas tembakan keseluruhannya 54,1 persen. True shooting percentage-nya 61,6 persen.

Sebagai pemain dengan menit bermain mencapai 36,8 menit, ia tampil fantastis musim ini. Setidaknya secara ofensif, ia sangat sulit dihentikan. Saya berani menyebutnya sebagai pemain ofensif terbaik saat ini. Coba tengok saja dari rata-rata poin dan asisnya. Ia mencetak lebih banyak poin dan asis dari kedua calon lainnya.

Garda Houston Rockets itu bahkan mampu memimpin perolehan poin di NBA. Ia berada di peringkat satu, tepat di atas George (2) dan Antetokounmpo (3). Rata-rata poinnya itu membuatnya bergabung dengan barisan legendaris: Elgin Baylor, Wilt Chamberlain, dan Michael Jordan. Mereka berempat, termasuk Harden, pernah mencetak setidaknya 36 poin per pertandingan hanya dalam satu musim.

Sementara itu, dengan asisnya, Si Berewok betengger di peringkat tujuh. George dan Antetokounmpo jauh di bawahnya. Hal itu terjadi karena Harden sering tampil sebagai garda utama, terutama ketika Chris Paul tidak ada. Paul sempat absen dalam 24 pertandingan pada 2018-2019.

Selama semusim itu pula, Harden telah mencetak berbagai rekor. Salah satunya mencetak 30 poin dalam 32 pertandingan beruntun. Itu merupakan rekor 30 poin kedua terbanyak dalam sejarah NBA. Saya tidak pernah menyangka ia mampu melakukannya.

Giannis Antetokounmpo

Antetokounmpo terus mengasah dirinya untuk menjadi pemain terbaik di NBA. Ia menjelma dari sekadar bocah menjadi monster yang ditakuti. Saya percaya ia masih punya ruang untuk lebih berkembang lagi di masa depan. Ia berpotensi besar menggulingkan Harden dalam perburuan gelar pemain terbaiknya.

Pada 2018-2019 ini, Antetokounmpo juga membuktikannya. Ia telah berlatih dengan baik sehingga bisa masuk dua nominasi. Selain menjadi calon pemain terbaik, ia juga merupakan calon pemain bertahan terbaik. Saya sudah mengulasnya dalam tulisan sebelum ini. Saya bahkan memprediksi Antetokounmpo akan mendapatkan gelar pemain bertahan terbaik.

Apakah Antetokounmpo juga punya kesempatan untuk menjadi pemain terbaik?

Jawabannya: tentu saja. Sebab, seperti Harden, Antetokounmpo juga tampil impresif beberapa tahun ke belakang ini. Ia bahkan mampu mencetak 27,7 poin, 12,5 rebound, 5,9 asis, 1,3 steal, dan 1,5 blok per pertandingan.

Persentase tembakan forwarda Milwaukee Bucks itu juga relatif bagus. Ia memasukkan 57,8 persen tembakan keseluruhannya, dengan efektivitas 59,9 persen dan true shooting percentage 64,4 persen.

Dari statistiknya, Antetokounmpo tampil mengesankan di kedua sisi, baik menyerang maupun bertahan. Itu menjadi modal bagus untuk bersaing dengan nama sehebat Harden dalam perebutan gelar pemain terbaik.

Di musim yang sama, Antetokounmpo juga berhasil mengantarkan Bucks ke puncak klasemen Wilayah Timur. Mereka mengoleksi 60 kemenangan dengan hanya 22 kekalahan. Itu merupakan rekor terbaik  Bucks sejak 1973-1974. Mereka pun menjadi tim pertama yang lolos ke playoff pada 2018-2019.

Itulah yang membuat Antetokounmpo layak menjadi pemain terbaik selanjutnya.  

Paul George

Seperti saya bilang dalam tulisan sebelumnya, George rasanya selalu berada di bawah radar dalam perdebatan tentang peraih penghargaan. Namun, saya menolak untuk menyisihkannya. George pantas mendapat tempat dalam perdebatan-perdebatan seperti itu. Sebab, ia berhasil mengantarkan Oklahoma City Thunder lolos ke playoff dengan susah payah.

Pada 2018-2019 ini, George juga menorehkan prestasi individu. Salah satunya menjadi pencetak poin kedua terbanyak di NBA. Ia bertengger di bawah Harden dengan 28 poin per pertandingan.

George melengkapi perolehan poinnya dengan rata-rata 8,2 rebound, 4,1 asis, dan 2,2 steal. Statistiknya membuktikan bahwa forwarda andalan Thunder itu sebenarnya mengalami peningkatan musim ini. Tembakan keseluruhannya pun bisa mencapai 43,8 persen, dengan efektivitas 52,9 persen dan true shooting percentage 58,3 persen. Itu tentu bukan musim yang buruk baginya.

Sayangnya, tidak seperti Harden dan Antetokounmpo, George gagal meloloskan Thunder ke putaran kedua playoff. Itu sedikit-banyak membuktikan bahwa dirinya belum cukup hebat untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Thunder boleh saja lolos playoff, tetapi mereka selalu terantuk di putaran pertama. George mesti bisa lebih hebat lagi agar bisa mengantarkan timnya menjadi lebih baik.

Prediksi

Dari penuturan saya dalam dua tulisan terakhir, termasuk tulisan ini, mestinya pembaca sudah mengetahui kecenderungannya. Saya harus mengakui bahwa saya cenderung memilih Antetokounmpo sebagai pemenangnya. Sebab, 2018-2019 memang miliknya.

Harden, di sisi lain, juga hebat. Ia mampu mengangkat Rockets ketika rekan-rekannya didera badai cedera. Paul sempat absen. Clint Capela sempat absen. Eric Gordon pun begitu.

Seandainya Harden tidak ada, mungkin, Rockets tidak sehebat itu.

Saya juga tidak pernah lupa dengan rekor 30 poin Harden dalam 32 pertandingan beruntun. Itu merupakan sesuatu yang fenomenal. Namun, Antetokounmpo punya lebih dari sekadar 30 poin dalam 32 pertandingan beruntun. Pemain berkebangsaan Yunani itu berkembang secara konstan.

Antetokounmpo tidak berkembang untuk diri dan timnya sendiri, tetapi juga NBA secara global. Ia menyedot perhatian dunia dan mengubah dunia olahraga dengan ketenarannya. Ia bahkan mendapat suara tertinggi di Wilayah Timur, sehingga bisa menjadi kapten Team Giannis di NBA All-Star 2019.

Jersey Antetokounmpo juga terjual banyak. Sangat banyak malah. Padahal ia bermain di Milwaukee yang notabene memiliki pasar yang kecil (small market).

Antetokunmpo bertengger di urutan keempat dalam hal penjualan jersey di NBA. Ia hanya kalah dari Stephen Curry, Kevin Durant, dan LeBron James. Tiga nama terakhir itu merupakan peraih gelar pemain terbaik NBA.

Dengan mempertimbangkan itu, juga penampilannya selama semusim ini, saya kira Antetokounmpo layak menyandang gelar sebagai pemain terbaik NBA. Ia tidak hanya berharga untuk Bucks, tetapi juga liga secara global. Narasi itu sesuai dengan kata “valuable” (berharga) pada “Most Valuable Player” dalam artian yang diperluas. Apalagi ia mampu tampil mengesankan di setiap pertandingan dan di kedua sisi lapangan. Seperti saya bilang, ia memiliki dampak baik dalam menyerang maupun bertahan. Pemain seperti itu melakukan segalanya untuk tim.

Foto: NBA

Komentar