IBL

Bermula Saat Jordan Jadi Penentu Kemenangan Chicago Bulls atas Cleveland Cavaliers pada 1989

Sebuah pertandingan akbar dilaksanakan pada 7 Mei 1989. Itu adalah game ke-5 Chicago Bulls menghadapi Cleveland Cavaliers dalam laga final NBA Wilayah Timur dengan kedudukan seimbang. Waktu telah menunjukkan tiga detik sebelum bel berbunyi, Cavaliers sedikit lagi merengkuh kemenangan karena saat itu mereka unggul 100-99.

Momen heroik terjadi ketika Jordan mendapatkan bola masuk (inbound) dari Ben Sellers. Lalu, ia bergerak sekitar tiga langkah ke area garis lemparan bebas, melompat, lalu melakukan tembakan dua angka. Tembakan itu melewati blok yang dilancarkan Craig Ehlo. Bel pun berbunyi tepat saat bola masuk ke dalam dan Bulls menang. Tembakan ini kemudian dijuluki “The Shot” dan jadi buzzer beater pertama Jordan sepanjang karirnya.

Momen tersebut ternyata memberi dampak bagi sepatu yang ia pakai. Saat momen “The Shot” terjadi, ia bermain menggunakan Air Jordan 4 OG Bred. Ya, sepatu yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik Tinker Hatfield itu.

Di awal perilisannya, publik memandang sebelah mata desain Air Jordan 4. Desain itu terlalu futuristik dan diberi cap aneh oleh banyak kalangan. Kendati begitu, ternyata butuh proses yang panjang untuk membuat sepatu ini memenuhi standar permainan Jordan.

Pertemuan pertama Jordan dan Hatfield dihabiskan di lapangan. Jordan diminta berlari untuk mengetahui lebih jauh karakteristik kaki Jordan. Mereka memfokuskan penelitian ini pada tiga hal: keamanan, kenyamanan, dan stabilitas. Namun, dengan keterbatasan teknologi saat itu, Hatfield menganggap bahwa hasil penelitiannya masih kurang maksimal. Hal tersebut memunculkan modifikasi di beberapa bagian penting.

Modifikasi pertama terletak di bagian sol bawah. Sol bawah Air Jordan 4 dibuat lebih panjang, tapi tetap menggunakan Air Sole Unit yang kentara dari samping belakang sepatu. Sama seperti yang dilakukan di Air Jordan 3 pada 1988. Hal ini bermanfaat untuk traksi terhadap lapangan menjadi lebih maksimal.

Bila Anda mengamati lebih detail antara Air Jordan 3 dan 4, maka di bagian atas akan ditemui sebuah benda yang berguna untuk memaksimalkan fungsi tali. Lagi-lagi, kebutuhan performa dijadikan kunci utama. Mereka menyebutnya dengan “Port Lace”. Terdapat empat port lace dalam satu sepatu dan mampu menghasilkan 18 jenis formasi tali-temali. Jordan pun bisa menali sepatunya sesuai dengan yang ia butuhkan.

Tak hanya itu, bahan pembuatan Air Jordan 4 diambil dari beberapa bahan: nilon rajut (mesh), kulit, dan karet sol bawah yang ringan. Hal ini terkait dengan keluhan Jordan yang mengaku bahwa Air Jordan 3 cukup berat. Hal tersebut dikhawatirkan akan mengurangi tinggi dan durasi lompatan Jordan yang melegenda itu.

Karena bahan mesh rentan akan benturan, maka Hatfield membangun cangkang plastik kotak-kotak dibagian samping dan lidah atas. Visi itu terangkum pada logo yang disematkan di ujung lidah luar. Anda akan menemukan sebuah bet bergambar logo Jumpman 23 dan tulisan “Flight” di bawahnya.

Jordan pun mengiyakan bila Air Jordan 4 sejatinya benar-benar digunakan untuk kebutuhannya bermain di lapangan. “Saya sangat senang ketika sepatu yang kugunakan ini (Air Jordan 4) ternyata punya pengaruh dalam kultur berbusana masyarakat urban. Namun, percayalah bahwa dulu tujuan dibuatnya sepatu ini adalah agar saya bisa bermain lebih maksimal,” ungkap Jordan, seperti dikutip dari buku "Drive From Within".

Sedangkan bagi Hatfield, rasa kurang puas akan penelitian tersebut memunculkan visi baru. “Sepatu ini memang ditujukan untuk kebutuhan bermain basket. Saya dan tim membuat semua bagian dari sepatu ini punya manfaat maksimal. Tentunya, pola pikir Jordan juga tercermin di setiap detail yang ada,” pungkas Hatfield diambil dari buku yang sama.

Air Jordan 4 masuk ke ranah kultur pop setelah masuk ke dalam sebuah film sukses tahun 1989. Film itu berudul “Do the Right Thing”. Spike Lee adalah orang dibalik kesuksesan film ini. Ia bertugas sebagai sutradara, produser, dan juga bermain peran. Di film itu, Spike Lee beradegan tengah menggunakan Air Jordan 4 white/cement yang tanpa sengaja diinjak oleh tetangganya. Hingga akhirnya terjadi cekcok antara mereka karena injakan tersebut.

Film bergenre drama komedi ini mendulang kesuksesan hingga meraih beberapa penghargaan. Kesuksesan tersebut berdampak pada Air Jordan 4. Masyarakat yang awalnya menganggap sepatu ini berbentuk aneh, kini menjadi menyukainya setelah menonton film itu. Atas jasa Spike Lee, Nike pun membuat sepatu khusus untuk Spike Lee bernama Air Jordan Spizike.

Terdapat empat seri warna yang dikeluarkan Nike untuk seri perdana Air Jordan 4. Salah satu yang paling terkenal adalah warna Black/Cement Grey/Red atau yang biasa disebut dengan “Bred”. Satu detail penting dari Air Jordan 4 OG Bred yang dipakai oleh Jordan semasa bermain adalah penempatan logo Nike Air dibagian belakang. Hal tesebut berbeda dengan seri-seri rilis ulang yang menempatkan logo Jumpman 23. Terakhir, seri ini dirilis pada 1999.

Bagi Anda penggila Air Jordan 4, ada kabar gembira bagi Anda. Air Jordan 4 OG Retro "Bred" akan dirilis Februari 2018 mendatang. Tak banyak kabar yang datang, tapi hal ini telah terkonfirmasi di beberapa media seperti Hypebeast, Sneaker News, dan Sneaker Files. Harga retail yang dipatok adalah AS$220. Sepatu ini dijual di beberapa gerai Nike terpilih.

Kini, Air Jordan 4 masuk dalam pilihan sepatu busana urban yang digandrungi anak muda. Meski awalnya digunakan untuk kebutuhan bermain basket, tapi karya Hatfield ini terbukti diterima banyak kalangan. Pemain NBA sekaliber Nick Young dan Charmello Anthony pun kerap menggunakan sepatu ini, baik untuk bertanding atau untuk jalan-jalan.

Sumber Foto: NBA Archieve, Nike Archieve, Do the Right Thing (1989), Modern Notorierity, Sneaker Files, Getty Images

Komentar