IBL

Boston Celtics mengukir sejarah di Playoff NBA 2022. Kemenangan atas Brooklyn Nets 116-112, Senin 25 April 2022, waktu setempat, membuat mereka menyapu bersih kemenangan. Celtics adalah satu-satunya tim yang berhasil meraih skor 4-0 di ronde pertama playoff musim ini.

Pertahanan Celtics jadi topik utama perbincangan dalam rangkaian kemenangan ini. Mereka berhasil menahan produktivitas Kevin Durant dan Kyrie Irving, salah dua pemain menyerang terbaik liga bahkan mungkin sepanjang masa. 

Dalam empat gim, keduanya masing-masing hanya mampu sekali mencetak 30+ poin. Kyrie terjadi di gim pertama sedangkan KD melakukan itu di gim terakhir. Keduanya sama-sama mencetak 39 poin. KD menutup seri ini dengan rataan 26,3 poin per gim, sementara Kyrie 21,3 poin per gim. 

Terlepas dari fakta bahwa Celtics menyapu bersih Nets, seluruh gim berjalan dengan situasi yang cukup ketat. Masing-masing sempat mendapatkan momentum untuk unggul bahkan menang. Perlu diingat, Celtics memenangkan gim pertama melalui buzzer beater layup dari Jayson Tatum.

Secara angka, Celtics tak pernah menang lebih dari tujuh poin. Bahkan, jika dihitung rata-rata, kemenangan Celtics hanya berjarak 4,5 poin per gim. Ini adalah selisih terkecil dalam sejarah NBA untuk sebuah seri yang berakhir dengan sapu bersih. 

Fakta ini pun membawa saya untuk melihat bagaimana situasi statistik lanjutan kedua tim. Seperti yang sudah beberapa kali kami di Mainbasket singgung, sebuah gim basket punya empat faktor utama dalam membawa kemenangan. Formula ini ditemukan oleh Dean Oliver dan akrab dikenal sebagai "Four Factors."

Dalam hasil penelitiannya, Dean menemukan bahwa faktor terbesar pembawa kemenangan sebuah tim adalah akurasi tembakan mereka. Untuk kali ini, bukan FG% yang dihitung, melainkan eFG% atau Effective Field Goal Percentage. Beda keduanya bisa Anda baca di sini.

Dean membebankan eFG% sebagai 40 persen penentu kemenangan. Artinya, jika akurasi tembakan kalian lebih bagus dari lawan, maka semakin dekat pula tim kalian dengan kemenangan. Akurasi adalah hal yang utama.

Di sini anomali gim Celtics dan Nets muncul. Setelah melihat statistik, ternyata Nets unggul secara eFG%. Tim asuhan Steve Nash mencatatkan 57,7 persen sedangkan Celtics hanya di angka 56,2 persen. 

Ini adalah kali pertama di babak playoff di mana sebuah tim dengan eFG% lebih rendah mampu menyapu bersih lawannya.Lantas, mengapa Nets gagal menang?

Memang, eFG% adalah faktor terbesar, namun bila tim lawan menguasai tiga faktor lain, maka peluang lawan (60 persen) lebih besar dari tim dengan akurasi yang lebih baik. Uniknya lagi, Celtics tak sepenuhnya menguasai tiga faktor lain.

Anak-anak asuh Ime Udoka menang telak di TOV% (persentase turnover) dan ORB% (persentase offensive rebound). Namun, mereka sebenarnya masih kalah di faktor terakhir, FTR% atau persentase seringnya tim mendapatkan tembakan gratis. 

Dengan pembebanan Dean di TOV% 25 persen, ORB% 20 persen, dan FTR% 15 persen, maka seharusnya Nets menang hitungan. Mereka unggul 55 persen berbanding 45 persen dari Celtics. Namun, apa yang kita lihat ternyata sepenuhnya berbeda.

Ada beberapa hal yang menjadi pembeda terbesar dalam hal ini. Yang pertama, jelas keunggulan telak TOV% dan ORB%. Bisa dilihat di tabel, Celtics unggul 1,3 persen di TOV% dan 7,1 persen di ORB%. 

Dua hal ini membuat Celtics mendapatkan penguasaan bola lebih banyak. Penguasaan bola lebih banyak membawa mereka kepada upaya tembakan yang juga lebih banyak. Celtics total melepaskan 337 tembakan, sedangkan Nets hanya 312 tembakan. 

Catatan eFG% di angka 57,7 persen Nets tersebut tercipta dengan upaya tembakan yang lebih sedikit. Oleh sebab itu, total tembakan masuk Nets pun hanya 157, saat Celtics total memasukkan 165 tembakan. 

Di lain sisi, satu keunggulan Nets lainnya, FTR% juga bisa dibilang adalah keunggulan yang fana. Secara frekuensi, mereka memang dapat banyak percobaan. Akan tetapi, secara akurasi, Nets selayaknya disebut sangat buruk.

Dari total 103 tembakan gratis yang mereka dapatkan, hanya 76 yang menemui sasaran. Jumlah ini setara dengan 73,8 persen. Sebaliknya untuk Celtics, mereka berhasil memasukkan 75 dari 91 percobaan tembakan (82,4 persen). 

Untuk kasus yang terakhir, Celtics bukannya beruntung. Mereka bahkan kemungkinan besar merencanakan ini dengan baik melalui skema bertahan mereka. Mereka tahu betul siapa yang boleh mereka langgar. 

Pemain dengan percobaan tembakan gratis terbanyak Nets adalah KD. Ya bagaimana lagi, KD tetaplah seorang pemain yang menyeramkan. Dijaga satu lawan satu ataupun kolektif, ia tetap menyulitkan. Jumlah 38 tembakan gratis dalam 4 gim (9,5 per gim) masih termasuk jumlah yang bisa diterima.

Namun, setelah KD, bukan Kyrie yang paling sering mendapatkan tembakan gratis, melainkan Nic Claxton. Seorang senter konvensional tahun kedua yang meski mendapatkan menit bermain cukup banyak, namun selalu memulai gim dari bangku cadangan. 

Claxton total mendapatkan 22 tembakan gratis, satu kali lebih banyak dari Kyrie. Bedanya, jika Kyrie sempurna di 21 percobaan, Claxton hanya memasukkan 4 tembakan secara total, atau setara 1 tembakan gratis masuk per gim. Jumlah yang sangat tidak membantu, bahkan sangat melukai Nets.

Data-data di atas menunjukkan kepastian bahwa angka memang tidak akan pernah berbohong. Namun, angka juga tak bisa menjelaskan semuanya secara gamblang.

Secara angka Four Factors, seharusnya Nets menang. Namun, setelah kita bongkar lagi, masukkan angka-angka lain, baru kita tahu mengapa kemenangan itu tidak ada, mengapa musim mereka berakhir sekarang. 

Foto: NBA

Komentar