IBL

Sebagai perusahaan yang berdiri di area pesisir, Saucony dekat dengan para nelayan serta pemburu ikan. Kantor pusat mereka berdiri di New England, Massachusetts, Amerika Serikat. Di area tersebut, lobster jadi makanan terfavorit sekaligus kudapan untuk momen-momen penting. Konsep itu mereka bawa untuk membuat edisi khusus dengan menggandeng butik kenamaan asal Inggris, END.

Sepatu yang mereka gunakan sebagai kanvas adalah Saucony Grid 8500. Sepatu itu tergolong spesial karena merupakan hasil penggabungan dua sepatu. Saucony Grid 8000 untuk sol bawah sementara bagian atasnya menggunakan Saucony Grid 9000.

Dari segi performa, Saucony menempatkan bahan berbeda-beda untuk ketahanan serta estetika. Untuk bahan bagian atas, mereka menggabungkan kulit domba, suede berjenis jaffa, nubuck, serta nilon rajut (mesh). Sementara sol yang menggunakan teknologi GRID 9000 jadi pilihan untuk menunjang kenyamanan.

Bahan-bahan tersebut diberi sentuhan warna yang terinspirasi dari warna lobster. Bagian atas menggunakan warna oranye yang menyerupai warna kulit lobster segar. Tali berwarna biru jadi gambaran warna jaring yang biasa digunakan nelayan New England menangkap lobster di laut. Sementara di sol dalam, END menempatkan lukisan capit lobster dengan logo butik sneaker asal Inggris itu di sampingnya. Kotak sepatu pun dibuat secara khusus bergambar cangkang capit lobster.

Sepatu ini akan dirilis pada 11 Mei 2018. Anda sudah bisa melakukan registrasi pembelian di situs pembelian resmi END Clothing.

Bantalan GRID andalan Saucony

GRID (Ground Reaction Innertia Device) adalah inovasi bantalan yang diusung Saucony untuk sepatu lari mereka. Mereka melakukan sebuah penelitian di era 1980-an dan menghasil inovasi ini lalu merilisnya pada 1991. Teknologi ini merumuskan satu titik yang mereka sebut “sweet spot”. Pada titik itu, tekanan pada kaki akan dikompres oleh bantalan plastik yang berbentuk menyerupai rajutan benang (grid) pada raket tenis.

Iklan Saucony untuk memperkenalkan bantalan GRID pada tahun 1991. 

 

Penelitian untuk menghasilkan bantalan ini tidak dilakukan sendirian. Saucony menggandeng DuPont, perusahaan pengolah plastik asal Amerika Serikat, untuk menggagas plastik yang sesuai dengan revolusi yang mereka usung.

Hasilnya, DuPont menyodorkan Hytrel; plastik jenis baru yang mereka sebut sebagai thermoplastic elastomer. Dengan Hytrel, Saucony menemukan senjata tepat untuk membuat "sweet spot" yang mereka inginkan. Saucony menempatkan Hytrel pada titik segaris dengan tulang kering manusia. Tak lupa, Saucony menutup Hytrel dengan sol EVA berpori-pori rapat. Sol bawah yang terbuat dari karet murni dipilih untuk kecekatan. Dalam sebuah sol sepatu GRID, Saucony menempatkan empat lapis bahan sehingga mereka menjanjikan kenyamanan ekstra bagi penggunanya.

Kini, Saucony telah mengembangkan berbagai teknologi lebih mutakhir untuk bantalan GRID dengan peruntukan berbeda-beda. Setiap edisi sepatu berbantalan GRID memiliki besaran serta ketebalan Hytrel yang mengikuti kebutuhan. Lewat teknologi ini, Saucony mampu bertahan di industri sepatu lari dengan berbagai jenis bantalan yang berbeda-beda. Sebut saja Nike dengan Air Sole, Puma dengan Trinomic, adidas dengan boost, hingga Reebok dengan teknologi Pump. Kolaborasi dengan END ini juga merupakan salah satu cara Saucony untuk menyebarluaskan bantalan GRID yang selama ini mereka usung.

 

Foto: END Clothing, Saucony

Komentar