IBL

Final Indonesian Basketball League (IBL) 2018-2019 sudah di depan mata. Dua klub dengan sejarah tahta juara terbanyak di liga tertinggi bola basket Indonesia akan kembali bertemu. Terakhir, Stapac Jakarta melawan Satria Muda Pertamina bertemu di final musim 2013-2014. Mereka akan kembali bertemu pada 21-24 Maret 2019.

Bagi kedua tim, final kali ini akan menjadi yang ke-10 kali bertemu di babak final kompetisi bola basket tertinggi Indonesia. Rekornya, mereka berdua sama kuat yaitu lima kemenangan. Pertemuan final terakhir dimenangkan Aspac (nama sebelumnya dari Stapac) di laga final tahun 2014.

Masing-masing akan berusaha maksimal dan memberikan yang terbaik untuk membuktikan siapa yang layak meraih dinasti juara bola basket Indonesia.

Bukan perjalanan yang mudah tahun ini untuk Satria Muda dimana sempat terseok di babak reguler dengan menelan sembilan kekalahan dari 18 gim. Namun pada akhirnya Satria Muda melaju ke final setelah menundukkan NSH Jakarta dalam tiga gim sengit dan kembali membuktikan kelasnya sebagai klub dengan mental juara.

Sedangkan Stapac dimana dua tahun terakhir bahkan tidak menjadi klub yang tampil di final, tahun ini terbukti dengan hasil memukau dan konsisten. Kaleb Ramot Gemilang dan kawan-kawan mencatat hasil mentereng dimana sampai dengan babak semifinal, Stapac sudah mengantungi 19 kemenangan beruntun. Sebuah rekor baru bagi klub IBL. Satu-satunya kekalahan diderita dari Bogor Siliwangi saat membuka laga kompetisi musim ini.

"Pertandingan IBL setiap tahunnya selalu semakin menarik untuk disaksikan. Kali ini di puncak musim, tim terbaik akan berebut gelar juara. Laga klasik Stapac lawan Satria Muda sudah pasti dinantikan, apalagi di partai final. Britama Arena dan C-Tra Arena akan jadi saksi, siapa yang bakal juara kali ini," kata Direktur IBL, Hasan Gozali.

"Melawan Stapac selalu seru, ada pertarungan harga diri. Ini laga klasik dari dua tim besar," kata pelatih Satria Muda, Youbel Sondakh. "Pertandingan final lebih pada masalah mental," tegasnya.

Pelatih Stapac asal Lithuania, Giedrius Zibenas justru menganggap Satria Muda lebih baik sebagai tim dibanding pasukannya. “Satria Muda tim lebih bagus dibanding kami. Stapac adalah underdog di laga final,” kata Zibenas.

Apalagi, meskipun menang dua gim langsung atas Pacific Caesar di babak semifinal, Zibenas mengaku tak puas dan kesal dengan permainan timnya. “Kami masih harus kerja keras dua minggu menjelang final. Anak-anak masih sering melakukan kesalahan,” katanya. (*)

Foto: Dokumentasi IBL

Komentar