IBL

Senin, 9 April 2018, menjadi hari bersejarah bagi seorang Andre Ingram. Los Angeles Lakers merekrutnya dari G League—liga minor alias kompetisi kasta bawah NBA—untuk bermain di sisa dua pertandingan musim reguler. Ini tentu menjadi kesempatan besar baginya untuk mencicipi NBA pertama kali; sesuatu yang ia tunggu sejak lama.

Ingram, garda, 32 tahun, sudah bermain di G League selama 10 tahun. Selama satu dekade itu, ia menunggu-nunggu kesempatan dipanggil ke tim NBA. Namun, panggilan itu tidak datang juga sampai penantiannya berakhir pada 2018 ini.

Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube Lakers, manajemen memintanya datang ke sebuah ruangan, mengajaknya berbicara tentang kelanjutan karirnya. Pada awalnya, Ingram mengira karirnya akan berakhir. Namun, mereka justru mengejutkannya dengan mengabari bahwa ia dipanggil Lakers.

“Penuh dengan emosi,” ujar Ingram menanggapi pemanggilannya seperti dikutip ESPN. “Ini menyenangkan, ini baik bagi saya. Rasanya sangat baik. Ini momen yang luar biasa. Mereka berhasil mengerjai saya. Saya pikir karir saya akan berakhir dan saya akan menganggur. Saya bersemangat. Saya sangat bersemangat, jadi lihat saja nanti.”

Dengan adanya panggilan itu, Ingram akhirnya bisa mencicipi pertandingan NBA hari ini, Selasa, 11 April 2018. Kepala Pelatih Luke Walton menurunkannya ketika Lakers menghadapi Houston Rockets di Staples Center, Los Angeles, California, Amerika Serikat. Meski kalah 99-105, Ingram mencetak 19 poin, termasuk memasukkan 4 dari 5 tembakan tiga angka. Tembakan-tembakannya di lapangan cukup akurat (6/8 field goal) dan lemparan bebasnya 100 persen masuk (3/3).

“Mereka (Lakers) mengenal saya dengan baik, mereka telah memperhatikan saya beberapa tahun ini, jadi mereka tahu apa yang saya lakukan dan mereka tahu bagaimana saya bermain,” kata Ingram ketika dihubungi New York Times sebelum pertandingan hari ini. “Intinya: jadi diri sendiri.”

Ingram memang terkenal sebagai penembak jitu sejak lama. Ia dulu bermain untuk American University selama empat tahun (2003-2007). Ia rata-rata mencetak 15,2 poin, 4,8 rebound, dan 1,2 steal di musim terakhirnya. Kini Ingram tengah memegang rekor pencetak angka kelima terbanyak di kampusnya dengan total 1655 poin.  

Jeff Jones, pelatihnya saat kuliah dan sekarang menjadi kepala pelatih di Old Dominion, tahu apa yang bisa Ingram berikan untuk timnya. Menurutnya, tidak ada orang yang lebih baik dari sang pemain untuk mengisi kesempatan ini.

Kieran Donohue, bekas asisten pelatih American University yang kini mengikuti Jones ke Old Dominion, juga berpikiran serupa. Ia bahkan mendeskripsikan hal ini hanya dengan tiga kata: “Everybody loves Andre (semua orang mencintai Andre)”

Andre Ingram, garda, 32 tahun, saat pertama kali bermain di NBA bersama Los Angeles Lakers hari ini, Selasa, 10 April 2018 waktu setempat. Foto: Mark J. Terril/AP

 

Jika melihat ke belakang, 10 tahun di G League tentu bukan waktu yang sebentar. Alex Caruso, yang bolak-balik bermain untuk Lakers sekaligus Southbay Lakers (two-way player), mengerti hal itu. Ia tahu 10 tahun membuat nama Ingram menjadi familiar di G League. Ia bahkan berani bertaruh dengan mengatakan Ingram sebagai orang paling dihormati di sana.

“Coba pikirkan, waktu itu aku baru 14 tahun,” Caruso menjelaskan kepada ESPN. “Saya mungkin masih siswa tahun pertama atau kedua di SMA ketika Andre bermain pertama kali di D League (kini G League). Dan sekarang kami bermain bersama di Lakers.”

Selepas kuliah, Ingram memang gagal masuk ke NBA. Namun, Utah Flash kemudian memilihnya di ronde ketujuh NBA D League Draft 2007. Dengan demikian, ia pun resmi bermain di sana untuk pertama kali.

Ingram menghabiskan waktu empat tahun bersama Flash. Ia menjadi pencetak angka terbanyak sepanjang masa di tim itu dengan total 2098 poin dan torehan-torehan lainnya. Namun, panggilan ke NBA tidak juga datang sampai akhirnya Flash menghentikan kegiatan timnya. Otomatis Ingram tidak memiliki tim pada 2011-2012.

Andre Ingram ketika membela Southbay Lakers di NBA G League pada 2017-2018. Foto: Chris Covatta/NBAE/Getty Images

 

Maret 2012, Ingram akhirnya mendapatkan kesempatan kembali ke D League. Los Angeles D-Fenders, tim satelit Lakers, merekrutnya untuk bermain di sisa musim 2011-2012. Sejak itu, ia pun membela D-Fenders hingga empat tahun lamanya dan menorehkan berbagai prestasi. Salah satunya dengan menjadi pencetak tripoin terbanyak sepanjang masa dengan 713 tembakan masuk dan dua kali menjuarai kontes tripoin. Akan tetapi, torehan-torehan itu juga tidak membuat dipanggil ke NBA.

Seperti kebanyakan pemain-pemain Amerika Serikat, sudah bukan rahasia lagi bahwa bermain di G League tidak menghasilkan terlalu banyak uang. Ingram bahkan sempat menjadi guru matematika dan melatih pemain-pemain muda untuk menambal biaya hidupnya.

"Saya kenal beberapa orang yang bermain di G League dan mereka seperti tidak bisa melakukannya lagi," ungkap Caruso seperti dikutip ESPN. "Mereka pergi ke luar negeri dan menghasilkan uang yang banyak. Mereka menyerah mengejar mimpi karena tidak sebanding dengan usahanya." 

Dengan alasan itu pula, Ingram lantas memutuskan bermain di luar negeri karena tim-tim NBA tidak juga memanggilnya. Apalagi saat itu anak pertamanya baru lahir dan ia membutuhkan banyak biaya untuk menyokong hidup keluarganya. Ia pun terbang ke Australia untuk bermain dengan Perth Wildcats pada 2016.

Setiba di sana, Ingram hanya bermain dua pertandingan di liga bola basket Australia. Ia meminta Wildcats melepasnya dengan alasan kesehatan mental. Maka, ia pun kembali ke Amerika Serikat untuk mendapat kesempatan kembali di D League. Pada akhirnya, D-Fenders merekrutnya lagi untuk bermain di sisa musim 2016-2017.

Pada 2017-2018, D-Fenders memutuskan mengganti nama menjadi Southbay Lakers. Namun, Ingram tetap berada di tim ini sampai dipanggil Lakers Senin lalu. Maka, di sanalah ia kini berada. Jika sesuai rencana, mestinya Ingram akan bermain lagi besok ketika Lakers menghadapi rival sekotanya—Los Angeles Clippers. Dua pertandingan ini akan amat berkesan dalam sejarah hidup seorang Andre Ingram.

Foto: Luis Sinco/Los Angeles Times

Komentar