IBL

Honda DBL Indonesia All-Star 2018 menutup perjalanan mereka di Amerika Serikat dengan berlatih bersama Jordan Lawley. Mereka mendapat arahan dari pelatih para pemain dan legenda NBA itu di Asics Sports Performance Center, Irvin, California, Amerika Serikat, Senin 25 Februari 2019 waktu setempat. Lawley memberikan materi latihan tingkat lanjut untuk membantu All-Star mengembangkan kemampuan mereka.

Sebelum memulai latihan, Lawley menyampaikan beberapa patah kata. Pesannya penting untuk disampaikan. Apalagi itu menyangkut sesama.

“Saya mau kalian di sini mengapresiasi teman kalian,” kata Lawley. “Apresiasi dan semangati setiap usaha yang mereka lakukan. Beri tepukan di kepala, punggung, atau pantat mereka. Tidak apa-apa. Apresiasi kalian akan membuat dia menjadi lebih baik.”

Lawley kemudian memulai latihannya. Seperti pelatih lainnya, ia tetap mengutamakan fundamental. Bedanya ada pada skenario. Lawley meminta pemain membayangkan All-Star berada dalam sebuah pertandingan. Mereka berkhayal tengah berhadapan satu lawan satu tepat di depan lawan.

Dengan begitu, kata Lawley, All-Star jadi bisa memahami setiap gerakan dengan suatu target tertentu. Entah itu untuk membongkar pertahanan lawan, melakukan penetrasi, membuka ruang tembak, dan sebagainya.

Pada kesempatan itu, Lawley juga mengajarkan beberapa hal mendasar. Salah satunya soal melantun bola sambil menjaganya agar tidak direbut musuh. Gerakan ini lantas dikembangkan lagi dengan variasi gerakan pivot, crossover, behind the back, dan jab step.

I Gusti Ngurah Teguh Putra Negara, kepala pelatih tim putri, mengaku terkesan dengan materi Lawley. Ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman untuk diadaptasikan dalam karier kepelatihannya.

“Materi dari dia ini bagus banget buat anak-anak. Anak-anak jadi tahu sebuah gerakan itu targetnya apa dan bisa digunakan saat kapan saja. Dan model pelatihan kayak gini bisa saya terapkan juga, biar mereka bisa mencerna materinya lebih banyak dan lebih baik,” kata pelatih asal SMA Soverdi 1 Tuban itu.

Latihan sore itu berlangsung singkat. Hanya dua jam. Meski demikian, latihan tetap berlangsung efektif. Sebab, Lawley kerap membuat tantangan seru yang berhubungan dengan teknik tertentu. All-Star pun dapat mencernanya dengan mudah. Sabrina Ayu Risanti, pemain asal SMA Dian Harapan Makassar, misalnya, mengaku puas dengan latihan itu.

“Latihannya kelihatan simpel, tapi ternyata bikin capek. Untungnya seru banget. Latihan di sini yang jadi favoritku. Karena dari dua pelatihan sebelumnya, kan, kami memang terus di-drill dengan fundamental basket. Nah, yang di sini itu kayak melengkapi. Makanya materinya juga lebih variatif,” kata Sabrina.

Latihan ini memang melengkapi dua latihan sebelumnya yang sudah mereka lakukan selama di Amerika Serikat. Lawley seolah menjait seluruh hasil latihan dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih aplikatif. Supaya tetap saling berhubungan.

“Begini, saya mempunyai kewajiban untuk membuat pemain yang saya latih paham dengan semua materi yang diberikan. Nah, cara terbaik agar mereka bisa paham adalah dengan membuat mereka merasa nyaman. Jadi, saya harus interaktif,” kata pelatih personal legenda NBA Steve Nash itu.

Dengan demikian, selesailah perjalanan pelatihan All-Star di Amerika Serikat. Mereka telah menimba ilmu dan pengalaman di beberapa tempat, termasuk turnamen Dtermine Your Destiny. Kini, saat All-Star membawa pulang itu untuk dibagikan kepada teman-temannya di tempat masing-masing. (GNP)

Komentar