IBL

*Artikel ini pertama kali diunggah di Mainbasket pada 22 Januari 2018

 

Membahas komik Slam Dunk rasanya tak cukup hanya dalam satu artikel. Ada banyak hal dalam komik tersebut yang masih bisa dibahas lebih dalam lagi. Salah satunya tentu tentang para tokoh yang ada di dalamnya. Sebagai komik olahraga yang menceritakan perjalanan Shohoku dalam sebuah turnamen, Slam Dunk tentu tidak lepas dari tokoh atau sekolah lain yang menjadi lawan mereka. Semua tokoh ini lalu membaur bersama dan menciptakan sebuah cerita yang menarik, bahkan membekas bagi para pembaca.

Takehiko Inoue bisa disebut sebagai jenius dengan kemampuannya merangkai para tokoh ke dalam cerita tersebut. Semuanya nyaris tepat pada sasaran dan sesuai porsinya. Memang ada beberapa tokoh yang tidak terlalu mendapatkan banyak peran. Akan tetapi, dengan beberapa deskripsi yang disematkan oleh Inoue, kita bisa membayangkan bagaimana mereka bermain.

Dalam beberapa situs anime atau manga yang tersebar di internet, banyak sekali yang membandingkan para tokoh Slam Dunk dengan para pemain bintang atau bahkan legenda NBA. Beberapa perbandingan tersebut memang terasa tepat dan nyaris mendekati aslinya. Tidak ada pernyataan resmi dari Inoue perihal persamaan ini, tapi melihat kecintaan dan pengetahuannya tentang basket, mungkin, ia melihat sosok-sosok NBA untuk menggambar tokoh ciptaannya.

Pertama ada perbandingan kapten SMA Shohoku, Takenori Akagi, dengan legenda New York Knicks, Patrick Ewing. Saya sepenuhnya setuju dengan persamaan ini. Dari segi penampakan, tokoh Akagi memiliki gaya bermain nyaris identik dengan Ewing. Akagi adalah center yang mengandalkan kekuatan tubuh besarnya. Kemampuannya dalam menyerang dan bertahan sama kuatnya. Sesekali ia pun menggetarkan ring lawan dengan dunk-dunk keras. Sama seperti Ewing di era jayanya bersama Knicks, keduanya juga menjadi kapten bagi tim masing-masing.

Selanjutnya ada nama Ryouta Miyagi. Digambarkan sebagai point guard yang bertubuh tidak terlalu tinggi, cepat, dan mempunyai kemampuan melantun bola (dribble) yang bagus, Miyagi memang bisa disejajarkan dengan legenda Phoenix Suns, Kevin Johsnon. Keduanya mengatur serangan dengan sangat brilian, membagi bola tepat waktunya, dan masih bisa diandalkan menjadi pencetak angka di beberapa kesempatan. Untuk faktor yang terakhir, mungkin Johnson lebih bisa diandalkan daripada Miyagi, karena di cerita Slam Dunk Miyagi tidak cukup konsisten mencetak angka.

Ada salah satu tokoh yang secara konsisten hadir di Slam Dunk dan beberapa kali sempat mendapatkan porsi yang cukup besar di dalamnya. Kiminobu Kogure adalah nama tokoh tersebut. Senior SMA yang seangakatan dengan Akagi dan Mitsui ini menggambarkan betapa pentingnya pemain cadangan di sebuah tim. Kogure tidak memiliki fisik sebaik para pemain utama. Senjata andalannya adalah tembakan tiga angka yang cukup akurat.

Persamaan yang sepadan mungkin ada pada Toni Kukoc era Chicago Bulls. Kukoc di era itu bermain cukup baik dari bangku cadangan. Ia dengan baik memimpin tim saat Michael Jordan atau Scottie Pippen mendapatkan waktu istirahat. Tembakan tiga angkanya juga cukup bagus dan bisa diandalkan.

Satu lagi persamaan mereka adalah pembawaan diri. Keduanya sama-sama tampak diam dan flamboyan saat berada di lapangan.

Hisashi Mitsui menjadi pemain selanjutnya yang saya bandingkan. Mantan pemain terbaik tingkat SMP yang sangat mengandalkan kemampuan tembakan tiga angka. Ia bisa menjadi sangat akurat saat mendapatkan ritme dan momentum yang tepat. Kondisi fisik menjadi satu-satunya penghambat Mitsui untuk berkembang. Ia tidak punya cukup stamina untuk menyerang dan bertahan dengan intensitas tinggi. Tidak ada perbandingan yang bisa sangat dekat dengan Mitsui, karena nyaris tidak ada pemain yang kondisi fisiknya seburuk dia. Tapi, melihat kemampuannya yang sangat mengandalkan tembakan tiga angka, bisa dibilang ia sangat dekat dengan Ray Allen. Pemain yang meraih gelar juara bersama Miami Heat ini bisa disebut sebagai salah satu penembak jitu terbaik dalam sejarah NBA. 

Perbandingan selanjutnya mungkin akan membuat beberapa penggemar Hanamichi Sakuragi kesal. Karena memang tidak ada lagi yang bisa dibandingkan dengan Kaede Rukawa selain Michael Jordan. Keduanya bermain sebagai pencetak angka utama tim. Memilki segala kemampuan untuk menjadi bintang, baik secara menyerang maupun bertahan. Mungkin lebih tepatnya Rukawa adalah Jordan di usia muda, karena Jordan di era jayanya sangat berhati-hati dalam mengambil semua tembakan. Tidak seperti Rukawa yang masih cukup sering memaksakan tembakan meski ia tidak sedang dalam posisi terbaiknya. Keduanya juga sering dianggap arogan karena gaya permainan mereka. Banyak menggunakan strategi isolation yang membuat ia berhadapan satu lawan satu.

Yang terakhir ada sang tokoh utama komik ini sendiri, Hanamichi Sakuragi. Seperti yang sudah dibahas di artikel sebelumnya, Sakuragi awalnya tidak mengenal apa itu olahraga basket. Akan tetapi, ia mempunyai bakat alami dengan kondisi fisik yang bagus serta kemampuan melompat yang sama bagusnya. Bakat tersebut lantas terus dilatih hingga ia mampu melakukan beberapa hal, termasuk rebound dan menembak di jarak perimeter. Beberapa situs membandingkan Sakuragi dengan sosok Dennis Rodman di NBA. Apalagi Rodman memang terkenal karena kemampuanya mendapatkan rebound. Ia berperan banyak dalam era kejayaan Bulls sebgai pemain bertahan sekaligus rebounder terbaik di tim.

Dalam beberapa kesempatan Rodman juga memainkan peran sebagai pengacau di lapangan. Ia sering membuat pemain lawan tersulut dan akhirnya membuat pelanggaran yang tidak berguna. Jika mengacu pada hal itu, kemiripan Sakuragi dengan Rodman memang mendekati. Namun, ada satu hal yang tampak jauh berbeda di antara keduanya. Di seri-seri akhir komik, Sakuragi mendapatkan latihan khusus guna memperbaiki kemampuan menembaknya hingga ke jarak perimeter. Ia pun berhasil menjalankan latihan tersebut hingga mempraktekannya di khalayak umum. Hal tersebut tidak dimiliki oleh Rodman. Bahkan untuk urusan menembak di bawah ring saja, Rodman tidak bagus-bagus amat. Tapi, adakah yang mampu lebih dekat dengan Sakuragi selain Rodman?

Segala perbandingan di atas berasal dari beberapa forum penggemar komik Slam Dunk yang tersebar di dunia maya. Enam perbandingan di atas memang harus diakui tidak jauh-jauh amat dengan kenyataanya. Hal-hal seperti ini semakin menambah bukti betapa nyata dan dekatnya Slam Dunk dengan kehidupan basket sesungguhnya.

Tetap abadi Slam Dunk!

Baca juga:

Rebound, Seni Menguasai Pertandingan

Slam Dunk, Komik Basket Paling Nyata yang Pernah Ada

 

Ilustrasi: Ahmad Dendy Shaoqi

Foto: gallerymintokyo.net 

Komentar