IBL

Masih ingatkah Anda kepada pemain yang nyaris selalu berkepala plontos ini? Carlos Austin Boozer Jr. atau lebih dikenal dengan Carlos Boozer? Bagi Anda penikmat NBA era 2000 awal hingga dekade baru, tentu tidak asing dengan nama pemain ini. Boozer masuk ke liga melalui NBA Draft pada 2003. Yang memilihnya kala itu adalah Cleveland Cavaliers. Boozer dipilih pada putaran kedua urutan 35 dari Duke University. Ia menjadi bagian dari tim yang merengkuh gelar juara NCAA musim 2001-2002 bersama Jay Williams dan Mike Dunleavy Jr..

Boozer secara total memainkan 101 laga bersama Duke dengan rataan 14,9 poin dan 7,2 rebound. Catatan itu pun berlanjut ke profesional. Selama berkarir bersama Cavaliers di musim perdananya, ia memainkan 81 laga dengan 54 kali menjadi pemain utama. Boozer menorehkan rata-rata 10 poin dengan tambahan 7,5 rebound per pertandingan.

Boozer termasuk power forward yang bermain dengan gaya klasik. Tidak ada tembakan perimeter, banyak sekali gerakan pick & roll dan post play yang mengandalkan kekuatan besar tubuhnya. Ketika sukses menjalankan gerakan-gerakan itu, ia mengakhirinya dengan poin mudah di bawah ring ataupun dunk keras di depan lawan.

Kebersamaan Boozer dengan Cavaliers hanya bertahan dua musim. Sesuai dengan kontrak awal para rookie. Ia lantas memutuskan untuk bergabung dengan Utah Jazz yang kala itu menawarinya kontrak AS$70 juta selama enam musim. Bersama Jazz, Boozer langsung menjadi pilihan utama. Meski pun dirundung cedera, ia berhasil memainkan 51 laga di musim pertamanya, yang mana semuanya ia mainkan sebagai pemain utama.

Boozer bahkan langsung menjadi pilihan utama penyerangan Jazz dengan sistem isolasi. Ia langsung menjadi top skor utama Jazz dengan rata-rata 17,8 poin dan 9 rebound. Sayangnya, Boozer dan Jazz hanya mampu memenangi 26 laga musim itu, yang menempatkan mereka pada posisi kedua terakhir Wilayah Barat.

Musim terbaik Boozer bersama Jazz terjadi pada musim 2006-2007. Saat itu ia bermain bersama pemain macam Deron Williams dan Derek Fisher. Jazz berhasil melaju cukup mulus selama musim regular. Dengan 51 kemenangan yang mereka raih musim itu, Jazz berhasil menempati posisi empat Wilayah Barat. Untuk pertama kalinya, Boozer bersama timnya bisa menembus playoff. Ia pun kembali menjadi top skor tim dengan rata-rata 20,1 poin ditambah dengan 11,7 rebound. Catatan itu lantas meningkat saat memasuki playoff di mana Boozer kembali keluar menjadi aktor utama Jazz dengan rata-rata 23,5 poin dan 12,5 rebound dalam 17 laga. Sayangnya, Jazz harus mengakui keunggulan San Antonio Spurs di final wilayah dengan skor akhir 4-1. Kebersamaan Boozer dengan Jazz pun bertahan selama enam musim. Mungkin prestasi terbaik lainnya yang ditorehkan Boozer adalah NBA All-Stars. Boozer dua kali terpilih sebagai All-Stars pada 2007 dan 2008.

Sehabis masa bersama Jazz, Boozer melanjutkan karirnya ke Chicago Bulls. Bersama Bulls, Boozer masih setia mengisi posisi pemain utama dan mungkin menjalani musim terbaik sepanjang karir NBA-nya. Ia Bersama dengan Derrick Rose, Luol Deng, dan Joakim Noah berhasil membawa Bulls melaju hingga final wilayah musim 2010-2011. Final wilayah pertama bagi Bulls sejak era Michael Jordan dkk..

Energi dan semangat pantang menyerah Boozer membawa gairah tersendiri bagi publik Chicago yang telah lama kehilangan gairah yang sama. Akan tetapi, sayangnya, prestasi di atas adalah yang terbaik selama Boozer membela Bulls.

 

Dengan semangat membangun ulang tim, manajemen Bulls memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja dengan Boozer menjelang musim 2014-2015. Boozer lantas menyebrang ke pesisir barat Amerika Serikat guna bergabung dengan Los Angeles Lakers. Bersama Lakers yang juga porak poranda Boozer tidak bisa berbuat banyak. Lakers  mengakhiri musim di bawah 10 besar, dan Boozer hanya bertahan satu musim di sana.

Sepanjang karirnya, Boozer tidak pernah bermain setengah-setengah. Ia selalu menunjukan energi yang sama di semua tim yang ia bela. Itu pulalah yang membuat Boozer selalu mencatatkan rataan dua digit poin dan 9,5 rebound sepanjang karirnya.

Kembali sedikit, Boozer juga masuk dalam skuat timnas Amerika Serikat untuk Olimpiade 2004 dan 2008. Bersama tim 2004 yang berisi Allen Iverson, Vince Carter dan Tim Duncan tersebut, Boozer dan timnas hanya berhasil menggondol pulang perunggu setelah kalah lawan Argentina di semifinal. Berbeda 180 derajat dari skuat sebelumnya, pada 2008 Boozer dkk. melenggang tanpa hambatan meraih emas.

Setelah melalui serangkaian karir di basket, Boozer mengumumkan pensiun pada Selasa, 19 Desember 2017. Ia membeberkan keputusannya tersebut kepada ESPN setelah mengarungi musim lalu di Liga Cina.

Tidak akan ada lagi ciri khas teriakan “And one!” ala Boozer yang terdengar saat ia mencetak angka. Mungkin karena Boozer pulalah mengapa para pemain zaman sekarang meneriakkan hal tersebut. Selamat menikmati masa pensiun Boozer!

Foto: The Big Lead

NBA

Komentar